“Ya Rabb, aku sedang memikirkan posisiku kelak di akhirat.
Mungkinkah aku berdampingan dengan penghulu para wanita,
Khodijah Al Kubro, yang berjuang dengan harta dan jiwanya? Atau dengan Hafsah
binti Umar yang dibela oleh Allah saat akan dicerai karena showwamah (rajin puasa) dan qowwamahnyaI (rajin tahajud)? Atau dengan
Aisyah yang telah hafal 3500-an hadits, sedang aku… ehm, 500 juga belum... atau
dengan Ummu Sulaim yang shobiroh
(penyabar) atau dengan Asma yang mengurus kendaraan suaminya dan mencela
putranya saat istirahat dari jihad... atau dengan siapa ya.
Ya Alloh, tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliah mereka,
sehingga aku laik bertemu mereka bahkan bisa berbincang dengan mereka di taman
firdausMu?
[Ustazah Yoyoh Yusroh]
[*][*][*]
Islam telah mengatur peran perempuan dan laki-laki secara sempurna. Semuanya istimewa. Setiap aktivitas laki-laki dan perempuan harus sesuai dengan norma hukum perbuatan manusia, yaitu: al ahkam al khamsah (lima hukum perbuatan manusia). Kelima hukum itu adalah wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram. Tidak ada satu pun amal perbuatan manusia yang tidak ada status hukumnya.
Ketika seorang muslimah memainkan peran politiknya, maka ia tidak boleh abai terhadap status hukum dari setiap aktivitas yang dijalaninya. Terhadap perkara wajib, maka setiap muslimah yang memilih terjun ke dunia politik tidak memiliki pilihan kecuali berupaya melaksanakannya dengan segenap kemampuannya.
Contoh perkara wajib itu adalah kewajiban melakukan amar makruf nahi munkar yang tercantum dalam QS Al-Imran ayat 104. Allah berfirman yang artinya: “Hendaklah (wajib) ada segolongan umat yang menyerukan kepada kebaikan (Islam), memerintahkan kema’rufan dan mencegah kemungkaran. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Salah
satu wujud amar makruf nahi mungkar adalah berdakwah untuk menyeru manusia
kepada Islam. Selain menyeru secara langsung pada individu, bentuk peran
politik seorang muslimah dalam aktivitas ini adalah keikutsertaannya dalam
sebuah partai politik Islam yang berjuang untuk menegakkan sistem Islam secara kaffah (menyeluruh).
Tidak banyak muslimah Indonesia yang paham dan sadar bahwa
dunia politik adalah dunia yang setara milik kaum laki-laki dan perempuan.
Seringkali, dunia politik justru dianggap sebagai dunia keras milik laki-laki,
karena politik selama ini identik dengan perebutan kekuasaan, keculasan,
penindasan, pembunuhan, perang, dan ceceran darah.
Padahal, perempuan juga memiliki kepentingan-kepentingan
tertentu yang belum tentu dapat diwakili oleh laki-laki. Persepsi negatif
itulah yang ditepis almarhumah Yoyoh Yusroh. Di bawah ini, saya ingin
menuliskan beberapa fakta istimewa sosok politisi muslimah yang patut untuk
kita teladani jejak perjuangannya.
·
Yoyoh Yusroh dikaruniai 13 orang anak, semuanya
penghafal Quran dan sangat berprestasi.
·
Seorang
politisi perempuan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang wafat karena
kecelakaan pada 27 April 2011.
·
Beliau sangat aktif dalam dunia politik,
agama, dan sosial.
·
Pernah berjuang masuk ke jalur Gaza untuk
bertemu dengan Parlemen Palestina.
·
Beliau adalah sosok yang mampu menjalankan
amanah dengan totalitas, manajerial yang baik, dan kepemimpinan yang unggul.
·
Kata Bunda Hj. Neno Warisman tentang Ustazah
Yoyoh Yusroh: “Setiap amanah yang diembankan, beliau menjalankannya ‘sampai
titik darah penghabisan’. Bunda Yoyoh adalah cucuran air mata air yang bening.
Berparas dan berpostur biasa, namun kekuatan hati beliau dan kemampuan
manajerial serta keunggulan dalam akalnya, menjadikan Almarhumah pantas
menjalani sebagian besar hidup sebagai pemimpin.”
·
Dalam pandangan Linda
Gumelar, Yoyoh Yusroh adalah politisi yang tetap konsisten dalam
tugas-tugasnya, baik sebagai seorang Ibu dari 13 orang anak, maupun sebagai
politisi yang terlibat aktif dalam pengambilan kebijakan di wilayah publik.
·
Menurut Mustafa Kamal, Ustazah
Yoyoh adalah sosok yang dengan naluri keibuannya, justru menjadikan politik
menjadi tentram, serta tidak selau alot dan pelik. "Sosok keibuan tetap hadir dalam peran publiknya.
Suatu hal yang patut mendapat perenungan yang mendalam bagi para aktifis
perempuan dalam politik maupun pergerakan pada umumnya," ujarnya.
·
Kiprah Ustazah Yoyoh,
sebagai poltisi perempuan, di wilayah publik juga diapresiasi banyak pihak,
baik rekan maupun lawan politik.
· Dalam pembahasan RUU Pornografi misalnya, Ustazah Yoyoh adalah salah seorang legislator yang gigih untuk terus memperjuangkannya, semata-mata untuk kebaikan masyarakat Indonesia. Melalui kesabaran dan kegigihannya, akhirnya UU Pornografi bisa disahkan.
·
Kiprah Ustazah Yoyoh Yusroh di
parlemen menunjukkan kepada publik bahwa perempuan juga mampu menjalankan amanah
politik dengan baik. Menurutnya, memisahkan perempuan dari politik sama dengan
memisahkan masyarakat dari lingkungannya.
·
Selain di bidang politik,
Ustazah Yoyoh juga aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan dan dakwah. Kiprahnya
di dunia dakwah diapresiasi oleh Departemen Agama dengan memberinya penghargaan
sebagai Mubaligh Nasional pada tahun 2001.
·
Tidak hanya di tingkat
nasional, Ustazah Yoyoh juga turut menjadi anggota Internasional Muslim Women Union (IMWU) sebagai salah satu wadah
perjuangan bagi muslimah sedunia.
·
Dalam pandangan Mahfudz
Siddik, Yoyoh Yusroh adalah sosok yang sangat peduli dengan isu-isu
internasional, terutama perjuangan kemerdekaan Palestina. Menurut Mahfudz, Yoyoh selalu aktif dalam
mengkampanyekan perjuangan kemerdekaan Palestina, tidak hanya dengan pendekatan
agama, tapi juga pendekatan humanis. "Isu mengenai negara-negara muslim
yang sedang konflik, beliau nyaris tidak pernah mengangkat dari dimensi
politik, yang justru membuat orang berdebat. Tapi, yang justru diangkat adalah
sisi kemanusiaan yang akhirnya orang cenderung bersepakat," ujarnya.
·
Tilawah dan mengulang hafalan Quran adalah
rutinitas harian yang tak terlewatkan. Salim A Fillah pernah mendapati beliau
bersama suami tengah asyik mengulang hafalan berdua, bergantian menyimak dan
membenarkan. Secara khusus, beliau senantiasa menyelesaikan tilawah tiga juz
setiap harinya. Tentu sebuah capaian yang luar biasa, yang barangkali tak
terbayangkan dalam benak banyak kader yang selalu gagal menyelesaikan satu juz
tilawah karena alasan kesibukan. Ketika ditanya bagaimana mungkin menyempatkan
diri untuk tilawah sebanyak itu dalam setiap harinya, Ustazah Yoyoh Yusroh
menjawab dengan yakin dan mantap : "Justru
karena sibuk dan banyak hadapi aneka persoalan serta begitu beragam manusia,
maka harus memperbanyak interaksi dengan Al Quran".
·
Dalam pandangan Linda
Gumelar, Yoyoh Yusroh adalah politisi yang tetap konsisten dalam
tugas-tugasnya, baik sebagai seorang Ibu dari 13 orang anak, maupun sebagai
politisi yang terlibat aktif dalam pengambilan kebijakan di wilayah publik..
·
Dalam kehidupan rumah
tangganya, almarhumah dan suaminya, ustadz Budi Dharmawan, psikolog yang
kerap berbicara di berbagai acara terkait keluarga, adalah pasangan yang memiliki
komitmen tinggi membentuk sebuah keluarga sakinah mawaddah warahmah
dalam bingkai dakwah. Mereka sangat memahami bahwa Rasulullah SAW, para ummul
mukminin (istri-istri Rasulullah), dan sahabat-sahabat perempuan Rasulullah
telah memberikan contoh bahwa peran muslimah dalam kehidupan mencakup
peran di dalam dan luar rumah. Kedua peran itu menyatu, integral, dan
komprehensif, tidak ada dikotomi antara keduanya. Semua muslimah harus memiliki
kedua peran itu, tidak berkutat hanya pada satu ranah. Pemahaman kuat
terhadap konsep itulah yang menjadi penggerak almarhumah menjalani amanah di
manapun dengan profesional.
·
Beberapa hari sebelum meninggal, beliau
menuliskan SMS berisikan kegelisahan dan muhasabah hatinya kepada seorang akhwat.
SMS itu saya tulis kembali di paragraf awal. Silakan baca lagi dan renungkan
dengan hatimu yang terdalam.
·
Biografi Ustazah Yoyoh
Yusroh tertuang dalam buku “Langkah Cinta Untuk Indonesia” dan “Mutiara yang
Telah Tiada”. Buku yang sangat istimewa.
Saya masih teramat jauuuuuuuh dari beliau, tapi membuat
catatan seperti ini (baca: Menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga) semoga menjadi pemantik semangat dalam diri untuk terus berbenah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Akhirnya, satu pelajaran dan teladan dari beliau adalah kepiawaiannya
memadukan urusan keluarga, dakwah, dan politik sungguh patut menjadi motivasi
bagi para muslimah atau aktivis perempuan untuk terlibat aktif dalam dunia politik dan kebijakan
publik. Di samping itu, tetap menjadikan keluarga sebagai prioritas utama. Masya
Allah. Al Fatihah untukmu, sang bidadari surga…
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna