Seringkali apa yang kita
harapkan, tidak selalu jadi kenyataan, bukan? Apa yang jadi cita-cita terkadang
tidak sesuai realita. Lantas, apa yang harus kita lakukan?
Yups, salah satunya dengan tetap bersikap
optimis! Apa yang dimaksud dengan optimisme atau bersikap optimis? Optimisme
merupakan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal serta
kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang menyenangkan. Optimisme dapat juga diartikan berpikir positif.
Jadi optimisme lebih merupakan paradigma atau cara berpikir.
Sewaktu mengalami kegagalan atau tekanan
hidup, bagaimana perasaan seorang yang optimis? Seorang yang berpikiran positif
atau berpikir secara optimis tidak menganggap kegagalan itu bersifat permanen.
Hal ini bukan berarti bahwa ia enggan menerima kenyataan. Sebaliknya, ia
menerima dan memeriksa masalahnya. Lalu, sejauh keadaan memungkinkan, ia
bertindak untuk mengubah atau memperbaiki situasi.
Bertolak belakang dengan optimisme, pandangan pesimistis akan menganggap kegagalan dari sisi yang buruk.
Umumnya seorang pesimis sering kali menyalahkan diri sendiri atas
kesengsaraannya. Ia menganggap bahwa kemalangan bersifat
permanen dan hal itu terjadi karena sudah nasib, kebodohan, ketidakmampuan,
atau kejelekannya. Akibatnya, ia pasrah dan tidak mau berupaya.
Berpikir positif juga menjadi kunci sukses
untuk mengelola stres. Optimisme akan membuat seseorang menghadapi situasi
tidak menyenangkan dengan cara positif dan produktif.
Para ilmuwan telah membuat kesimpulan atas
riset selama puluhan tahun tentang manfaat berpikir positif dan optimisme bagi
kesehatan. Hasil riset menunjukkan bahwa seorang optimis lebih sehat dan lebih
panjang umur dibanding orang lain apalagi dibanding dengan orang pesimis. Para
peneliti juga memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih sanggup
menghadapi stres dan lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi. Berikut ini
beberapa manfaat bersikap optimis dan sering berpikir positif:
- Insya Allah, lebih
panjang umur.
- Lebih jarang
mengalami depresi.
- Tingkat stres yang
lebih kecil.
- Memiliki daya tahan
tubuh yang lebih baik terhadap penyakit.
- Lebih baik secara
fisik dan mental.
- Mengurangi risiko
terkena penyakit jantung.
Fren, ada
beberapa tips dan prinsip agar kita selalu menjadi optimis:
a.
Kunci menjadi optimis adalah memaksimalkan
kesuksesan kita dan mengurangi kegagalan kita.
b.
Tidak ada salahnya mengakui kekurangan
kita, tapi fokus pada kelebihan kita akan jauh lebih baik.
c.
Ketika kita mengalami sebuah kegagalan,
ingat bahwa ada pelajaran yang bisa kita petik, dan itu membuat kita selangkah
lebih maju mendekati kesuksesan
kita.
d.
Ucapkan kata-kata motivasi dalam kehidupan kita setiap
hari. Ini membantu memotivasi kita.
e.
Jangan fokus pada sisi negatif, tapi
fokuslah pada sisi positifnya. Dan tidak perlu mengira-ngira bahwa hal negatif
yang akan datang. Kalau mau dirasakan, menjadi pesimis itu sebenarnya lebih
berat daripada menjadi optimis. Kalau tidak percaya, silakan bandingkan
sendiri.
f.
Ingat selalu kalau kita punya kesempatan
yang tak terbatas untuk meraih sukses di masa depan.
[*]
Saya pernah punya impian menjadi seorang
PNS alias abdi negara. Setelah 2 tahun mencoba, namun tak jua berhasil. Alhamdulillah,
kembaran saya yang lebih dulu lolos menjadi seorang PNS. Saya sangat bersyukur.
Hingga kini kami tetap berkolaborasi bersama untuk memproduksi karya juga dalam
hal bisnis. Insya Allah, saya tetap bisa jadi PNS di ranah yang lain: Penulis
Nan Sensasional hehe, Pengusaha Nan Sukses, Pendamping hidup Nan Salihah, uhuy
banget, kan?
[*]
Hidup adalah sebuah perjalanan misteri
yang telah, sedang, dan akan kita hadapi dalam dunia ini. Realistis dalam hidup berarti kita melihat hidup dengan
segala potensi yang ada dalam diri kita, sehingga dengan sikap realistis itulah
kita bisa menentukan langkah dan arah yang harus kita lakukan. Dari salah satu
novel Tetralogi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, akan didapatkan dua hal tentang
realistis dalam menjalani hidup yaitu pesimis dan optimis.
Ketika si Ikal menemukan sebuah
kerealistisan hidup tentang bagaimana ia dan teman-temannya, saat daya fikir
realistis itu datang dia menejemahkannya pada sebuah pesimistis. Mereka yang
hanya anak-anak orang miskin meski bekerja sekuat tenaga untuk biaya sekolah
dan meringankan beban orang tua ketika tamat sekolah nanti mungkin hanya akan
menjadi tukang cuci di warung, menjadi kuli, atau pekerja kasar lainnya. Dari
lingkar kepesimisan Ikal itu maka muncullah dampak negatif yang menjadikan
semangat jiwanya menjadi mundur, dan tak tanggung-tanggung sikap pesimisnya
yang terepresentasi dari realistis itu menyumbangkan kemerosotan yang sangat
dalam di kehidupannya. Hingga
pada akhirnya Arai memberi pencerahan untuk tidak mendahului nasib.
Mungkin
setelah lulus nanti mereka hanya akan menjadi kuli, nelayan, atau
pekerja-pekerja lainnya, tapi selama mereka masih disini menduduki bangku
pendidikan, siapalah yang dapat menduga masa depan nanti. Bukannya berpatah
semangat atas realita yang sebenarnya belum jelas akhirnya, namun tetaplah
berjuang sekuat tenaga demi mencapai mimpi dan cita-cita yang telah
digantungkan setinggi langit. Itulah sebenarnya realistis dengan berpandangan
penuh optimis.
Fren,
dengan kemampuan yang ada saat ini, jangan sampai kita berhenti akan tetapi
dengan kemampuan
inilah seharusnya kita berusaha berbuat yang terbaik semaksimal mungkin. Faktor lingkungan, kurang
percaya diri dan trauma kegagalan di masa lalu merupakan penyebab yang sering
timbul yang menyebabkan orang menjadi pesimis. Jika kita hidup di lingkungan
yang serba pesimis maka akan menggerus sikap kita yang optimis. Terkadang kita
mematikan "hero" di dalam diri kita sebelum kita maju bertanding.
“Layang-layang
dimainkan dengan kepala tegak, bukan dengan menunduk. Layang-layang
diterbangkan, bukan dengan wajah ke arah bawah, tapi dengan menatapnya ke
angkasa. Begitu pula dengan kita, optimisme dimulai dengan membangun harapan,
bukan dengan rasa takut dan kesedihan!”
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna