Jejak Karya

Jejak Karya

Monday, July 13, 2009

12 PENEMUAN YANG TIDAK DISENGAJA

Monday, July 13, 2009 0 Comments
Manusia bisa merencanakan, tapi Tuhan YME yang menentukan. Demikian pepatah yang sering kita dengar, yang menunjukkan bahwa perencanaan manusia bisa saja berbeda dengan rencana Tuhan sehingga sering terjadi hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan kehendak kita.

Tapi penemuan-penemuan berikut ini, terjadi secara tidak disengaja dan bukan merupakan tujuan sebenarnya dari si penemu. Sebuah “blessing in disguise” atau rahmat Tuhan yang tersembunyi dalam sebuah kejadian yang tidak dikehendaki, itulah kira-kira ungkapan yang tepat untuk penemuan-penemuan berguna yang hingga hari ini masih kita rasakan manfaatnya.

Sebuah pelajaran bagi kita bahwa hal-hal buruk dalam hidup kita dan tidak diharapkan tidak selalu membawa kejelekan, tapi sering kali memberikan kebaikan asalkan kita tetap berpikiran positif dan jeli melihat peluang lain di balik sebuah musibah.

1. Penisilin

Anda mungkin sudah mengenal Alexander Fleming, ilmuwan Skotlandia yang mengadakan penelitian terhadap bakteri yang dilemahkan, yang disebut staphylococci atau stafilokokus. Kejadian yang sebenarnya adalah ketika dia kembali dari liburan dalam 1928, ia menemukan salah satu cawan percobaannya telah ditumbuhi jamur, sehingga membuatnya kesal dan melemparkannya. Pada waktu itu ia belum menyadari bahwa kemudian bakteri stafilokokus tidak mampu hidup di lingkungan yang ditumbuhi jamur fungal.

Setelah Fleming meneliti kembali dan mendapatkan bahwa jamur bisa menghambat pertumbuhan bakteri, dia kemudian menerbitkan penemuannya tersebut namun tidak banyak mendapat perhatian. Kemudian di tahun 1945 setelah riset lebih lanjut dilakukan oleh beberapa para ilmuwan lain, maka baru diyakini bahwa penisilin bisa dihasilkan dalam skala industri, sehingga hal ini memberi jalan untuk pengobatan infeksi atau peradangan oleh bakteri hingga saat ini.

2. Oven Microwave

Dalam tahun 1945 Percy Lebaron Spencer, seorang insinyur dan pencipta Amerika, sibuk bekerja di pabrik magnetron, alat yang digunakan untuk menghasilkan sinyal radio gelombang mikro yang merupakan bentuk awal dari radar. Radar adalah sebuah inovasi luar biasa penting di masa perang, tetapi penggunaan gelombang mikro untuk memasak makanan adalah ketidaksengajaan.

Ketika sedang berdiri di dekat sebuah magnetron yang sedang hidup, Spencer mendapati bahwa batang coklat di sakunya meleleh. Pikirannya yang tajam segera mengerti bahwa itu adalah akibat gelombang mikro. Kemudian dia mencobanya terhadap biji jagung brondong, lalu pada sebutir telur hingga meledak.

Oven Microwave pertama beratnya sekitar 340 kg dengan ukuran sebesar sebuah kulkas.

3. Kerucut Es krim

Kisah ini adalah suatu contoh yang sempurna dari penemuan yang tidak disengaja, dan sebuah kesempatan pertemuan langka yang memberi dampak ke seluruh dunia. Dan merupakan sebuah pertemuan yang manis.

Di awal 1904, es krim disajikan di atas sebuah piring. Sampai suatu ketika di World’s Fair pada tahun itu, di Saint Louis, Missouri, dua bahan makanan yang kelihatannya tidak berhubungan dengan tak terelakkan tersambung bersama-sama.

Pada saat udara sangat panas di World’s Fair 1904, depot eskrim menjual eskrim dengan cepat sampai-sampai kehabisan piring-piring. Depot di sebelahnya tidak seberuntung penjual es krim, yaitu penjual Zalabia – sejenis wafel wafer tipis dari Persia – dan pemilik depot mengusulkan sebuah ide untuk menggulung zalabianya menjadi kerucut dan meletakkan sebongkah es krim di atasnya. Demikianlah kerucut es krim dilahirkan – dan hingga kini kita masih menemukan es krim dengan kerucutnya, semodern apa pun pembuatan es krim itu.

4. Sampanye

Menurut banyak orang Dom Pierre Perignon dihormati sebagai penemu sampanye. Walaupun sebenarnya biarawan Benedictine abad ke-17 itu tidak bermaksud demikian, yakni membuat anggur dengan gelembung-gelembung udara di dalamnya -karena pada kenyataanya dia telah menghabiskan waktu bertahun-tahun berusaha mencegah hal itu terjadi. Anggur yang penuh dengan gelembung udara dianggap sebagai tanda proses pembuatan anggur yang jelek.

Harapan Perignon sesungguhnya untuk memenuhi pilihan pejabat Prancis berupa anggur putih. Karena buah anggur yang hitam lebih mudah untuk berkembang di daerah Champagne, ia menemukan suatu cara menekan keluar sari buah putih dari anggur hitam. Tetapi karena iklim di Champagne relatif dingin, anggur itu akhirnya mengalami fermentasi setelah dua musim, sampai tahun kedua di dalam botol. Hasilnya adalah anggur yang dipenuhi gelembung-gelembung gas karbon dioksida yang oleh Perignon dicoba untuk dibersihkan tetapi gagal. Untungnya, anggur baru itu akhirnya menjadi pilihan utama di kalangan aristokrat, baik pejabat-pejabat di Perancis maupun Inggris.

5. Kertas catatan Post-It

Penemuan kertas catatan Post-It yang sederhana adalah sebuah kolaborasi yang kebetulan antara ilmu pengetahuan yang payah dengan seorang jemaat gereja yang putus asa. Pada tahun 1970, Spencer Silver, seorang peneliti perusahaan besar Amerika 3M, tadinya berusaha untuk merumuskan sejenis lem perekat yang kuat, tetapi berakhir pada penciptaan sebuah lem yang sangat lemah yang bisa dilepaskan dengan mudah. Ia mengenalkan penemuannya di 3M, tetapi tidak ada orang yang peduli.

Empat tahun kemudian, Arthur Fry, seorang rekan kerja Silver di 3M dan anggota paduan suara di gerejanya, terganggu oleh kenyataan bahwa kertas kecil yang diselipkan di buku lagu rohaninya sebagai tanda batas halaman selalu terjatuh ketika buku tersebut dibuka. Dia kemudian meminta bantuan kepada Spencer Silver untuk mempergunakan hasil temuannya, yakni lem perekat yang lemah itu sebagai penanda batas halaman bukunya. Penanda berupa kertas tempel berperekat temuan Spencder Silver bekerja dengan sempurna, dan dia kemudian menjual ide itu kepada 3M. Pemasaran percobaan dimulai tahun 1977, hingga post-it dikenal di seluruh dunia sekarang ini.

6. Keripik kentang

Tahun 1853, di sebuah rumah makan di Saratoga, New York, seseorang yang sedang makan malam, Cornelius Vanderbilt, terlihat cerewet sekali karena berulang kali yang menolak memakan gorengan yang dipesannya. Dia mengeluh gorengan itu terlalu tebal dan terlalu basah. Setelah dikembalikan beberapa piring dan lalu lebih menipiskan potongan kentangnya, kepala tukang masak George Crum memutuskan untuk menggoreng irisan kentang yang tipis tersebut di dalam minyak goreng yang banyak, maka jadilah keripik kentang seperti sekarang ini.

Vanderbilt pada awalnya memprotes usaha si kepala tukang masak, katanya gorengan itu terlalu tipis untuk ditusuk dengan garpu, tetapi setelah beberapa percobaan, keripik kentang itu kemudian menjadi kesukaan, dan segera semua orang di dalam rumah makan tersebut memesannya. Sehingga pada daftar menu dicantumkan “Saratoga Chips”, yang kemudian terkenal ke seluruh dunia.

7. Slinky


Anda pasti mengetahui mainan yang satu ini, yaitu segulungan kawat berwarna-warni berbentuk per yang berbunyi gemerincing ketika digoyang-goyangkan. Aslinya mainan ini hanyalah sebuah hiasan di sebuah meja tulis seorang ahli mekanik, Richard James, yang suatu waktu di tahun 1940 yang ketika musim semi tiba, tersandung dan terguling ke seberang lantai setelah menginjak benda tersebut sehingga harus berbaring sakit. Setelah beberapa prototipe, slinky akhirnya siap untuk diperkenalkan di toko mainan di tahun 1948, yang lalu menjadi salah satu ikon mainan paling populer sepanjang masa.

Istri James, Betty, adalah orang yang mengusulkan nama “Slinky”, dan sebagai CEO dari perusahaan sejak 1960. Lebih dari 250 juta Slinky telah dijual di seluruh dunia, dan bahkan Slinky digunakan sebagai antena radio bergerak selama perang Vietnam.

8. Alat pacu jantung


Seperti penisilin, ini adalah penemuan tidak disengaja lain yang telah menyelamatkan hidup banyak orang hingga hari ini. Seorang insinyur Amerika, Wilson Greatbatch, sedang bekerja dengan sebuah peralatan yang merekam denyut jantung tidak beraturan, ketika ia menyisipkan sebuah tipe resistor yang keliru ke dalam penemuannya. Sirkuit berdenyut, lalu diam, lalu berdenyut lagi, mendorong Greatbatch untuk membandingkan reaksi ini dengan jantung manusia dan menggunakannya pada sebagai alat pacu jantung pertama di dunia yang bisa diimplan atau ditanamkan ke dalam tubuh manusia.

Sebelum versi yang bisa diimplan digunakan pada manusia setelah tahun 1960, alat pacu jantung telah didasarkan pada model eksternal yang ditemukan oleh Paul Zoll tahun 1952. Alat ini berukuran sebuah televisi dan membagikan kejutan-kejutan listrik yang disesuaikan ke dalam tubuh pasien, yang sering kali menyebabkan kulit terbakar. Greatbatch juga mengembangkan penemuannya dengan menggunakan sel baterai iodid litium untuk menggerakkan alat pacu jantungnya.

9. Lem super kuat (Superglue)

Bahan lebih lengket. Yang satu ini terkenal karena berdaya perekat tinggi, tidak seperti Post-It Notes di atas. Lem super kuat tercipta pada tahun 1942 ketika Dr. Harry Coover sedang berusaha untuk mengisolasikan sebuah bahan plastik yang bersih untuk membuat gagang senjata api. Sementara dia sedang bekerja dengan bahan kimia cyanoacrylates, seketika setelah bahan polymerized terkontak dengan embun menjadikan semua bahan-bahan kimia dalam percobaan terikat bersama-sama. Bagi Coover percobaannya gagal, dan riset berjalan terus.

Enam tahun kemudian, Coover bekerja di sebuah pabrik kimia di Tennessee dan merealisasikan potensi dari sebuah substansi ketika mereka sedang menguji hambatan panas dari cyanoacrylates, diketahui sebelumnya bahwa lem-lem tidak memerlukan panas maupun tekanan untuk membentuk ikatan yang kuat. Jadi, setelah suatu jumlah yang tertentu dari perbaikan komersil, Superglue atau “Alcohol-Catalyzed Cyanoacrylate Adhesive Composition” (komposisi lem dari bahan Cyanoacrylate yang dikatalisasi dengan alkohol) dilahirkan.

Lem itulah yang digunakan kemudian untuk menangani prajurit yang terluka di perang Vietnam – lem itu bisa disemprotkan di luka terbuka, membendung pendarahan dan memudahkan pengangkutan para prajurit. Lem ini telah banyak menyelamatkan nyawa korban-korban luka oleh senjata api.

10. Sakarin

Sakarin, pemanis buatan yang paling tua, tanpa sengaja ditemukan di tahun 1879 oleh seorang peneliti bernama Constantine Fahlberg, seseorang yang dulu pernah bekerja pada Johns Hopkins University di dalam laboratorium profesor Ira Remsen. Penemuan Fahlberg bermula ketika dia lupa mencuci kedua tangannya sebelum makan siang, yang mana sebelumnya telah ditumpahi sejenis bahan kimia di laboratoriumnya. Bahan kimia itulah kemudian menyebabkan roti yang dimakannya menjadi berasa manis yang aneh.

Dalam tahun 1880, kedua ilmuwan bersama-sama menerbitkan penemuan, tapi tahun 1884, Fahlberg memperoleh hak paten dan mulai memproduksi secara masal bahan sakarin tanpa Remsen. Pemakaian sakarin tidak akan meluas kalau tidak karena pemakaian gula dibatasi selama Perang Dunia I, dan ketenarannya meningkat selama tahun 1960-an sampai 1970-an karena dipergunakan oleh pabrik Sweet'N Low dan minuman-minuman ringan (soft drinks) untuk diet.

11. Karet vulkanisir (ban karet)

Christopher Columbus, penemu benua Amerika, adalah orang yang pertama kali memperkenalkan bola karet dari Hindia Barat ke Eropa. Bahan karet memang bagus tetapi bahan tersebut berbau busuk yang sangit, mengeras saat dingin dan terlalu lengket ketika hangat dan nampak tidak bisa dipergunakan untuk tujuan-tujuan praktis.

Tiga ratus tahun kemudian Charles Goodyear mendirikan perusahaannya dan berusaha keras untuk menjadikannya bahan berguna. Sebelumnya selama tujuh tahun, ia mencoba mengolah bahan karet dengan magnesium oksida, tepung perunggu, asam nitrat dan kapur perekat, namun tetap tanpa hasil. Lalu, di suatu hari yang penuh keberuntungan di tahun 1839, ia membersihkan kedua tangannya dari lumuran bubuk, yang terdiri atas campuran karet dan belerang. Bubuk itu terjatuh dan masuk ke dalam sebuah tungku di atas api. Ketika karet meleleh, ternyata bereaksi dengan bahan belerangnya. Inilah pertama kali karet vulkanisir atau ban karet tercipta, dan hingga kini anda bisa tertidur dengan nyenyak di dalam sebuah mobil karena ketidaksengajaan ini.

12. Mesin Sinar X

Dalam tahun 1895, ahli ilmu fisika Jerman, Wilhelm Conrad Rontgen, sedang berusaha menemukan cara agar bisa melihat sinar katode keluar dari sebuah tabung kaca yang sepenuhnya tertutup oleh sebuah kertas karton hitam. Dia menyadari hal itu mustahil tetapi dia menemukan sesuatu yang lebih menarik mengenai hal itu. Dia mencoba meletakkan berbagai benda di depan alat itu, tetapi yang mengejutkannya adalah ia melihat tulang-tulang di dalam tangannya sendiri, kemudian, hasil itu diproyeksikan ke dinding. Rontgen sadar bahwa sinar itu bisa menembus benda-benda padat juga. Segera, ia menyebut sinar yahg bisa menembus itu dengan nama x-ray atau kita kenal juga dengan sinar rontgen – seperti namanya. Dewasa ini, alat tersebut sudah menjadi alat standar kesehatan di rumah-rumah sakit.



Sumber : berbagai sumber

SEROTONIN

Monday, July 13, 2009 0 Comments


Serotonin (5-hydroxytryptamine, atau 5-HT) adalah suatu neurotransmitter monoamino yang disintesiskan dalam neuron-neuron serotonergis dalam sistem saraf pusat (CNS) dan sel-sel enterochromaffin dalam saluran pencernaan.

Serotonin itu merupakan suatu hormon yang ada di dalam sel-sel otak. Serotonin dihasilkan oleh tubuh dari asam amino yang berasal dari makanan. Serotonin, yang juga dikenal sebagai hormon yang mengendalikan mood, menurut temuan para ahli di Inggris ternyata juga memainkan peran penting dalam mengatur emosi seperti amarah atau agresivitas.

Seperti dipaparkan Molly Crockett, psikolog dari Universitas Cambridge dalam Journal Science, serotonin yang juga dikenal sebagai neurotransmitter (penghantar signal saraf) dan menjadi target obat-obatan antidepresan, diyakini dapat membuat respon seseorang menjadi agresif bila kadarnya dalam otak terbatas atau berkurang.

DAN SANG ANGIN PUN BERBISIK...

Monday, July 13, 2009 0 Comments
angin pun berbisik lagi padaku
mengejaku dalam barisan kata-kata
buatku bimbang tak paham maknanya..

angin pun kembali berbisik
dalam helaan syahdu simfoni-Mu berlagu
aku hendak bangkit melangkah pergi..
tapi lagi-lagi angin berbisik kembali..

sayupnya terngiang dalam isyarat kata
hempasan lembut menuju suatu muara dalam khayalan
angin berbisik membawa melodi cinta..
untukmu yang pernah menguatkan
untukmu yang pernah menyapa pagiku
menjadi secercah harapan
berharap simpul menyatu dalam suatu ikatan

(dalam nada angin kala siang menggarang...Salwa dalam inspirasi, 130709)

TUNA

Monday, July 13, 2009 0 Comments
TUNA SIRIP BIRU
NAMA LAIN: Bluefin Tuna, Giant Tuna, Horse Mackerel
JENIS: Thunnus Thynnus
UKURAN: Umumnya 100-300 kg, kadang mencapai 450 kg REKOR DUNIA: 1,496 pounds
KARAKTER: Petarung yang tangguh dilaut dalam. Diantara keluarga Tuna, Tuna Sirip Biru adalah yang terbesar dan petarung yang paling tangguh dikarenakan ukurannya yang sangat besar.

TUNA SIRIP KUNING
NAMA LAIN: Yellowfin Tuna, Allison Tuna, Ahi
JENIS: Thunnus Albacres
UKURAN: Umumnya lebih dari 100 kg, maximum bisa mencapai 200 kg
REKOR DUNIA: 388 pounds
KARAKTER: Petarung yang tangguh kedua setelah Tuna Sirip Biru, dan hanya dikarenakan oleh ukurannya yang lebih kecil dibandingkan dengan Tuna Sirip Biru.

TUNA MATA BESAR
NAMA LAIN: Bigeye Tuna
JENIS: Thunnus Obesus
UKURAN: Umumnya 25-500 kg, kadang mencapai 150 kg
REKOR DUNIA: 435 pounds
KARAKTER: Ukuran Tuna yang baik dan perlawanan yang setara dengan ukurannya.

TUNA GIGI ANJING
NAMA LAIN: Dogtooth Tuna, Scaleless Tuna, Peg tooth Tuna
JENIS: Gymnosarda Unicolor
UKURAN: Umumnya berkisar 150 kg
REKOR DUNIA: Tidak ada
KARAKTER: Petarung yang tangguh dikedalaman laut yang biasanya memanfaatkan struktur gugusan karang untuk membuat jengkel pemancing.

TUNA SIRIP PANJANG
NAMA LAIN: Albacore, Longfin Tuna
JENIS: Thunnus Alalunga
UKURAN: Umum 5-25 kg, kadang mencapai 40 kg lebih
REKOR DUNIA: 88 pounds
KARAKTER: Dikenal karena kegigihannya, bahkan diantara keluarga Tuna yang tangguh sekalipun.

TUNA SIRIP HITAM
NAMA LAIN: Blackfin Tuna, Bermuda Tuna, Football
JENIS: Thunnus Altanticus
UKURAN: Umum 1-10 kg, kadang mencapai 20 kg lebih
REKOR DUNIA: 45 pounds
KARAKTER: Terbaik diantara jenis ikan yang dipancing dengan piranti yang sekelas dengan berat ikan.


TUNA SKIPJACK (Jenis Tongkol)
NAMA LAIN:Skipjack Tuna, Oceanic Bonito, Arctic Bonito, Striped Tuna, Watermelon
JENIS: Katsuwonus Pelamis
UKURAN: Umum 1-5 kg, sering mencapai 7,5 kg lebih
REKOR DUNIA: 45 pounds
KARAKTER: Petarung yang hebat untuk piranti ringan.

TUNA KECIL (Jenis Tongkol)
NAMA LAIN:Little Tunny, Blue Bonito, False Albacore, Little Tuna
JENIS: Euthynnus Alletteratus
UKURAN: Umum 1-7,5 kg, sering mencapai 15 kg lebih
REKOR DUNIA: 35 pounds
KARAKTER: Petarung yang hebat untuk piranti ringan.

BONITO ATLANTIC (Jenis Tongkol)
NAMA LAIN: Atlantic Bonito, Northern Bonito, Katonotel, Boston Mackerel
JENIS: Sarda Sarda
UKURAN: Umum 2-5 kg, maximum bisa mencapai 10 kg
REKOR DUNIA: 18 pounds
KARAKTER: Seperti Tuna lainnya, termasuk petarung yang hebat.

FRIGATE MACKEREL (Jenis Tongkol)
NAMA LAIN: Bonito, Tinker Mackerel
JENIS: Auxis thazard
UKURAN: Merupakan yang terkecil diantara keluarga Tuna
REKOR DUNIA: Tidak ada
KARAKTER: Jika bermaksud memancingnya (biasanya sebagai umpan untuk ikan yang lebih besar), peralatan yang paling baik adalah piranti jenis Spinning dengan umpan jigging kecil.

Tuesday, July 07, 2009

Islam Indonesia, Antara Hari Ini dan Esok

Tuesday, July 07, 2009 0 Comments
dakwatuna.com - “Antara nyata dan tidak, antara mau dan tidak mau tapi itu semua adalah sebuah titik bahwa kita harus sadar bahwa kita adalah sebaik-baiknya umat ketika kita mampu menampakan sisi keislaman yang sebenarnya tanpa ada dikotomi antara tauhid dan aspek dunia.”

Esok adalah sebuah kumpulan cerita yang abstrak dan tak bisa diprediksi, namun seorang manusia yang wajar adalah seseorang selalu mempersiapkan segalanya atau selengkapnya dengan baik untuk songsong masa depan. Allah Swt. Berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Hasyr ayat 18 :

“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Muslim yang baik adalah muslim yang sudah tahu betul apa yang akan dilakukan pada hari ini, dan ia sadar bahwa apa yang ia lakukan hari ini akan memberikan dampak yang signifikan pada masa mendatang. Tak ada nilai-nilai keraguan ataupun nilai yang cenderung kepada sikap pesimistis, karena semua tahu bahwa esok adalah abstrak dan harus dipersiapkan dengan matang.

Indonesia adalah negeri muslim terbesar di dunia, yang merupakan asset yang berharga dan merupakan tolak ukur dari masyarakat muslim dunia. Karena itulah wajah dunia muslim Indonesia selalu menjadi sorotan yang paling tajam, sehingga ia merupakan sebuah informasi penting dalam segala kepentingannya. Muslim Indonesia dengan ciri yang lebih moderat bahkan mampu memposisikan diri sebagai negara muslim yang mampu menerapkan kesejukan, merupakan wajah lain dari dunia Islam yang cenderung kekinian dianggap sebagai agama radikal,agama teroris.

Oleh karena itu menurut hemat saya, posisi tawar itu merupakan hal yang berharga yang harus terus diperankan oleh Indonesia. Dan juga dengan posisi yang demikian, seharusnya peran kita pun sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar harus lebih signifkan dalam kancah dunia internasional. Sebagai negara mayoritas muslim, sudah seharusnya juga mempersiapkan diri untuk menjadi negara yang mampu berkompetisi dengan masyarakat internasional. Kita seharusnya tidak perlu takut lagi dengan era pasar bebas jika sudah mempersiapkan dengan matang tentang kader-kader penerus.

Namun sayang, kita ini terlalu sering terjebak dalam pemikiran pragmatis sehingga cita-cita kita yang termaktub dalam preambule UUD’45 yakni mewujukan masyarakat adil makmur hanya akan menjadi mimpi di siang bolong. Jika kita menilik dan mentadaburi QS Al Hasyr ayat 18 tadi, sungguh akan menjadi sangat menarik dan akan mampu menggenjot mental bangsa menjadi bangsa yang selalu memiliki perencanaan yang mantap dalam melangkah.

Namun permasalahnnya tidak sesederhana itu, karena kita sebagai bangsa yang mayoritas muslim sudah kehilangan akarnya dan kehilangan pegangan utamanya. Nilai moral sebagai seorang muslim salah satunya saja nilai silaturahim hanya terlihat setahun sekali dalam tradisi mudik, lalu nilai lain tentang Islam contoh kejujuran sudah tergerus oleh pemikiran “perut adalah segalanya” sehingga kita pun menjadi negara mayoritas muslim namun sebagai negara peringkat ketiga dalam korupsi.

Al Qur’an yang seharusnya menjadi pedoman dan tuntunan dalam melangkah kini hanya menjadi hiasan di sudu-sudut ruangan dihiasi dengan bingkai dan terlihat rapi karena memang belum pernah dibuka, atau mungkin ada dari kalangan yang terlihat hafal ayat Al Qur’an namun sayang hanya sekedar hafal dan hanya sampai di bibir saja belum sampai ke hati dan perwujudan dalam kehidupan. Kita hanya menjadi bangsa yang hanya sekedar namanya saja mayoritas Islam, namun kepribadian- kepribadiannya jauh dari konsep pribadi muslim sejati.

Ini yang menjadi polemik, ini yang menjadi rancu atau dengan bahasa yang lain “masa orang Islam takut dengan Islam”. Ada apa dengan ajaran Islam, dan ada apa dengan ketakutan yang menghampiri orang-orang muslim kini tentang ajaran agamanya? Contoh dalam hal ini orang “Islam” malas dengan mengeluarkan zakat, padahal dengan pengelolaan zakat itu orang miskin itu menjadi tidak ada (contoh dalam hal ini baitul mal yang dikelola Umar ibn Abdul Aziz) lalu kenapa harus takut jika itu memberi peluang hidup yang lebih baik kepada saudara kita yang miskin. Dan dalam hal ini tidak pernah ada cerita orang kaya jatuh miskin hanya gara-gara zakat, malah kekayaan kita akan bertambah banyak dan yang jelas semakin barakah.

Islam di Indonesia seharusnya menjadi ruh dalam perubahan tataran moral pribadi-pribadinya, dari yang tak jelas menjadi semakin jelas, dari yang rapuh menjadi tatanan yang kuat. Islam seharusnya menjadi kekuatan perekat persatuan bangsa ini, dan bukan menjadi sebuah kata-kata yang tabu dalam ranah kenegaraan karena Islam itu menganut sistem rahmatan lil ‘alamin. Islam Indonesia seharusnya menjadi pioner dalam tumbuh kembangnya pribadi muslim yang mewujudkan aspek tauhid dalam ilmu pengetahuan teknologi, kebudayaan serta kehidupan sosial kemasyarakatan tanpa menjadi masyarakat yang antipati terhadap lingkungan sekitar (eksklusif).

Konsep syumuliyatul Islam (kesempurnaan Islam) harus mampu diserap atau bahkan ditransfer ke dalam jiwa setiap muslim, agar ia menjadi sadar bahwa Islam itu bukan hanya mengurusi atau mengatur ibadah sholat, zakat, puasa, haji namun juga keselurahan kehidupan pribadi muslim diatur bahkan sampai ke ranah kenegaraan. Oleh karena itu, mulai saat ini kita harus segera sadar bahwa kita itu adalah negara dengan mayoritas muslim terbesar dan punya peran cukup signifikan dalam kancah internasional mulai mempersiapkan generasi penerus yang akan datang menjadi generasi yang bukan generasi mental lemah, bukan generasi bodoh, dan bukan generasi yang hanya bisa menjadi follower murni.

Kita harus menyediakan fasilitas-fasilitas untuk menunjang pembentukan pribadi-pribadi bermental pemenang, kita harus memberikan kucuran-kucuran dana yang cukup dan memadai kebutuhan kepada mereka yang berani berjuang mewujudkan cita-cita bangsa ini. Islam itu harus menjadi titik tolak berfikir, bergerak, berjuang seorang muslim, dan bukannya menjadi sebuah kejumudan.

Esok hari merupakan harapan bagi orang-orang yang optimis, dan Islam selalu mengajarkan sikap optimis dalam menjalani hidup. Sudah saatnya kita teriak “bebas merdeka” dari cengkraman nafsu syaitani yang selalu menyusun dan mendayung kita untuk menjauh dari Allah swt. dan Sunnah Rasulullah saw. Sudah saatnya pula Islam Indonesia hari ini berjalan beriringan bersama Islam di seluruh dunia untuk sama-sama berfungsi sebagai pemimpin dunia yang mampu melayani umat dunia ini dalam kerangaka keragaman suku, budaya, bahasa, dan agama dan saya rasa Islam sudah selesai dalam kerangka keberagaman itu dengan QS Al Hujarat Ayat 13 dan QS Al Kafiruun ayat 6 dan Islam bukanlah agama yang ketika mengahadapi masalah harus selalu diselesaikan dengan peperangan (pedang terhunus).

Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kita saat ini punya peran dalam menjawab pertanyaan Islam Indonesia esok hari akan seperti apa? Allahu a’lam

Friday, June 05, 2009

Friday, June 05, 2009 0 Comments
BILA MASA LALU MENGUNGKUNG DIRI..
Tahun demi tahun mungkin sudah berlalu,
tapi mengapa luka hati karena suatu tragedi yang terjadi masa lalu, masih saja kita biarkan menghantui diri?
Mengapa kita biarkan diri hidup di masa lalu?
Islam mengajarkan sikap batin sempurna dalam menghadapi karunia besar dariNya
yang bernama “waktu”.
Amanda, seorang wanita yang terlihat bahagia namun, dibalik kebahagiaan yang sering ia tampakkan sebenarnya ia merasa tak kuat mengingat kembali ke masa lalu. Namun, ia tetap saja tak dapat sepenuhnya membebaskan diri dari jeratan ingatan akan masa lalu. Lalu, penyesalan demi penyesalan tentang masa lalu itu tumbuh semakin kuat dan membelenggu hidupnya. Kemurungannya menjadi-jadi, semua reaksi batin dan fisik yang pernah dialaminya di masa lalu seakan timbul kembali dan menjadi satu dengan masa kininya. Atau, bahkan, dia seperti hidup di masa lalu.
Salah satu akibat jeratan masa lalu adalah kerapnya Amanda merasa putus asa. Sesekali timbul kekhawatirannya bahwa apa yang terjadi di masa lalunya itu akan merusak masa kininya, atau bahkan menutup masa depannya. Tapi, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk meninggalkan dan mengikhlaskan masa lalu yang sudah disesalinya dan membawanya bertaubat itu, lalu hidup dengan baik di masa kini dan menyongsong masa depan dengan lebih semangat.
Kasus Irina lain lagi, Wanita ini sekarang berjuang melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya, mulai dari rahim sampai gangguan-gangguan lain yang menyebabkan hari-harinya terasa penuh beban. Perhatian dan motivasi dari orang2 tersayang untuk tetap aktif sehingga Irina merasa lebih sehat, tapi Irina malah tersinggung dan merasa semakin tidak “berharga”. Kondisi ini menyebabkan Irina depresi.. Kemurungannya bertambah parah bila dia mengingat berbagai hal yang tak pernah “sempat” di laksanakannya semasa masih “ sehat dan muda”. Karena Irina banyak menyesali masa lalunya yang banyak disia-siakannya, maka masa kininya pun terasa tak menyenangkan dan hambar. Selalu saja ketidak puasannya akan masa lalunya menjelma menjadi ketidaksabaran akan masa kininya dan pesimisme akan masa depannya. Irina kini hidup dalam kungkungan masa lalunya.
Pada setiap fajar, ada dua malaikat yang berseru, “ Wahai anak adam
aku adalah hari yang baru, dan aku datang untuk menyaksikan amalan kamu.
Oleh sebab itu, manfaatkanlah aku sebaik-baiknya.
Karena aku tidak akan kembali sampai hari pengadilan..” (H.R Tirmidzi)
HARTA TERMAHAL
Berapa banyak diantara kita yang merasa seperti Amanda? Berapa banyak diantara kita yang hidup seperti Irina, yang menyesali masa lalu, tak sabar pada masa kini, namun pesimis pada masa depannya?
Alangkah tak enaknya hidup yang ‘diselimuti’ masa lalu seperti itu!!!
Salah satu sebab penyesalan Irina, tentu saja, adalah kegagalan mereka mengelola waktu yang mereka peroleh. Penyebab penyesalan Amanda adalah ketidakmampuannya meletakkan waktu dalam perspektif yang seharusnya, yakni“ciptaan” Allah yang bilasudah selesai dilaksanakan, maka dikembalikan lagi kepada Allah Ta’ala. Andaikan Amanda menyadari bahwa masa lalu sebaiknya menjadi cermin dalam menentukkan gerak langkah di masa depan, maka dia tidak perlu merasa tersiksa bayang-bayang masa lalunya.
Namun, harus diakui inilah yang agaknya kita kurang fahami. Setelah iman seseorang, masa atau waktu adalah harta termahal yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Sukses tidaknya hidup seorang manusia, sangat ditentukan oleh sikapnya terhadap waktu.
Dapat dikatakan, waktu adalah hidup itu sendiri. Bukankah hidup adalah waktu yang kita gunakan sejak lahir hingga meninggal?. Imam Hasan Al-Bashri mengatakan : “ Wahai manusia, sesungguhnya kamu adalah kumpulan hari-hari, setiap kali hari akan berlalu akan berlalu pula bagian umurmu “.
Salah satu sifat waktu adalah cepat berlalu. Sekali berlalu ia tidak pernah kembali, apalagi diganti. Karena itu waktu menjadi “barang” yang teramat mahal harganya.
Seperti itulah karakter waktu atau kesempatan. Saat ada jarang disadari dan disyukuri keberadaanya. Namun, saat tiada ia disesali kepergiannya. Dan itu menjadi penyesalan tiada guna. Seorang ahli hikmah pernah berujar bahwa tidak ada perkataan yang menyedihkan selain kata “seandainya”. Tentu, yang paling menyedihkan adalah bila penyesalan terjadi di akhirat kelak “ Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang shalih?” (QS. Al Munaafiquun(63):10)
Sayangnya, sebagian manusia kurang menyadari keutamaan waktu ini. Sehingga membiarkannya berlalu sia-sia. Tanpa sadar mereka terjerumus ke dalam jurang kerugian. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ashr (103):1-3}
“ Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih; dan saling nasihat menasihati(dengan)kebenaran; dan saling menasihati (dengan) kesabaran “.
MEMANFAATKAN MASA.
Dalam bukunya yang berjudul Al-Waqtu fii Hayati al-Muslim, yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai Manajemen Waktu Seorang Muslim, ‘alim besar Yusur al-Qardhawi menggambarkan betapa waktu adalah kehidupan itu sendiri. Siapa yang tidak menghormati waktu atau masa dan kesempatan yang diberikan Allah Ta’ala kepadanya, sama saja artinya dengan dekat dengan kematian.
Yang tidak menghormati waktu, maka ia akan kehilangan peluang investasi terbesar untuk masa depan. Masa depan akan hadir menyambutnya dengan wajah suram. Sebaliknya, bagi mereka yang memuliakan waktu, maka wajahnya akan berseri-seri.
Sangat menarik bahwa Yusuf al-Qardhawi mengawali buku ini, dengan memberikan ilustrasi tentang keistimewaan waktu, betapa pun panjangnya umur manusia, sesungguhnya dia tetap pendek selama penutup hidupnya adalah kematian. Sungguhpun begitu, waktu juga tidak bisa kembali. Alhasil, bahwa sangat disayangkan jika sebagai seorang muslim kemudian menyia-nyiakan waktu. Menurutnya, perhatian Islam terhadap waktu sangat besar kesemuanya tersurat dalam Al Qur’an dan as-Sunnah.
Secara fitrah, manusia menginginkan kehidupan, ingin panjang umur, dan juga ingin kekal jika dimungkinkan. Namun, semua itu sirna jika kematian menjemput. Terkadang, ada orang yang hidup sampai 100 tahun dan terkadang ada pula manusia yang meninggal di kala mudanya. Dalam salah satu tulisannya Yusuf al-Qardhawi mengutip “ Bisa jadi umurnya itu panjang, timbangan amalnya panjang.” Lantas apa yang kemudian di maksud panjang umur? Pertanyaan di atas tidak bermaksud mengecilkan peran orang yang berumur 100 tahun, namun bila kita lihat bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wasallam mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju apa yang dikehendaki Allah dalam kurun waktu 23 tahun! Panjang umur bukan dimaknai sebagai berapa tahun ia hidup di dunia, namun pahala amal shaleh lebih tinggi kadarnya.
Yusuf al-Qardhawi juga bicara tentang kesabaran ketika mendiskusikan soal waktu dan masa. Kesabaran terkadang berarti berpikir dalam amal secara tekun, melakukan perubahan-perubahan ke akar permasalahan, saling menolong antar orang mu’min untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Semua ini lebih berarti daripada sekedar umur yang panjang, bukan? …
DAMPAK MENELANTARKAN WAKTU
Dari Mua’dz bin Jabal..bersabda Rasulullah SAW “ Tidak akan tergelincir (binasa) kedua kaki seorang hamba di hari kiamat, sehingga ditanyakan kepadanya empat perkara ; Usianya untuk apa ia habiskan, masa mudanya bagaimana ia pergunakan, hartanya darimana ia dapatkan, dan pada siapa ia keluarkan, serta ilmunya dan apa-apa yang ia perbuat dengannya.” (HR Bazzar dan Thabrani).
Waktu adalah aset alias modal. Maksudnya, memanfaatkan waktu sebaik mungkin akan melahirkan berbagai keuntungan. Melalui waktu, kita ukir prestasi. Maka, baik buruk prestasi seseorang sangat di tentukan oleh tata nilai dan manajemen waktu yang digunakannya. Dalam kaitannya dengan masalah waktu, Allah SWT mengingatkan manusia dengan beberapa ungkapan dalam al-Qur’an.
KITA MEMILIKI JATAH WAKTU 24 JAM YANG TERBAGI DALAM TIGA KATEGORI.
Pertama, waktu lalu /lampau.
Masa lalu merupakan bagian kehidupan yang pernah kita jalani. Bagian itu, merupakan mata rantai masa kini dan masa mendatang.
Kehidupan masa lalu sebaiknya menjadi cermin dalam menentukan gerak langkah di masa depan. Sebab, kebaikan melangkah di masa depan tidak terlepas dari pijakan masa lalu. Waktu ibarat busur panah yang di bentangkan ke satu titik sasaran, dimana mustahil busur panah berbalik arah atau kembali lagi ke si pemanah.
Artinya, dalam kehidupan ini setiap manusia mengalami fase-fase perkembangan fisik mulai sejak usia bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan masa tua yang semua fase tersebut tidak di mungkinkan kembali ke masa awal kelahiran kembali.
Firman Allah SWT dalam al Quran menjelaskan, “…Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah di turunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang fasik. “ ( QS. 57:16) . Seiring dengan itu, Allah telah mengingatkan kita agar tidak terjebak dalam putaran waktu sehingga kita termasuk orang-orang yang merugi. (QS.103:1-3).
Kedua, waktu kini.
Kita sering merindukan masa depan yang sukses dan berhasil. Kerinduan ini sebenarnya hanya fatamorgana jika hari ini kita tidak berbuat banyak dalam menyongsong masa depan yang di rindukan itu. Al-Quran mengemukakan , “ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang di kerjakannya. “ ( QS. 2:286). Ayat ini menggambarkan, betapa masa depan kita sangat di tentukan oleh apa yang tengah diuasahakan. Maka, jangan berharap banyak tentang masa depan jika kita tidak sungguh-sungguh menghadapinya.
Ketiga, waktu mendatang.
Sebagaimana disebutkan di atas, waktu adalah modal, dan mata rantai dari masa kini dan masa mendatang. Ini melahirkan makna, bahwa waktu merupakan siklus yang saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya. Kondisi itu juga memberi gambaran, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok, sebagaimana firmanNya”…Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan di usahakannya besok.” (QS.31:34)
Dengan demikian, memanfaatkan waktu setiap kebaikan dalam tataran waktu merupakan bagian penting dalam menjalani proses hidup ini. Tiga tataran waktu yang kita miliki, waktu lalu, kini, dan mendatang harus menjadi pelengkap kebaikan. Bukan sebaliknya. Sebab, sebagaimana kita pahami, siklus kehidupan terasa begitu cepat berubah. Kondisi ini, tentu menjadi pemicu agar kita tidak termasuk orang –orang yang lalai sebagaimana Al-Quran mensinyalir, “ Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak..Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. “ ( QS.57:20).
Seiring dengan ungkapan di atas, Ali bin Abi Thalib RA mengemukakan,
“ Rezeki yang tidak di peroleh hari ini, masih dapat di harapkan perolehannya lebih banyak di hari esok, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin kembali esok.. “
Bermuara dari ungkapan diatas, kita pahami bahwa memanfaatkan waktu sebaik mungkin merupakan tugas utama kita. Mengabaikan waktu, menelantarkannya dan mengangap remeh nilai yang terkandung dalam waktu merupakan tanda-tanda kerugian yang nyata. Rasulullah SAW, bersabda : “ Dua nikmat yang sering dan disia-siakan oleh banyak orang yakni nikmat sehat dan kesempatan (waktu)” (HR. Bukhari)
Sebagai penutup, Malik bin Nabi dalam Syuruth An-Nahdhah pernah berujar,
“ Tidak terbit fajar suatu hari, kecuali dia berseru. Putra-putri adam, aku waktu, aku ciptaan baru yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku, karena aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat. “ Kemudian Malik bin Nabi melanjutkan, “ Waktu adalah sungai yang mengalir ke seluruh penjuru sejak dahulu kala, melintasi pulau, kota dan desa, membangkitkan semangat atau meninabobokan manusia. Ia diam seribu bahasa, sampai-sampai manusia sering tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya walaupun segala sesuatu-selain Allah –tidak akan mampu melepaskan diri darinya.”

Monday, May 18, 2009

REFLEKSI PERAN GURU DALAM DINAMIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Monday, May 18, 2009 0 Comments

Urgensi Pendidikan

Pendidikan dalam konteks upaya merekonstruksi suatu peradaban merupakan salah satu kebutuhan (jasa) asasi yang dibutuhkan oleh setiap manusia dan kewajiban yang harus diemban oleh negara agar dapat membentuk masyarakat yang memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi kehidupan selaras dengan fitrahnya serta mampu mengembangkan kehidupannya menjadi lebih baik dari setiap masa ke masa berikutnya.

Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya dari manusia untuk dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam rangka memenuhi kelangsungan hidupnya, yang tidak akan dapat berarti apabila tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada
Problematika Pendidikan di Indonesia

Masalah pengelolaan dan efisiensi pendidikan di Indonesia diantaranya dikelompokan berdasarkan tiga hal yaitu:
1. Kinerja dan Kesejahteraan Guru Belum Optimal
Kesejahteraan guru merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam menunjang terciptanya kinerja yang semakin membaik di kalangan pendidik. Berdasarkan UU No.14/2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 14 sampai dengan 16 menyebutkan tentang Hak dan Kewajiban diantaranya, bahwa hak guru dalam memperoleh penghasilan adalah di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, mendapatkan promosi dan penghargaan, berbagai fasilitas untuk meningkatkan kompetensi, berbagai tunjangan seperti tunjangan profesi, fungsional, tunjangan khusus bagi guru di daerah khusus, serta berbagai maslahat tambahan kesejahteraan
Guru sebagai tenaga kependidikan juga memiliki peran yang sentral dalam penyelenggaraan suatu sistem pendidikan. Sebagai sebuah pekerjaan, tentu dengan menjadi seorang guru juga diharapkan dapat memperoleh kompensasi yang layak untuk kebutuhan hidup. Dalam teori motivasi, pemberian reward dan punishment yang sesuai merupakan perkara yang dapat mempengaruhi kinerja dan mutu dalam bekerja, termasuk juga perlunya jaminan kesejahteraan bagi para pendidik agar dapat meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan yang selama ini masih terpuruk. Dalam hal tunjangan, sudah selayaknya guru mendapatkan tunjangan yang manusiawi untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya mengingat peranan dari seorang guru yang begitu besar dalam upaya mencerdaskan suatu generasi.

2. Proses Pembelajaran yang Konvensional

Dalam hal pelaksanaan proses pembelajaran, selama ini sekolah-sekolah menyelenggarakan pendidikan dengan segala keterbatasan yang ada. Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan sarana-prasarana, ketersediaan dana, serta kemampuan guru untuk mengembangkan model pembelajaran yang efektif.
Dalam PP No 19/2005 tentang standar nasional pendidikan disebutkan dalam pasal 19 sampai dengan 22 tentang standar proses pendidikan, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Adanya keteladanan pendidik, adanya perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran.

3. Jumlah dan Kualitas Buku yang Belum Memadai
Ketersediaan buku yang berkualitas merupakan salah satu prasarana pendidikan yang sangat penting dibutuhkan dalam menunjang keberhasilan proses pendidikan. Sebagaimana dalam PP No 19/2005 tentang SNP dalam pasal 42 tentang Standar Sarana dan Prasarana disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan (ayat 1).


Permasalahan Guru di Indonesia
Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal, informal maupun nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi mereka.
Filosofi sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka di tuntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik. Bahkan tidak jarang, para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua anak didik dalam proses pendidikan secara global.

Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi guru di Indonesia, yaitu : pertama, masalah kualitas/mutu guru, kedua, jumlah guru yang dirasakan masih kurang, ketiga, masalah distribusi guru dan masalah kesejahteraan guru.

1. Masalah Kualitas Guru
Kualitas guru Indonesia, saat ini disinyalir sangat memprihatinkan. Berdasarkan data tahun 2002/2003, dari 1,2 juta guru SD saat ini, hanya 8,3%nya yang berijasah sarjana. Realitas semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak didik yang dihasilkan. Belum lagi masalah, dimana seorang guru (khususnya SD), sering mengajar lebih dari satu mata pelajaran (guru kelas) yang tidak jarang, bukan merupakan inti dari pengetahuan yang dimilikinya, hal seperti ini tentu saja dapat mengakibatkan proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal.

2. Jumlah Guru yang Masih Kurang
Jumlah guru di Indonesia saat ini masih dirasakan kurang, apabila dikaitkan dengan jumlah anak didik yang ada. Oleh sebab itu, jumlah murid per kelas dengan jumlah guru yang tersedia saat ini, dirasakan masih kurang proporsional, sehingga tidak jarang satu raung kelas sering di isi lebih dari 30 anak didik. Sebuah angka yang jauh dari ideal untuk sebuah proses belajar dan mengajar yang di anggap efektif. Idealnya, setiap kelas diisi tidak lebih dari 15-20 anak didik untuk menjamin kualitas proses belajar mengajar yang maksimal.

3. Masalah Distribusi Guru

Masalah distribusi guru yang kurang merata, merupakan masalah tersendiri dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di daerah-daerah terpencil, masih sering kita dengar adanya kekurangan guru dalam suatu wilayah, baik karena alasan keamanan maupun faktor-faktor lain, seperti masalah fasilitas dan kesejahteraan guru yang dianggap masih jauh yang diharapkan.

4. Masalah Kesejahteraan Guru
Sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa tingkat kesejahteraan guru-guru kita sangat memprihatinkan. Penghasilan para guru, dipandang masih jauh dari mencukupi, apalagi bagi mereka yang masih berstatus sebagai guru bantu atau guru honorer. Kondisi seperti ini, telah merangsang sebagian para guru untuk mencari penghasilan tambahan, diluar dari tugas pokok mereka sebagai pengajar, termasuk berbisnis di lingkungan sekolah dimana mereka mengajar. Peningkatan kesejahteaan guru yang wajar, dapat meningkatkan profesinalisme guru, termasuk dapat mencegah para guru melakukan praktek bisnis di sekolah.


Peran Guru dalam Dunia Pendidikan

Daoed Yoesoef menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak. Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri. Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu.

Guru seharusnya dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup. Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.

Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.

Efektivitas dan efisien belajar individu di sekolah sangat bergantung kepada peran guru. Abin Syamsuddin, seorang pakar pendidikan, mengemukakan bahwa dalam pengertian pendidikan secara luas, seorang guru yang ideal seyogyanya dapat berperan sebagai :
1. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan;
2. Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan;
3. Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik;
4. Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik;
5. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan yang menciptakannya).

Dalam perspektif perubahan sosial, guru yang baik tidak saja harus mampu melaksanakan tugas profesionalnya di dalam kelas, namun harus pula berperan melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di luar kelas atau di dalam masyarakat. Hal tersebut sesuai pula dengan kedudukan mereka sebagai agent of change yang berperan sebagai inovator, motivator dan fasilitator terhadap kemajuan serta pembaharuan. Dalam masyarakat, guru dapat berperan sebagai pemimpin yang menjadi panutan atau teladan serta contoh (reference) bagi masyarakat sekitar. Mereka adalah pemegang norma dan nilai-nilai yang harus dijaga dan dilaksanakan. Ini dapat kita lihat bahwa betapa ucapan guru dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap orang lain.

Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2009, beberapa waktu lalu, yang bertemakan “Pendidikan Sains, Teknologi, dan Seni Menjamin Pembangunan Berkelanjutan dan Meningkatkan Daya Saing Bangsa”. Tema ini sesuai dengan Kebijakan Pendidikan Nasional ke depan yang menitikberatkan pada peningkatan pendidikan yang berkelanjutan, senantiasa relevan dan strategis dalam menghadapi setiap permasalahan, dan tidak hanya terbatas pada permasalahan internal pendidikan, tetapi juga peka terhadap perubahan yang terjadi di tengah masyarakat secara nasional, regional, maupun dunia.

Berkaitan dengan hal itu, maka kebijakan Pendidikan Nasional diarahkan pada peningkatan pendidikan sains, teknologi dan seni, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan berkelanjutan dan daya saing bangsa di masa depan. Dalam merealisasikan visi dan misi tersebut, peran guru (para pendidik) menjadi suatu bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dalam dinamika pendidikan di Indonesia dan berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Ki Hajar Dewantoro menggambarkan peran guru sebagai stake holder atau tokoh panutan dengan ungkapan-ungkapan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Di sini tampak jelas bahwa guru memang sebagai “pemeran aktif”, dalam keseluruhan aktivitas masyarakat di bidang pendidikan secara holistik. Tentunya para guru harus bisa memposisikan dirinya sebagai agen yang benar-benar membangun, sebagai pelaku propaganda yang bijak dan menuju ke arah yang positif dalam dinamika pendidikan yang sedang dialami oleh bangsa Indonesia saat ini.

(dari berbagai sumber...by: Nungma saat ikut lomba artikel LSP FKIP UNS)

Tuesday, May 12, 2009

DICARI : ILMUWAN YANG MEMBUMI!!!

Tuesday, May 12, 2009 0 Comments
Bagaimana mengemas suatu kisah temuan saintifik menjadi dongeng indah di telinga masyarakat? Jangankan di Indonesia, di negara maju pun hal itu masih sulit dilakukan. Lantas bagaimana agar orang awam tak langsung mengerutkan kening begitu menengar kata “sains”? Betulkah ilmuwan kita tak punya aplikasi sederhana yang mampu mempermudah hidup kita sehari-hari?

Dalam suatu bincang-bincang, sempat terbetik keluh kesah seorang ilmuwan bahwa sesungguhnya mereka punya teknologi untuk mengembangkan padi-padi canggih yang tahan wereng, tahan kering dan sebagainya. Menurutnya kalau teknologi itu dikomersialisasikan, akan bisa menjawab masalah krisis pangan belakangan ini. Lantas kalau tak salah salah satu pengunjung bertanya, “Lho, saya tak pernah dengar. Minimal saya tak pernah dengar di media massa atau ada iklannya.” Si ilmuwan langsung terdiam.

Beberapa teman ilmuwan langsung tersinggung saat wakil presiden Jusuf Kalla beberapa waktu lalu mengatakan bahwa ilmuwan Indonesia hanya bisa seminar saja. Sebuah kritik pedas tapi tentunya bukan tanpa alasan. Bisa jadi komentar Kalla itu hanya representasi dari suara masyarakat yang menganggap bahwa sejauh ini ilmuwan tak menciptakan suatu temuan yang cukup berarti dalam mengatasi beragam masalah keseharian.

Padahal jika ditilik, semua problem yang kita hadapi saat ini selayaknya bisa diselesaikan dengan sains dan teknologi. Namun agaknya banyak orang lupa fakta tersebut akibat ilmuwan sendiri kadang justru menjadi “alien” di tengah komunitas sosial bernama masyarakat.

Popularisasi

Sebenarnya, mahluk apakah ilmuwan itu? Dari pengalaman saya sekitar 5 tahun meliput beragam acara sains dan teknologi di Indonesia, berputar-putar sekitar LIPI, BPPT, Bakosurtanal, BATAN dan LAPAN, semoga saja presepsi saya tentang ilmuwan Indonesia tidak terlalu salah kaprah. Kelima instansi tersebut adalah Lembaga Penelitian Non Departemen (LPND), yakni lembaga yang melakukan penelitian namun bukan di bawah naungan departemen pemerintah. Artinya mereka selayaknya independen, mampu melakukan tugas penelitian secara bebas, mandiri, dan selayaknya mampu mensosialisasikannya.

LT Handoko, ilmuwan fisika dari LIPI sempat mendebat saya dalam tulisan saya sebelumnya, “Mengapa Ilmuwan Harus Menulis Ilmiah Populer “. Menurut peraih Habibie Awards 2004 ini, kenapa pakai kata “harus”? Tidakkah itu pemaksaan ala Orba? Handoko juga mengemukakan bahwa penulisan ilmiah populaer tidak harus dilakukan oleh ilmuwan, melainkan ada orang yang memang berprofesi sebagai itu, yakni penulis sains alias science writer.

Betul, saya setuju bahwa ilmuwan tetap membutuhkan pihak ketiga untuk membantu mereka meleburkan ilmunya. Membumikan pengetahuan yang didapatnya dari negeri luar, dengan teori-teori yang tak dipahami publik awam, temuan yang melibatkan serangkaian rumus rumit, dan seterusnya. Betul, sains bukan sulap abrakadabra yang bisa langsung dinikmati masyarakat walau sudah menghabiskan banyak dana dan riset tahunan. Benar sekali bahwa ilmuwan bukan ahli pemasaran yang mampu cuap-cuap “jual diri” sehingga masyarakat langsung paham apa manfaat berkutat di laboratorium atau menghabiskan waktu di depan monitor komputer.

Keseharian

Jangankan kita di negara berkembang, Jenny Gristock, penulis sains asal Inggris saja masih melihat bahwa ada gap tajam antara ilmuwan dan masyarakat sekitarnya. “Sains bukan hanya menghadirkan sesuatu yang terputus dari kehidupan orang banyak. Hari ini kita bicara bahwa sains itu melibatkan para pakar. Itu adalah urusan mereka, bukan kita,” demikian tulis Gristock dalam webnya mengenai kondisi popularitas sains di negaranya.

Sesungguhnya mudah saja membumikan sains. Menurut perempuan yang menulis di New Scientist dan The Guardian ini, selama sains bisa menjelaskan bagaimana membuat agar mata tak perih saat mengupas bawang, maka sains bisa dikatakan sukses. Intinya, selayaknya ilmuwan bisa mencoba membumikan ilmunya menjadi satu informasi ringan yang berkaitan dengan keseharian. Namun mayoritas tulisan sains popular sekalipun saat ini lebih refokus pada fakta-fakta ilmiah daripada pengalaman sehari-hari.

Mike Kenward, profesor biostatistik dari London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan bahwa jurnalisme sains adalah penjelasan segala sesuatu dimana semua orang bisa memahami namun sayangnya masih ada yang ingin menyembunyikannya. Sebagai jurnalis dan penulis, saya seide dengan hal ini.

Saya dan barangkali penulis sains lainnya masih sangat membutuhkan pengetahuan sains yang cukup serta kemampuan komunikasi sains demi bisa membungkus suatu temuan sains menjadi dongeng menarik bagi masyarakat luas. Membuat bagaimana orang tidak langsung mengerutkan kening begitu mendengar kata “sains”. Untuk ini saya butuh kerjasama dengan komunitas ilmuwan kita. Kerjasama untuk saling sharing informasi, apa yang ingin mereka sampaikan? Apa yang ingin mereka tulis? Apa yang ingin mereka bagikan kepada masyarakat agar ilmu mereka bisa membumi, bukan berdiri arogan di atas menara gading bernama instansi penelitian atau perguruan tinggi.

Arogansi

Masalahnya adalah, seringkali saya bertemu dengan ilmuwan yang bahkan tak mau berbagi mengenai apa yang diketahuinya, apa yang dimauinya, dan seterusnya. Banyak juga ilmuwan yang berkeras bahwa sosialisasi sains ke masyarakat itu bukan urusan dia. “Tugas saya meneliti, bukan menjual atau memasarkan.”, “Kalau menulis ya menulis di jurnal ilmiah bergengsi, bukan di media massa tidak jelas. Itu menurunkan kredibilitas.”, ” Tugas andalah sebagai jurnalis untuk melakukan sosialisasi, bukan saya.”, “Anda tahu apa soal sains dan komunitas sains? Anda kan bukan bagian di dalamnya.”, dan sebagainya.

Ya, barangkali kami jurnalis dan penulis popular memang bukan bagian dari komunitas sains yang bergengsi itu. Tapi justru ilmuwanlah yang merupakan bagian dari komunitas sosial bernama masyarakat. Kecuali kalau para ilmuwan itu sudah tidak menginjakkan kaki di bumi lagi. “Bumi kepada ilmuwan, bumi kepada ilmuwan, apakah Anda mendengar?”

Kredit foto:http://www.terragame.com/