“Barang siapa yang di waktu sorenya
merasakan kelelahan karena bekerja, berkarya dengan tangannya sendiri maka di
waktu sore itu pulalah ia terampuni dosanya.” (HR. Thabrani dan Baihaqi).
Mari
sejenak kita tengok sosok mulia yang sangat menginspirasi: Khadijah binti
Khuwalid, Ummul Mukminin. Siti Khadijah merupakan sosok wanita pengusaha sukses
yang bisa menjalankan prinsip-prinsip bisnisnya dengan baik: bagaimana
memanfaatkan modal, memilih mitra kerja, merekrut karyawan, dan—tak kalah
penting—memikirkan strategi pemasaran untuk usahanya.
Kesuksesan
Siti Khadijah sebagai entrepreneur inilah yang sudah semestinya di jadikan
contoh oleh para muslimah di dunia Islam. Prinsip yang mendasar dari seseorang
yang ingin mengawali dirinya untuk menjadi seorang entrepreneur adalah adanya keyakinan dan
keinginan untuk menjadi pengusaha, yang kedua memiliki skill dan
bidang usaha apa yang akan ditekuni, lalu memiliki permodalan untuk membangun usaha, yang terakhir adalah pangsa pasar.
Beliau
tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mulia dan pada gilirannya beliau menjadi
seorang wanita yang cerdas dan agung. Dikenal sebagai seorang yang teguh dan
cerdik dan memiliki perangai yang luhur. Karena itulah banyak laki-laki
dari kaumnya menaruh simpati kepadanya.
Setelah
bercerai dengan suami yang pertama, banyak dari para pemuka-pemuka Quraisy yang
menginginkan Khadijah untuk dijadikan istri. Tetapi, Khadijah lebih
memprioritaskan perhatiannya dalam mendidik putra-putrinya, juga sibuk
mengurusi perniagaan yang kemudian menjadi hasil usaha yang dikelolanya.
Khadijah menjadi seorang yang kaya. Karena kepandaian dan kejeliannya, ia
kemudian menawarkan Muhammad yang pada saat itu belumlah diangkat menjadi nabi,
untuk menjual dagangannya. Kejujuran dan sikap profesional yang dimiliki
Muhammad dalam berdagang, membuat kekayaan Khadijah semakin bertambah banyak.
Khadijah
memiliki wajah yang cantik, berasal dari keturunan yang terhormat, memiliki
martabat karena kepandaian dan kecerdasannya, dan ia juga adalah wanita yang
kaya raya. Maka tidaklah mengherankan dengan kondisi yang demikian itu semakin
banyak para pemuka Quraisy yang terhormat dan kaya raya ingin menjadikan
Khadijah sebagai istri. Singkat cerita, semua tawaran tersebut ditolak oleh
khadijah, karena hatinya telah tertambat pada pribadi yang tepercaya, jujur,
profesional dalam bekerja, dan memiliki akhlak yang mulia, ia adalah Muhammad.
Dan Allah menakdirkan mereka untuk menikah, walaupun pada waktu itu, umur
Khadijah yang telah sampai di usia 40 tahun, kecantikannya tetap memesona
Muhammad yang berumur 25 tahun.
Keutamaan
Khadijah diriwayatkan sebagaimana sabda Rasulullah saw: "Tidaklah Allah mengganti untukku (istri) yang lebih baik darinya
(Khadijah). Dia beriman kepadaku saat orang-orang kufur. Dia memercayaiku saat
orang-orang mendustaiku. Dia memberikan hartanya kepadaku saat orang-orang mengharamkan
harta untukku. Dan dia memberikan aku anak saat Allah tidak memberikan anak
dari istri-istriku yang lain."
Khadijah
adalah sosok wanita pilihan yang Allah Swt. amanahkan untuk mendampingi
Muhammad dalam menjalani tugasnya sebagai Rasul Allah.
[*]
Muslimah
selalu identik dengan urusan dapur dan merawat anak. Tapi, ada jutaan muslimah
memiliki talenta kuat dalam dunia usaha yang bisa meraup pundi-pundi finansial
melebihi kemampuan laki-laki. Di antara mereka, tetap ada yang ingin mengurus
rumah tangga (bagi yang sudah menikah), mendidik anak dan tanpa harus menjadi
wanita karir yang harus masuk kantor dari pagi hingga malam.
Sayang,
di antara mereka masih kebingungan menentukan keputusan. Di bawah ini ada
beberapa tips dan hal-hal yang tak boleh diabaikan.
a.
Niatkan
membantu keluarga
Menentukan
niat adalah awal yang akan sangat menentukan perjalanan selanjutnya. Selain
karena Allah Swt memberi nilai segala perbuatan berdasarkan pada niatnya, lebih
dari itu niat inilah yang semenjak awal membentuk pola pikir kita sehingga
nantinya mengarahkan pilihan dalam menentukan berbagai kebijakan. Berarti dia
pulalah yang akan menyetir arah berkembangnya karir dan usaha seseorang.
Muslimah
yang sejak awal berniat mengembangkan usaha demi ambisi kesuksesaan pribadi
atau mengumpulkan kekayaan, bisa jadi akan mengorbankan banyak kepentingan
keluarganya jika dirasa akan menghalangi langkahnya dalam mencapai niat awal
ini. Jelas, ini tak diperbolehkan dalam Islam. Bagi yang sudah menikah, selama
masih ada suami sebagai penopang nafkah keluarga, niat terbaik bagi istri untuk
membuka usaha adalah dalam rangka membantu suami mencari nafkah. Dalam batas
ini, maka kepentingan karir suami tetap dinomorsatukan.
b.
Pekerjaan
yang aman
Kriteria
‘aman’ bagi seorang muslimah adalah manakala kondisi pekerjaan tersebut bisa
disesuaikan dengan karakter fisik dan psikisnya yang khas. Mempertahankan
karakter keibuan yang feminin misalnya, tetap harus dilakukan dengan cara
memilih jenis-jenis pekerjaan yang diperkirakan tidak terlalu maskulin agar
tidak mengikis karakter keibuannya.
Pekerjaan
yang tidak harus menguras keletihan fisik akan jauh lebih baik, karena keluarga
masih menunggu sumbangan tenaga dan pikiran kita di luar urusan kantor. Dan ini
tak akan sukses dilakukan jika secara fisik kita sudah kelelahan.
c.
Selesaikan
urusan rumah
Bereskan
urusan keluarga sebelum menangani yang lain, itu prinsip yang tak boleh
dilepas. Sepagi apapun meeting
dijadwalkan di tempat tugas, pastikan bahwa urusan di rumah sudah tak ada
masalah. Jika berencana pulang kerja agak terlambat, atau bahkan harus
meninggalkan rumah lebih dari sehari, persiapkan segala sesuatu di rumah
seberes mungkin. Semua itu perlu dilakukan agar keluarga tidak terlantar.
d.
Dukungan anggota keluarga
Bekerja
dan menuntaskan segala sesuatunya seorang diri, mustahil. Perlu dukungan dan
pengertian dari orang-orang di sekitar kita. Bagi muslimah yang sudah
berkeluarga ridha suami adalah di atas keutamaan yang lain. Pengertiannya
terhadap masalah yang dihadapi istri bekerja menjadi teramat penting. Apalagi
manakala terjadi hal-hal mendesak, seperti tugas-tugas yang luar biasa padat,
yang membutuhkan waktu di luar jam kerja biasanya, atau di saat-saat keluarga
membutuhkan lebih banyak perhatian seperti saat anak sakit.
***
Nah,
ketika kita memilih untuk berbisnis, lalu kita memutuskan ingin memiliki online shop atau mungkin bisnis di
bidang jasa, agar tetap bisa beraktualiasai dari rumah, sambil momong anak.
Maka, saya punya satu tips ampuh agar keuangan pribadi/keuangan rumah tangga,
dan keuangan bisnis selalu sehat. Tips itu adalah PISAHKAN ANTARA UANG PRIBADI DENGAN UANG
BISNIS. Kalau
suatu saat terpaksa memakai uang bisnis, maka catatlah pemakaian uang itu
sebagai HUTANG. Saat ini pun saya masih terhitung belajar menerapkan tips ini.
Satu
tips ini silakan dicoba dan buktikan, juga teladani sosok inspiratif seorang
muslimah yang sukses berbisnis yaitu Bunda Khadijah. Salah satu hikmah yang
bisa kita petik dari kisah hidup Khadijah adalah keuletannya, kesungguhannya,
kecerdasan dan ketelitiannya dalam menjalankan usaha perdagangan. Tetapi, semua
usahanya itu tidaklah ia jadikan semata-mata untuk kesenangan yang bersifat keduniawian
semata. Sebagaimana sabda Rasulullah, Khadijah dengan rela memberikan hartanya
untuk kepentingan dakwah Rasulullah. Dan hal itu, ia lakukan sampai ajal
menjemputnya.
Dengan
demikian, bekerja termasuk dalam ibadah yang juga bernilai pahala di sisi Allah
Swt. Islam tidak menghalangi kaum perempuan untuk produktif dalam mencari
karunia Allah Swt di dunia ini dengan bekerja. Bahkan, Islam menganjurkan agar
kaum perempuan tidak kalah produktifnya dengan kaum laki-laki.
Allah
Swt memberikan pilihan bagi kaum perempuan, apakah ia mau memilih sebagai
pekerja, perempuan karier, pengusaha, atau sebagai ibu rumah tangga. Semua itu
sama baiknya. Selama ia menjaga kehormatannya, harga dirinya, dan taat pada
aturan yang telah Allah Swt tetapkan. Apapun pilihannya, Insya Allah akan
bernilai pahala.
Kisah
Siti Khadijah, Allah Swt telah mengabadikan teladan bagi kaum wanita. Khadijah
adalah perempuan yang cerdas, ibu rumah tangga yang amanah, pendidik bagi
anak-anaknya, pengusaha yang sukses, istri seorang Nabi dan Rasul, dan pejuang
di jalan Allah. Dan tidaklah mungkin
Allah Swt jadikan Khadijah sebagai teladan jika tidak mungkin untuk diteladani.
Karena pada dasarnya, kaum perempuan adalah kaum yang mampu melakukan semua itu. Wallahu'alam.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna