Bulan Oktober ini menjadi bulan
yang cukup sibuk buat saya. Masa pandemi ini saya berusaha untuk tetap
produktif meski waktu jadi lebih banyak #dirumahsaja. Ada beberapa kelas online
yang sedang saya ikuti di bulan Oktober ini, seperti kelas menulis, kelas
optimasi media sosial, kelas seni/desain, dan kelas parenting. Saya juga menjadi
mentor untuk kelas penulis cilik “Rekreasi Literasi” bersama DNA Writing Club.
Ada 15 anak yang ikut kelas.
Saat ini pun saya masih terlibat dalam
pengerjaan menulis naskah buku pengayaan fiksi dan nonfiksi. Kisah saya
menerima tantangan menulis buku pengayaan, bisa klik dan baca di sini.
Bulan Oktober ini saya masih
punya tanggungan 3 judul, sedangkan bulan November ada dateline juga 3 judul.
Bismillah, semangaaat!
Dengan banyaknya aktivitas ini,
apalagi juga masih punya amanah di keluarga seperti mengurus rumah dengan
segala pernak-perniknya, amanah sebagai istri, juga amanah sebagai Umma-nya
Dzaky. Jadi, yang menjadi tugas setiap hari adalah bagaimana saya bisa mengatur
waktu dengan sebaik mungkin.
Terkadang saya merasa “kemrungsung”,
membuat pikiran saya kalut dan tidak fokus, apalagi jika ada tugas yang belum
saya selesaikan karena ada kejadian-kejadian unpredictable. Ketika hal itu
terjadi, biasanya saya akan mengambil “jeda” sejenak. Lalu, mencoba
mengevaluasi lanjut menyusun strategi. Yups, kunci utama yang saya temukan
untuk mengejar ketinggalan itu adalah fokus pada hal yang penting alias
menyusun SKALA PRIORITAS. Hal ini bisa membuat strees berkurang, hati saya jauh
lebih plong dan pikiran menjadi lebih jernih.
Karena stress itu bisa dikelola,
kata Dokter Amir Zuhdi, saat saya mengikuti sekolah neuroparenting. Orang yang
sukses itu rata-rata bisa mengelola stress dengan baoik. Dengan kata lain, dia
malah mampu berteman dengan stress.
Nah, dalam menetapkan prioritas,
satu hal terpenting yang tidak bisa lepas dari hidup kita adalah WAKTU. Oh ya,
kita memiliki jatah waktu 24 jam yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu:
a.
Waktu lalu
atau masa lampau.
Masa
lalu merupakan bagian kehidupan yang pernah kita jalani. Bagian itu, merupakan
mata rantai masa kini dan masa mendatang. Kehidupan masa lalu sebaiknya menjadi
cermin dalam menentukan gerak langkah di masa depan. Sebab, kebaikan melangkah
di masa depan tidak terlepas dari pijakan masa lalu. Waktu ibarat busur panah
yang dibentangkan ke satu titik sasaran, dimana mustahil busur panah berbalik
arah atau kembali lagi ke si pemanah. Artinya, dalam kehidupan ini setiap
manusia mengalami fase-fase perkembangan fisik mulai sejak usia bayi,
anak-anak, remaja, dewasa, dan masa tua yang semua fase tersebut tidak
dimungkinkan kembali ke masa awal kelahiran kembali.
Firman
Allah Swt. dalam Al Qur’an menjelaskan, “Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang fasik.“ (QS. Al-Hadid [57]: 16). Seiring dengan
itu, Allah Swt. telah mengingatkan kita agar tidak terjebak dalam putaran waktu
sehingga kita termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al-‘Ashr [103]: 1-3).
b.
Kedua,
waktu kini.
Kita
sering merindukan masa depan yang sukses dan berhasil. Kerinduan ini sebenarnya
hanya fatamorgana jika hari ini kita tidak berbuat banyak dalam menyongsong
masa depan yang dirindukan itu. Al Qur’an mengemukakan, “Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang di kerjakannya.“
(QS. Al-Baqarah [2]: 286). Ayat
ini menggambarkan, betapa masa depan kita sangat di tentukan oleh apa yang
tengah diusahakan. Maka, jangan berharap banyak tentang masa depan jika kita
tidak sungguh-sungguh menghadapinya.
c.
Ketiga,
waktu mendatang.
Sebagaimana
disebutkan di atas, waktu adalah modal, dan mata rantai dari masa kini dan masa
mendatang. Ini melahirkan makna, bahwa waktu merupakan siklus yang saling
terkait antara yang satu dengan yang lainnya. Kondisi itu juga memberi
gambaran, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok, sebagaimana
firman-Nya: ”…Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang
akan di usahakannya besok.” (QS.
Luqman [31]: 34)
Dengan
demikian, memanfaatkan waktu setiap kebaikan dalam tataran waktu merupakan
bagian penting dalam menjalani proses hidup ini. Tiga tataran waktu yang kita
miliki, waktu lalu, kini, dan mendatang harus menjadi pelengkap kebaikan. Bukan
sebaliknya.
Ada
beberapa prinsip yang sebaiknya kita pertimbangkan dalam manajemen waktu
sehingga kita bisa bekerja efektif:
1. Menyusun rencana
Sebelum membuat
perencanaan, ada enam hal yang harus kita perhatikan, yaitu:
- Niat yang
kuat.
·
Niat sama artinya dengan motivasi yang
kuat. Tanpa adanya niat, kita tidak akan pernah berhasil dalam beramal.
- Memiliki
tujuan yang jelas.
·
Tanpa adanya tujuan yang jelas, kita tidak
akan fokus melangkah. Makin tidak jelas tujuan dan waktu pencapaiannya maka
peluang gagalnya rencana kita akan makin besar. Dan tujuan kita melakukan amal
ibadah dalam mengisi waktu-waktu kita adalah berharap ridha Allah Swt.
- Buat rencana cadangan.
·
Kita pun harus selalu siap dengan segala
kemungkinan tak terduga. Kita merencanakan, tapi Allah Swt yang menentukan.
Karena itu, buat rencana B dan C sebagai rencana cadangan jika rencana utama
mengalami kegagalan. Insya Allah, kita tidak akan kehilangan waktu untuk panik.
- Rencana atau
program harus realistis, terukur, dan adil.
·
Hindari membuat rencana yang terlalu
tinggi, tidak realistis, dan terlalu sulit dicapai. Program kita pun harus adil
dan seimbang. Sebab kita harus menunaikan banyak hak, di mana setiap hak
menuntut pemenuhan. Ada hak Allah, hak keluarga, dan hak akal, hak tetangga,
hak badan, hak diri.
- Disiplin
dalam rencana.
·
Sehebat apapun program dan rencana, tidak
akan berarti sama sekali jika kita tidak disiplin melaksanakannya. Karena itu,
jangan tergiur oleh kegiatan, kesenangan spontan, atau apa saja yang akan
menjauhkan kita dari rencana yang telah disusun.
- Sempurnakan setiap kali beramal.
·
Penyempurnaan adalah tahap akhir yang akan
menentukan berkualitas tidak amal ibadah yang kita lakukan. Kita akan
mendapatkan yang 'terbaik', jika melakukan yang terbaik pula.
Dengan merencanakan apa
yang akan kita lakukan hari ini, kita akan berjalan di hari-hari ini dengan
baik. Sehingga waktu yang terlewati akan bermanfaat sebagai amal ibadah kita
hari ini.
2.
Fokus
Seringkali
dalam bekerja kita membiarkan diri kita larut dalam beberapa pekerjaan
sekaligus, istilahnya multi-tasking.
Mengerjakan dua hal pada saat bersamaan bukan saja membagi perhatian kita
tetapi juga membuat kita kurang fokus yang akibatnya butuh waktu lebih lama
untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Fokus dalam bekerja membuat kita lebih
produktif dan mengurangi beban stress. Buat skala prioritas apabila kita harus
menyelesaikan beberapa pekerjaan dalam kurun waktu yang bersamaan.
Manajemen
diri bagi seorang muslim tentu saja harus berlandaskan pada aturan-aturan yang
termaktub dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Hal ini sekaligus untuk membuktikan
bahwa aturan-autran dalam Islam itu bersifat kaffah (sempurna) sehingga setiap aktivitas kaum muslimin tidak
lepas dari aturannya.
Sebagaimana
Allah Swt. telah mewanti-wanti kita di dalam surah Al-Ashr, bahwa pada
hakekatnya kita berada pada kerugian, yakni bagi orang-orang yang tidak mampu
mengatur waktu dan melewatkan waktu tanpa digunakan untuk beriman dan beramal
shaleh, dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Rasulullah
SAW pernah menyebutkan tiga hal yang tidak bisa ditarik kembali yakni: anak panah yang telah
melesat dari panahnya,
perkataan
yang telah diucapkan, dan
waktu
yang telah dilewati.
Oleh
karena itu, sebagai seorang muslimah kita wajib mengatur waktu sedemikian rupa
agar setiap detik yang kita lewati berbuah pahala amal kebaikan bagi diri kita.
Aamiin...
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna