Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, January 20, 2010

*** INGATLAH!!! ***

Wednesday, January 20, 2010 0 Comments

[INTRO : Selasa, 19 Januari 2010… Alhamdulillah, pagi ini masih diberi kesempatan untuk menghirup udaraNya. GRATIS!!! Terima kasih Ya Allah…Seperti biasanya, sekitar pukul 07.00, Aisya keluar dari “RED ZONE”, berangkat ke kantor dengan Kopaja 502. Alhamdulillah, dapat tempat duduk. Aisya langsung mengeluarkan buku. Setiap hari Aisya tak pernah ketinggalan membawa buku di dalam tasnya karena terkadang di tengah jalan Kopaja 502 yang ia tumpangi ‘terpaksa’ berhenti cukup lama alias MACET. “Sedia payung sebelum hujan, sedia buku sebelum macet” [semboyan baru ala Aisya ^^]. Kali ini buku yang ia bawa berjudul “Misteri Menjelang Ajal”. Buku ini mengingatkan Aisya pada sahabat-sahabatnya Matematika 2005 karena ia dapatkan buku ini secara GRATIS saat ada acara bersama dengan mereka (kalau yang ingin tahu, baca kembali kisahnya di www.thickozone.blogspot.com, note bulan Agustus 2009 dengan judul 17 Agustus 2017..hihi, promo!]. Buku ini sangat menginspirasi Aisya bahkan membuatnya merinding dan diam merenung saat selesai membaca kisahnya satu demi satu]. Inilah INSPIRASI yang Aisya dapatkan setelah membaca buku itu.

***

Saat membaca tulisan ini, kita tentu masih menghirup segarnya udara kehidupan. Seribu satu (bahkan pastinya lebih) kenikmatan dunia, gemerlapnya kehidupan dunia, masih demikian akrab menggelayuti pikiran dan angan-angan kita. Akan tetapi, siapa bisa memastikan bahwa kehidupan itu masih dapat bertahan lebih dari satu tahun, lebih dari satu bulan, satu minggu, satu jam, atau sekedar satu kali desahan nafas??? Ya, karena kematian itu bisa datang kapan saja dan dimana saja. Sang kematian tidak memiliki hati yang berbelas kasih terhadap seseorang sehingga menunda kedatangannya. Sang kematian tidak pernah datang terlalu cepat atau terlalu lambat. Bila ia sudah datang, tak seorang pun mampu menolaknya. Meski orang itu berada dalam benteng yang kokoh, dalam penjagaan ketat para pengawal yang bagaimanapun banyak dan kuatnya.

“Datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya itulah yang kamu selalu lari darinya.” (Q.S. Qaf :19)

Tak seorang muslimpun yang menampik akan datangnya kematian. Meskipun demikian, dalam praktik kehidupan banyak kaum muslim yang tingkah lakunya menunjukkan bahwa mereka tidak meyakini datangnya kematian. Lihatlah bagaimana para konglomerat muslim saling berlomba menumpuk harta, namun membiarkan sekian ribu kaum muslim di sekelilingnya hidup kembang kempis, sekedar mencari sesuap nasipun kesulitan. Berbagai kewajiban, dari mulai menunaikan zakat, menolong fakir miskin, menyelamatkan yatim piatu, hingga mengembangkan agama Allah, semuanya mereka abaikan, kecuali yang menguntungkan kedudukan mereka.

Mengapa mereka melakukan hal itu? Apakah mereka tidak meyakini datangnya kematian? Apakah mereka tidak menyadari bahwa umur mereka jauh lebih terbatas daripada tingginya cita-cita mereka! Tentu, tentu saja mereka menyadarinya. Namun, gerlapnya dunia ini telah membutakan mata mereka, membuat mereka seolah-olah lupa bahwa mereka hanya hidup sementara.

Kitapun tak jauh berbeda dengan mereka. Berapa banyakkah peringatan-peringatan Allah dalam Al Qur’an dapat membentuk kita menjadi orang-orang yang cinta akhirat??? Seberapa jauh peringatan-peringatan Nabi mempengaruhi jiwa kita untuk menyadari betapa hinanya kehidupan dunia ini??? Mungkin kita sudah terlalu lama bersenda-gurau dengan sandiwara kehidupan ini. Sementara kehidupan sejati di akhirat nanti, justru malah kita anggap sebagai sandiwara itu sendiri.

Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk mengambil pelajaran dari kematian seseorang, untuk mengingat akhirat. Wafatnya seseorang, terutama yang memiliki hubungan dekat dengan kita seperti orang tua, saudara, dll amatlah mempertebal keyakinan kita akan kehidupan akhirat, setidaknya menyadarkan kita akan kelalaian kita dalam mempersiapkan BEKAL MENUJU KEMATIAN.

***

Pada kesempatan kali ini Aisya hanya akan menuliskan dua kisah inspiratif yang Aisya baca dari buku ini. SEMOGA MENGINSPIRASI!!!

Sebelumnya, mendengarkan nasyidnya Opick dulu…Bila Waktu Tlah Berakhir…

Bagaimana kau merasa bangga
Akan dunia yang sementara
Bagaimanakah bila semua hilang dan pergi
Meninggalkan dirimu

Bagaimanakah bila saatnya
Waktu terhenti tak kau sadari
Masikah ada jalan bagimu untuk kembali
Mengulangkan masa lalu

Dunia dipenuhi dengan hiasan
Semua dan segala yang ada akan
Kembali padaNya

Bila waktu tlah memanggil
Teman sejati hanyalah amal
Bila waktu telah terhenti
Teman sejati tinggallah sepi

***

Shalat, Shalat, dan Hijab

Seorang perawi menyebutkan : aku pernah berada di Mesir di tengah krisis yang melanda Kuwait sudah terbiasa menguburkan jenazah, bahkan aku sudah amat dikenal dengan profesi tersebut.

Suaru malam, seorang gadis meneleponku meminta pertolongan untuk menguburkan ibunya yang sudah meninggal. Aku menyanggupi permintaannya. Aku pun pergi ke pemakaman dan menunggu di luar tempat memandikan jenazah.

Tiba-tiba, empat orang wanita berjilbab besar keluar dengan tergesa-gesa. Aku tidak sempat bertanya mengapa mereka keluar demikian tergesa-gesa karena hal itu tidak penting bagiku.

Beberapa saat kemudian, wanita yang memandikan mayit itu keluar dan meminta pertolonganku untuk memandikan jenazah tersebut. Aku segera berkata, “Itu tidak boleh. Tidak halal seorang lelaki melihat aurat wanita yang bukan muhrimnya.”

Wanita itu memberikan alasan bahwa tubuh wanita itu besar sekali dan amat sulit untuk dimandikan. Namun akhirnya wanita itu kembali meneruskan pekerjaannya memandikan jenazah, kemudian baru mengkafaninya. Ia lalu mempersilahkan kamu masuk untuk menggotongnya. Kami pun masuk. Jumlah kami saat itu sebelas orang, tapi jenazah yang kami gotong itu berat sekali.

Saat kami tiba di depan liang kubur –berdasarkan kebiasaan masyarakat Mesir, kuburan mereka menyerupai kamar-kamar. Mereka turun dari lubang di bagian tas ke ruang pemakaman melalui anak tangga, lalu meletakkan saja jenazah tersebut tanpa menguburkannya- kami pun membuka lubang bagian atas dan mulai menurunkan jenazah dengan menggotongnya di atas pundak kami untuk dimasukkan. Akan tetapi, saking beratnya, jenazah itu menggelincir dari pundak kami dan terus jatuh ke dalam kamar bawah sampai kami mendengar sendiri suara tulangnya berpatahan karena begitu kerasnya terjatuh.

Aku melihatnya, ternyata kafannya terbuka sedikit dan terlihatlah sebagian tubuhnya. Aku segera mendekati jenazah itu dan menutupi bagian tubuhnya yang terbuka. Dengan susah payah aku menyeretnya dan menghadapkan wajahnya ke kiblat, dan kubuka sebagian wajahnya. Aku melihat pemandangan yang amat menakutkan! Kedua matanya melotot tajam menyeramkan. Wajahnya menghitam. Aku diselimuti rasa takut yang luar biasa. Bahkan, hampir saja aku pingsan melihat pemandangan yang mengerikan itu. Aku keluar dengan tergesa-gesa, lalu kututup pintu kubur.

Saat sampai di rumah, salah seorang anak mendiang meneleponku. Ia bersumpah atas nama Allah agar aku mau menceritakan kondisi ibunya tersebut. Aku berusaha menyembunyikan kenyataan yang terjadi, tetapi ia tetap mendesak. Akhirnya terpaksa aku menceritakan kepadanya apa yang aku lihat.

Ia segera berkata, “hal itu pulalah yang mendorong kami keluar dari tempat pemandian dengan tergesa-gesa.”

Gadis itu kontan menangis. Aku berusaha menyabarkannya. Aku lalu bertanya tentang keadaan ibunya tersebut, apakah sebelum meninggalnya ia gemar melakukan perbuatan maksiat tertentu???

Wanita itu menjawab lirih penuh kesedihan, kepedihan yang seakan-akan membunuhnya, ‘Wahai Syaikh, sesungguhnya ibu kami itu tidak pernah shalat satu rekaatpun. Ia meninggal dalam keadaan berdandan dan membuka aurat!”

Rasulullah SAW bersabda : “Ujung keislaman seseorang dan awal kekafiran serta kemusyrikan adalah meninggalkan shalat.” (Dikeluarkan oleh Muslim)

Orang-orang seakan bergegas memandikan jasadmu

Dan merekapun bersegera menyiapkan keranda jenazahmu

Rumah singgahmu jadi sacral

Karena isak tangis atas kematianmu

Namun…

Dengan ceoat tangan-tangan memindahkan jasadmu

Sepupumu sendiru

Kini menyerahkan jasadmu untuk dikuburkan

Saudaramu sendiri

Kini memutuskan semua hubungan denganmu

Hati mereka mungkin berusaha mengingat selainmu

Hubungan dengannya mereka sambungkan

Dan hubungan denganmu mereka putuskan

Para pewaris kini berdatangan

Sementara engkau tinggal hampa

Tanpa dunia, tanpa harta, tanpa angan-angan

Jika sejak kini kau tak berbekal menuju kematian

Tak juga menyibukkan diri mengingat sang maut

Berarti kau telah menyia-nyiakan nasibmu tuk hari kemudian

Menyia-nyiakan penciptaan dirimu

Dan menyia-nyiakan kehidupan.

***

Wanita Penghafal Al Qur’an

Ia sudah menyelesaikan studinya di pondok Tahfizhul Qur’an. Di satu tangannya, ia membawa Kitabullah. Sementara di tangannya yang lain, ia membawa kotak amal.

Sejak lama ia memang sudah memendam cita-cita Islam, cita-cita saudaranya kaum muslim. Ia tidak membeli kotak amal itu untuk dimakannya sendiri. Ia membelinya agar ia sendiri bisa menginfakkan sebagian hartanya fi sabililah. Agar ketika makan, ia bisa mengingat saudara-saudaranya kaum muslim di berbagai belahan dunia dan memikirkan cara menolong mereka dari kesengsaraan akibat rasa lapar dan sakit. Agar Allah berkenan menjadikan benda itu sebagai saksi baginya di hari kiamat nanti.

Namun, keluarnya ia kali ini dari pondok yang penuh berkah ini untuk memasrahkan dirinya disambut oleh Yang Memberi Segala Karunia. Ia dipilih oleh Allah untuk berpulang ke hadiratNya. Kamipun mengira demikian, dan kami tidak berniat menganggap suci seseorang di hadapan Allah.

Tiba-tiba sebuah mobil yang dikendarai oleh sopir ceroboh menghantam tubuh yang suci itu sehingga tubuhnya terpental di atas tanah. Mushaf Al-Qur’an di tangan kanannya terjatuh sementara kotak amal di tangan kirinya berhamburan isinya. Akan tetapi, jantungnya masih berdetak, tanda ia masih hidup.

Ia segera dibawa ke Rumah Sakit dalam kondisi kritis. Saatt itu hari Ahad. Pada hari Jum’at, nyawanya berpulang ke rahmatullah.

Semoga Allah memberikan rahmatNya kepada sang penghafal Al Qur’an. Ia tidak sedang membawa majalah porno. Ia juga tidak sedang keluar dari diskotik atau tempat yang penuh dengan wanita yang membuka auratnya. Ia baru saja keluar dari taman Al Qur’an.

Wahai wanita penghafal Al Qur’an. Selamat, terimalah kabar gembira dari Rasulullah SAW :

Dari Abdullah bin Amru, diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Rasulullah SAW bersabda :

“Setiap muslim yang meninggal di hari Jum’at atau malam Jum’at, pasti akan dipelihara oleh Allah dari siksa kubur”

Tidurlah dengan tenang dan tenteram wahai saudariku..

***

“Sering-seringlah untuk mengingat sang penghancur kenikmatan, yakni KEMATIAN” (HR. At-Tirmidzi)

Allah jualah yang menentukan akhir kehidupan kita. Kita hanya dapat berdoa dan berharap semoga Allah berbelas kasih kepada kita, sudi mengampuni dosa-dosa kita, dan menutup kehidupan kita dengan husnul khotimah untuk kemudian di akhirat nanti menikmati kehidupan surga yang abadi… Amiin…

***

BACKSONG RENUNGAN PAGI INI…

Astaghfirullah (Opick)

Laa ilahaa’illa anta
Ya hayyu ya qoyyum
Subhanallah wabihamdihi
Subhanallah hiladzim

Kubuka jendela pagi di udara yang letih
Deru geram nyanyian jaman
Bersama berjuta wajah kuarungi mimpi hari
Halalkan segala cara untuk hidup ini

Nafsu jiwa yang membuncah
Menutupi mata hati
Seperti terlupa bahwa nafaskan terhenti

Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullahal’adzim
Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullahal’adzim

Kubuka jendela pagi dan dosapun menghampiri
Suara jerit hati kuingkari

La ilaha illa anta ya
Subhanaka inni kuntu
Minadholimin

RedZone, 200110_05:13

Aisya Avicenna

Sunday, January 17, 2010

Jalan Pernikahan

Sunday, January 17, 2010 0 Comments


***

Akhir-akhir ini Aisya banyak mendapat kabar yang membuatnya bahagia… kabar pernikahan orang-orang terdekatnya…

1. Buat seorang saudariku dalam lingkaran cintaNya yang Sabtu depan hendak melangsungkan akad, semoga lancar dan menjadi keluarga Samara..

2. Buat mbakku yang pernah “menjerumuskan”ku pada indahnya tarbiyah dan dakwah, yang akan menggenapkan setengah diennya bulan ini… selamat ya… semoga Allah memberkahi… Wonogiri + Wonogiri!!! Mantap…

3. Buat sepupuku, Mr. Ahink (^^) yang hari ini melamar seorang gadis Banjar… emmm, selamat ya!!! Bikin surprise aja! Semoga langkahmu ditiru kakakku agar segera mengikutimu… ^^

4. Buat seorang saudariku, sahabat terbaik yang menemaniku mengisi hari-hari… yang pagi ini akan bertemu dengan calon keluarga barunya… emmm, bolehlah anti duluan… kan yang lulus kuliah saya duluan… hiihhiii… SEGERA NYUSUL!!!

***

Ba’da Shubuh pagi ini, setelah meletakkan mushaf merahnya, Aisya langsung menghadap laptop untuk menulis. Awalnya, ia akan menulis tentang sesuatu hal, tapi matanya tertuju pada layar laptop yang sedang membuka website-nya eramuslim. Geli juga waktu membacanya… Judulnya “Jalan Pernikahan”. Selamat membaca… kalau ketawa.. Alhamdulillah!!! kalau ga ketawa… senyum aja lah! (mekso… :D)

***

Pernikahan tak ubahnya seperti sebuah wadah buat tumbuhnya benih cinta. Jika benih cocok dengan suasana wadah, tanaman pun tumbuh. Dan mulailah dua daun muda nan segar tampak menghias wadah. Kelak, daun cilik itu akan tumbuh banyak; siap mengolah energi cinta menjadi buah.

Begitulah kira-kira bayangan banyak orang tentang indahnya sebuah pernikahan. Tak heran jika pernikahan bukan sekadar pilihan. Melainkan, sebuah cita-cita. Setidaknya, perasaan itulah yang kini dialami Jejen.

Satu tahun sudah Jejen menghitung-hitung langkahnya menuju pernikahan. Pada tanggal satu Muharam lalu, tekad itu akhirnya membulat. Kini pemuda jebolan sekolah tehnik menengah itu pun tengah repot-repotnya menempuh proses.

Semua persyaratan Jejen siapkan. Mulai dari tabungan ala kadarnya, biodata, dan tentu saja foto. Untuk syarat yang terakhir tadi, Jejen agak ragu. Berkali-kali ia tatap foto dirinya. Tapi, percaya diri yang ia tunggu-tunggu belum juga sempurna. Jejen masih menyisakan ragu, “Kok nggak cakep juga, ya. Padahal fotonya di studio!”

Bismillah. Keraguan itu pun akhirnya tergusur. Ia yakin, sebagian besar muslimah nggak terpaku sama foto. Tidak sedikit pasangan yang suaminya kurang cakep hidup harmonis dengan isteri yang cantik. “Yang penting niatnya, Bung!” tekad Jejen memantapkan diri.

Mulailah saat-saat yang mendebarkan: perkenalan. Didampingi ustadz dan ustadzah, Jejen memperkenalkan diri dengan sang calon. Ruangan itu begitu hening. Cuma suara Jejen yang terdengar. Kadang mengalir lancar. Tapi seringnya gagap. Pemuda yang tak ragu menceritakan kalau pekerjaannya cuma tukang koran dan majalah itu pun akhirnya tak mampu membendung hasrat. Sesekali, ia menoleh ke arah calonnya. “Subhanallah, cakep!” bisiknya dalam hati.

Sejak itu, tekad Jejen kian menggebu. Ia tak lagi sabar menanti langkah proses berikutnya: perkenalan dengan orang tua calon. Pada proses ini, Jejen yakin nggak akan ada hambatan. Soalnya, calonnya sudah menjamin kalau ayah ibunya sudah tak masalah. Siapa pun yang melamar, insya Allah diterima. Tapi, ada satu catatan: ayah sang calon masih kental dengan tradisi Jawa.

Jejen berusaha tenang ketika orang tua calonnya mempersilakan masuk. Ia ingat betul dengan nasihat seorang teman yang sudah menikah. “Usahakan santai dan akrab!” Dari suasana santai dan akrab itulah, kesan persaudaraan mudah terbangun.

Setelah di dalam, Jejen tambah yakin dengan info yang pernah disampaikan calonnya: calon mertuanya siap menerima. Buktinya, kue dan beberapa gelas minuman telah tersedia. Tanpa nunggu basa-basi, Jejen pun langsung minum. “Alhamdulillah, seger!” ucapnya pelan.

Di luar dugaan, wajah calon ayah mertuanya tiba-tiba berubah. Ada yang nggak beres sepertinya. Hal itu bukan tidak ditangkap Jejen. Tapi, ia tetap istiqomah dengan rumus temannya: santai dan akrab. “Gimana kabarnya, Pak-Bu?” suara Jejen sambil menebar senyum.

Setelah beberapa hari Jejen baru dapat jawaban tentang perubahan wajah calon mertuanya. Pasalnya, sang camer tersinggung ketika Jejen langsung duduk dan minum sebelum dipersilakan. Jejen harus segera minta maaf. Kalau tidak, lamaran ditolak. Jadi tinggal pilih: minta maaf ke camer atau pernikahan batal.

Tinggallah minggu-minggu terakhir pernikahan Jejen. Tapi, yang akan menikah justru tambah gelisah. Jejen sama sekali tidak sedang berurusan dengan camer. Bukan juga soal foto. Tapi, ini berurusan dengan tempat pesta pernikahan. Di mana?

Beberapa gedung pertemuan sudah ia kontak. Mulai dari masjid sampai balai rakyat. Tapi, selalu berujung pada masalah harga. Mahal! Paling tidak buat kantong Jejen. Belum lagi dengan pernik-pernik yang mengikutinya. Seperti katering, sound system, sewa bangku, dan tentu saja dekorasi pelaminan.

Atas persetujuan pihak calon isteri, pernikahan bisa dilangsungkan di rumah. Biar kecil, rumah camer Jejen bersebelahan dengan kebon kosong. Lumayan bisa buat nampung tamu-tamu. Cukup pasang tenda, bangku, dan suara tape; para tamu bisa tenang menikmati pesta walimah.

Atas karunia Allah pula Jejen kini sedang duduk bersila di hadapan penghulu dan ayah calon isterinya. Kali ini, ia tak lagi menggunakan rumus temannya: santai dan akrab. Ia justru tampak gugup. Butiran-butiran keringat mulai menetes dari celah kopiah Jejen yang tampak kekecilan. Sesekali, tangan kiri Jejen menggaruk.

Semua pandangan tamu tertuju ke arah Jejen yang mulai berjabat tangan dengan calon mertuanya. Dan keheningan pun begitu terasa ketika terdengar ucapan, “Saya nikahkan anak saya, Sri, dengan Jejen dengan maskawin berupa lima gram emas. Tunai!”

Suasana kembali hening. Tak ada suara. Sedikit pun. Sontak, para tamu mulai riuh. Mereka terheran dengan Jejen yang sama sekali tak bersuara. Dan keheranan semakin menjadi ketika terdengar suara isak tangis Jejen. Melihat itu, semua hadirin haru. Sebagian ada yang ikut menangis.

“Ada apa saudara Jejen?” tanya penghulu memecah keheningan. Yang ditanya tak berubah. Tetap menangis. “Nak Jejen...? Ada apa?” tanya calon ayah mertua Jejen yang ikut penasaran.

Kali ini, tangis Jejen mulai reda. Ia seperti ingin bicara. Para hadirin semakin penasaran. “Ada apa, Nak Jejen?” tanya sang ayah sekali lagi.

“Anu, Pak,” suara Jejen mulai terdengar. “Saya...saya...saya lupa mesti ngucap apa! Saya malu!”

(muhammadnuh@eramuslim.com)

^^v

***

SEMOGA MENGINSPIRASI!!!

SALAM SUPER DAHSYAT FULL SEMANGAAADH!!!


Ketika gerimis mengguyur Jakarta pagi ini…
Dalam syukur yang tak terbendung alirannya…

RedZone, 170110_06:01

Aisya Avicenna

OH, INDAHNYA…

Sunday, January 17, 2010 0 Comments

Jumat, 15 Januari 2010. Pagi yang indah… Meski sang bagaskara enggan menyunggingkan senyumnya pagi ini, tapi itu tak membuat Aisya kehilangan semangatnya untuk berangkat ke kantor. Sampai di kantor pukul 08.00. Tampak beberapa karyawan Kemendag (Kementrian Perdagangan) hendak melaksanakan senam pagi. Aisya tidak ikut senam pagi ini, karena selain tadi sempat gerimis, juga ada pekerjaan yang harus diselesaikan pagi itu (misi DYNAPLAST ^^). Harus selesai hari ini karena siang nanti Kasubdit dan Kaseksi akan ke Jogja. SEMANGAADHH!!!

Sampai di Direktorat Impor (Lantai 9 Gedung II Kemendag), langsung disambut oleh Pak Satpam yang ramah dan Mbak Zubaedah yang sibuk membersihkan ruangan Direktorat Impor. Sesampainya di ruangan Subdit I, sudah ada Pak Peter dan Mbak Sulis. Wah, pagi ini Aisya kalah pagi dengan Pak Peter.

Setelah itu, Aisya menyalakan komputer dan mulai menjalankan tugasnya pagi itu. Tidak lupa menyalakan winamp, agar lebih semangat. Alhamdulillah, sekarang backsongnya di Subdit 1 adalah lagu-lagu Islami.. Hihi, ulah Aisya tuh! Aisya memilih beberapa nasyid dan murattal. Ia mengklik salah satu nasyid favoritnya… SEDEKAH-nya Opick… dan ia pun memutarnya berkali-kali…

Alangkah indah, orang bersedekah

Dekat dengan Allah, dekat dengan surga

Takkan berkurang harta yang sedekah

Akan bertambah… akan bertambah

Allah Maha Kaya, Yang Maha Pemurah

Yang akan mengganti dan membalasnya

Allah Maha Kuasa, Yang Maha Perkasa

Semoga akan membalas surga

Oh, indahnya saling berbagi

Saling memberi karena Allah

Oh, indahnya saling menjaga

Saling mengasihi karena Allah

Aisya sangat menyukai nasyid ini karena terinspirasi dari motivasi Pak Banindro (Kasubdit I) saat diskusi kemarin pagi. Intinya begini...

“Kalau ingin hidup MISKIN.. Pikirkan DIRI SENDIRI.

Kalau ingin hidup SEDERHANA… Pikirkan KELUARGA.

Dan kalau ingin hidup KAYA… Pikirkan ORANG LAIN YANG KURANG MAMPU”

Sadarilah, bahwa masih banyak orang yang jauh lebih kurang beruntung dibanding kita. Kita bisa makan 3x sehari, tapi di tempat lain ada yang sudah 3 hari tidak makan… IRONIS! Masih banyak contoh IRONIS lainnya sebagai gambaran bahwa KEMISKINAN masih menjadi warna dominan di negeri ini. “KAYA” di sini bukan berarti hidup yang materialistis dan hedonis, tapi memiliki “kecukupan” dalam berbagai hal sehingga mampu memberikan kebermanfaatan untuk orang lain. “KAYA” juga jangan diidentikkan dengan HARTA saja. Kalau memiliki banyak harta (kaya harta), tapi tidak diimbangi dengan kaya hati, kaya ilmu, dan kaya amal ya sama juga bo’ong… Misalnya saja, saat kita hidup di masyarakat. Ada tetangga kita yang menderita sakit keras, harus di bawa ke rumah sakit, tapi tidak punya biaya. Ketika kita mempunyai “rezeki” yang “cukup” bahkan “berlebih”, tentunya kita akan bisa berbuat lebih juga untuk tetangga kita itu… Kita bisa membawanya ke Rumah Sakit dan akhirnya (atas izin Allah), ia bisa sembuh. Ingat, ada hak oUkuran hurufrang lain di setiap rezeki yang kita terima. Jadi ingat pesan Pak Banindro lagi, “Tidak semua yang kita terima menjadi milik kita…”

Kalau dalam kamus hidup saya sih => Saya ingin MANDIRI SECARA EKONOMI AGAR LEBIH BERMANFAAT UNTUK UMAT => KOLABORASI KAYA HATI, KAYA ILMU, KAYA AMAL, KAYA HARTA

(jangan ada yang complain dengan saya ya… ^^). Please, support me!!! (gak maksa ding..)

***

Jadi inget sebuah kisah yang pernah Aisya baca dari buku “Ketika Cinta Berbuah Surga”-nya Kang Abik (Habiburahman El Shirazy) judulnya “Keutamaan Sedekah”

Malam itu, bulan bersinar terang di langit. Bintang-bintang bertaburan. Subhanallah, alangkah indahnya. Seorang lelaki bernama Karim keluar dari rumahnya. Dulu, Karim dikenal gemar melakukan perbuatan yang dilarang agama. Namun, kini dia telah insaf dan bertobat. Sekarang, dia rajin sholat berjamaah di masjid, Dia juga tidak merasa malu untuk ikut mengaji dan belajar membaca Al Qur’an, bersama anak-anak yang lebih muda usianya.

Malam itu, setelah mendengar penjelasan dari imam masjid tentang keutamaan shadaqah, hati Karim tergerak. Imam masjid menjelaskan, jika seseorang memiliki uang seribu dirham dan ia menyedekahkan tiga ratus dirham, maka yang tiga ratus dirham itulah yang akan kekal dan akan dinikmatinya di akhirat. Sedangkan yang tujuh ratus dirham tidak membuahkan apa-apa. Bahkan, uang tiga ratus dirham yang disedekahkan akan dilipatgandakan oleh Allah sebanyak tujuh ratus kali. Sedekah juga membuat harta dan rezeki yang ada menjadi penuh berkah.

Selama ini, karim dikenal kaya dan kikir. Namun, sejak insaf dan tobat, dia telah berniat akan mengorbankan segala yang dimilikinya untuk memperoleh ridha Allah SWT. Sebagian hartanya telah dia rencanakan untuk disedekahkan dan diinfakkan di jalan Allah SWT.

Dia mengarahkan langkahnya menuju suatu rumah. Dia telah menyiapkan kantong berisi seratus dirham untuk disedekahkan, Begitu sampai di rumah yang ditujunya, dia mengetuk pintu, Seorang lelaki berkumis tebal muncul dari dalam rumah. Setelah mengucapkan salam, dia memberikan kantong itu kepada pemilik rumah, lalu mohon pamit. Kejadian itu ternyata diketahui oleh beberapa orang penduduk daerah itu.

Pagi harinya, orang-orang di pasar ramai membicarakan apa yang dilakukan Karim tadi malam. Dua orang yang melihat Karim bersedekah berkata dengan nada mengejek., “Dasar orang tidak tahu agama, sedekah saja keliru, masak sedekah kok kepada pencuri. Kalau mau sedekah itu, ya harusnya kepada orang yang baik-baik.”

Obrolan orang di pasar itu sampai juga di telinga Karim, ia hanya berkata dalam hati, “Alhamdulillah, telah bersedekah kepada pencuri!”

***

Hari berikutnya, ketika malam tiba, dia kembali keluar rumah. Dia ingin kembali bersedekah. Sama seperti malam sebelumnya, dia menyiapkan uang seratus dirham. Kali ini, dia memilih sebuah rumah di pinggir kota. Dia mengetuk pintu rumah itu. Seorang wanita membukakan pintu. Dia langsung menyerahkan sedekahnya pada perempuan itu lalu pulang.

Pagi harinya, pasar kembali ribut. Ternyata ada orang yang mengetahui perbuatannya tadi malam.

Orang itu bercerita sinis, “Memang, karim itu tidak jelas. Rajin pergi ke masjid, tetapi memberi sedekah saja masih salah. Kemarin malam, dia memberi sedekah kepada seorang pencuri. Lha, tadi malam , dia memberi sedekah pada seorang pelacur!”

Perbincangan orang di pasar itu sampai juga ke telinganya. Karim hanya berkata lirih, “Alhamdulillah, telah bersedekah kepada seorang pelacur!”

***

Malam harinya, Karim kembali keluar rumah untuk sedekah. Dia memilih rumah yang ada di dekat pasar. Setelah mengantarkan sedekahnya, dia pulang. Kali ini Karim berharap. Setelah mengantarkan sedekahnya, dia pulang, Kali ini Karim berharap dia tidak keliru memberikan sedekahnya.

Pagi harinya, pasar lebih ribut dari biasanya. Seorang penjual daging berkata, “Nggak tahulah! Karim itu memang aneh. Mau sedekah saja kok kepada orang kaya. Padahal, orang yang miskin dan memerlukan uang untuk makan, masih banyak dan ada di mana-mana!”

Ternyata, rumah yang didatangi Karim dan diberi sedekah tadi malam adalah rumah orang kaya. Mendengar berita dan omongan orang yang ada di pasar tentang kekeliruannya memberkan sedekah, ia berkata, “Alhamdulillah, telah sedekah kepada pencuri, pelacu, dan orang kaya!”

Malam harinya, ia shalat tahajud lalu tidur.

Dalam tidurnya ia bermimpi didatangi oleh seseorang yang memberi kabar kepadanya, “Sedekahmu kepada pencuri, membuat pencuri itu insaf, sehingga dia kini tidak mencuri lagi. Sedekahmu kepada pelacur, membuat wanita itu tobat dan tidak berzina lagi, dan sedekahmu kepada orang kaya, menjadikan orang kaya itu sadar dan merasa malu. Kini, orang kaya yang pelit itu mau mengeluarkan zakat dan infak. Sedekahmu yang ikhlas itu diridhai Allah SWT.”

Setelah itu, Karim semakin khusyuk beribadah dan banyak mengerjakan kebajikan. Dia sadar bahwa yang paling penting dalam ibadah adalah niat karena Allah SWT. Bukan sekedar mengikuti perkataan orang banyak. Hanya Allah-lah yang berhak menilai, diterima atau tidaknya amal seseorang!

***

SEMOGA MENGINSIPIRASI!!!!

SALAM SUPER DAHSYAT FULL SEMANGAAADH!!!

SUDAHKAH ANDA BERSEDEKAH HARI INI???

[dijawab sendiri-sendiri aja ya…]

***

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al Baqarah : 261)

Menginfaqkan harta di jalan Allah adalah BISNIS yg keuntungannya pasti dan tidak akan rugi selamanya... Giving is POWERFULL!!! (Aisya Avicenna)

RedZone, 160110_00:24

Dalam sebuah perenungan di sepertiga malam…

Hanya terdengar lantunan murattal dan tuts keyboard yang beradu dengan jari…

Aisya Avicenna

Saturday, January 16, 2010

GRAND OPENING “SCHOOL OF SCIENCE DEVELOPMENT”

Saturday, January 16, 2010 0 Comments
GRAND OPENING “SCHOOL OF SCIENCE DEVELOPMENT”
SALAM ILMIAH!!! SLAM ILMIAH!!! SALAM ILMIAH!!!
Kembali teriakan penuh semagat dan aura sarat prestasi itu menggema di sebuah ruangan yang cukup besar tepatnya di RSU (Ruang Seminar Utama) Lantai II Gedung 3 Fakultas Teknik UNS. Ternyata SIM ‘punya gawe gedhe’ lagi. Siang itu ada acara GO (Grand Opening) sekaligus pelantikan peserta dan pendamping SSD (School of Science Development). Meski siang hari itu (kira-kira setengah jam sebelum jarum pendek menunjuk angka 1 dan jarum panjang menunjuk angka 12) hujan mengguyur dengan sangat derasnya....(hehe...jam setengah satu saya masih ngadem di mushola Lab Pusat. Coz hujan e deres banget euy....hmm, saatnya memanfaatkan momentum. Saat-saat hujan deras juga termasuk waktu yang mustajab terkabulnya doa lho..^^v. Alhamdulillah, selang beberapa saat, hujan agak mereda, tinggal rintik-rintik saja, akhirnya saya dan Ulva mulai berjalan dari Lab Pusat menuju Fakultas Teknik, sambil terus menghujani diri dengan “RINAI-RINAI INSPIRASI”. Hehe...kata kunci saya bulan Januari ini!!!)
Sampai FT, segera bersiap dan membantu panitia untuk memperlancar proses acara. Alhamdulillah, di awal tidak ada kendala yang signifikan. Meski ada beberapa yang memang tidak bisa dipersiapkan di awal, seperti PIN, buku pedoman peserta dan pendamping, konsumsi, dll. Tapi kekurangan itu bisa segera teratasi, hm...karena kita dah mengikrarkan diri sebagai SUPERTEAM!!! LUAR BIASA!!!! Saya sangat bersyukur dan senang sekali melihat kinerja panitia dan para squad SIM yang lain!!! SALUT!!! Semoga semangat ini bisa terjaga terus sampai nanti....Amin. LANJUTKAN!!!
Acara GO yang mengambil tema : “SCHOOL OF SCIENCE DEVELOPMENT SEBAGAI GERBANG PRESTASI”, dibuka dan dipandu oleh seorang MC yang kocak (jadi terkenang zaman Up Grading SIM dulu...) Yupz, Angga dengan gaya dan kekonyolannya yang khas namun tetap ilmiah (hehe), mampu mengajak peserta untuk lebih menikmati acara siang itu. APA KABAR HARI INI..........??? “LUAR BIASA...........!!!!”. SIM BEM UNS..........??? “BERPIKIR CERDAS, BERHATI IKHLAS, BEKERJA KERAS.....!!!!”. Teriakan yang menggema dan mampu membuat api semangat dalam jiwa semakin membara. SALAM ILMIAH!!!!
******
[Back song di doralep : “WE WILL NOT GO DOWN”. Zona Inspirasi SUPERTWIN, 14 Januari 2010, 22: 54 WIB]
******
Acara GO SSD diawali dengan Pembukaan, kemudian sambutan-sambutan. Sambutan yang pertama oleh Presiden BEM UNS, Pak GUNAWAN (FT’05). Tadi di luar ruangan saya sempat ngobrol bentar dengan beliau (minta izin buku novel beliau yang saya pinjam, “TATKALA LEUKIMIA MERETAS CINTA”-nya Ibu Siti Fadhilah Supari belum bisa saya kembalikan, hehe...belum selesai, coz ada buku lain yang menuntut untuk dibaca terlebih dahulu. Then, ternyata siang itu beliau juga ada Ujian. Wow, dahsyat!!! Masih bisa menyempatkan berbagi inspirasi dan motivasi di acara ini. Salut Pak!! Semoga dipermudah nanti dalam mengerjakan dan menyelesaikan ujiannya. HIDUP MAHASISWA!!!).
Dalam sambutannya, Pak Gunawan menyampaikan (hm...saya tidak bisa mendokumentasikan dari awal karena tadi belum bisa masuk ke dalam ruangan dari awal, coz harus bantu panitia yg lain dulu.).....(yang bisa saya rekam aja yak).....lanjut, beliau menyampaikan kita sebagai seorang MAHASISWA jangan hanya ‘berteriak’ tanpa punya alasan yang jelas, kita harus bisa membangun mainframe kajian, ‘ngomong’ berdasarkan ‘data kajian’ dan ‘informasi ilmiah’, jadi lebih bisa dipertanggungjawabkan. Beliau juga mampu membakar bara semangat dalam diri kita, dengan kalimatnya, “Kawan-kawan datang kesini untuk BERPERANG!!! Perang konkret dalam kerja-kerja nyata!!!”. Wow, dahsyat!!!! Beliau pun sempat mencontohkan sosok seseorang yang tidak asing lagi bagi SIM, Pak Bekti FE’05, ‘Direktur SIM’ periode sebelumnya.... Pak Bekti yang sekarang sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan di luar negeri (Arab Saudi). LUAR BIASA SEKALI!!! Ini menjadi salah satu bukti bahwa beliau (Pak Bekti) mampu menghasikan ‘karya’ yang bisa dipertanggungjawabkan, dengan prestasi-prestasi beliau yang luar biasa tentunya!!! Nah, yang menjadi pertanyaan sekarang, “Bagaimana dengan teman-teman SIM???”, begitu tanya Pak Gun. Wah, pertanyaan yang semoga bisa melejitkan motivasi kami untuk menjadi “GENERASI PENCETAK PRESTASI!!!”. Semoga...Amin.
Pak Gun menyampaikan, kita harus punya ‘jatah waktu’ untuk BERKARYA!!! Setidaknya ada pertanyaan-pertanyaan yang bisa kita ajukan untuk diri kita sendiri.... “Pernahkah saya ‘menulis’???”; “Pernahkah saya ‘meneliti’???”,dll. Pertanyaan yang semoga mampu memotivasi diri-diri kita untuk BERKARYA!!! Kita pun harus mampu merealisasikan apa yang terangkum dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi (hayo,apa aja???). yupz, ada 3 hal mendasar : pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Dan kita pun harus mampu berkontribusi aktif di dalamnya. Sekali lagi, dengan karya-karya nyata kita!!! (Jadi inget proker DIVISI RESEARCH, “RECODE”, “Research Community Development”, semoga nanti bisa terealisasi sebagai langkah awal kita meruntuhkan dinding pembatas antara mahasiswa dan masyarakat...OPTIMIS, PASTI SUKSES!!!!^^v).
Pak Gun juga menyampaikan, Pembantu Rektor 4 (PR 4) kita,“Pak Adi”, aja bukunya mampu menjadi buku best seller alias laris manis di negeri Belanda, dengan kata lain dosen aja sudah menghasilkan karya yang sungguh luar biasa, nah, bagaimana dengan kita??? Hmm...INILAH SAATNYA!!! Saatnya kita kembali MELURUSKAN NIAT, MEMPUNYAI KOMITMEN YANG KUAT, untuk segera ‘berlari’ menyumbangkan ‘karya-karya nyata’ kita!!! KARYA-KARYA YANG HEBAT!!!
Pak Gun menegaskan bahwa mungkin ini terakhir kali beliau menyampaikan sambutan sebagai seorang Presiden BEM UNS, karena besok amanah beliau akan dicabut, dan sudah ada Presiden UNS yang baru, yang sudah siap menggantikan, “BERY NUR ARIF”. Hmm, di bagian akhir sambutannya, beliau berpesan (dan pesan ini yang selalu beliau sampaikan di saat forum-forum besar dengan puluhan aktivis mahasiswa dari seluruh pelosok nusantara)....”Satu hal terpenting, KITA HARUS PUNYA IDENTITAS!!!. Pahlawan kita punya identitas, tetapi kenyataannya, jarang sekali pemuda kita yang mempunyai identitas. Contohnya, Soekarno dengan karya-karya nyatanya, kecerdasan seorang Hatta, sosok pahlawan yang lain seperti Natsir, Syahrir, dll, mereka mampu membuat manuver-manuver, di saat muda mereka sudah mampu menghasilkan karya-karya nyata. Sekarang, lihatlah diri kita....kondisi sekarang yang ‘serba mudah’, kemajuan teknologi yang terus berkembang pesat, kondisi yang sangat mendukung kita, seharusnya kita mampu BERBUAT LEBIH!!! Kita bisa menjadi sosok “MANUSIA ABADI”, bukan karena jasad kita, tetapi dari pikiran-pikiran kita, yang bisa kita investasikan seumur hidup, mengalirkannya sebagai ‘investasi amal’ untuk bekal kita di akhirat. Sekali lagi, “MILIKILAH IDENTITAS!!!”. Berkarya dengan sebaik mungkin. Berpikir ilmiah, berkarya amaliyah!!! Ilmu jangan dijadikan sebagai sesuatu yang ‘formalistik’, tidak hanya puas dng IPK 3,...atau lebih, tapi yang terpenting, bagaimana cara kita mengaplikasikan ilmu itu dalam koridor ‘KEBERMANFAATAN’. (Ehm, SEPAKAT Pak!!!)
Di bagian paling pungkasan, beliau menyampaikan, “Semoga School of Science Development benar-benar mampu menjadi Gerbang Prestasi, menjadi UKM yang PRESTATIF di UNS. Ini adalah TANTANGAN dari saya!!! Sehingga kelak, ketika saya sudah menjadi ‘alumni’, saya akan tersenyum bangga dan bersyukur, ketika SIM mampu melahirkan sosok-sosok prestatif dan menjadi UKM yang Prestatif pula”. Wow, suntikan motivasi yang LUAR BIASA!!! Terima kasih Pak Gun atas INSPIRASI-nya!!! (Lagi-lagi saya beraksi ‘MENCURI INSPIRASI’ dari sosok-sosok LUAR BIASA di sekitar saya....)
Saya jadi inget sebuah kalimat yang pernah ditulis ‘Keisya Avicenna’ (weleh, saya sendiri maksudnya!!!hehe...). Kalimat yang semoga semakin memotivasi : “SIM ADA, MAKA UNS MENDUNIA!!!” (terinspirasi dari rekan-rekan Webomatric “I’m UNS Blogger”).
Sambutan selanjutnya, dari Ketua Panitia, Pandu ‘Sastra Inggris 2008’,beliau menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terkira kepada rekan- rekan peserta dan pendamping yang telah memiliki ‘ghiroh’ dan ‘semangat’ untuk menghadiri acara GO SSD siang itu. Dengan diadakannya acara tersebut, merupakan salah satu bukti bahwa kita (selaku pengelola SIM) begitu bangga dengan rekan-rekan semua. Semoga kita senantiasa bisa melakukan yang TERBAIK!!! Dan yang terakhir, semoga kita mampu menjadi “THE REAL” MAHASISWA!!! Mahasiswa yang mampu me-Mahasiswakan Mahasiswa. Menjadi mahasiswa yang mempunyai IDENTITAS dan BERKARAKTER KUAT!!! Yupz, demikian tadi liputan yang dapat Nungma sampaikan saat mendengarkan dan menyimak Sang Ketupat memberikan sambutan.
Sambutan selanjutnya, dari Direktur SIM, ‘Hasan Zainurri’. Masih dengan gelora “SALAM ILMIAH” yang kembali membuat ruangan menjadi ‘lebih panas’, padahal di luar sana...langit kembali menitikkan air matanya...Hasan menyampaikan harapan-harapan SIM kedepan serta memotivasi agar kita semua senantiasa membangun JIWA ILMIAH dalam diri kita masing-masing!!! Wow, dahsyat!!! Ayo, terus BERSEMANGAT!!!! SALAM ILMIAH!!!
Acara selanjutnya, acara inti!!!! Sambil panitia membagikan PIN SIM kepada peserta, Angga ngajari ‘nyanyi’. Sebuah tembang yang nantinya dipersembahkan untuk pembicara. Kalau tidak salah begini teksnya....
“Selamat datang bapak...selamat datang bapak....
Selamat datang kami ucapkan...
Terimalah salam dari kami, yang ingin maju bersama-sama!!!”
Lagu yang mengandung ‘kekuatan’ luar biasa!!! ^^v. Hehe...dasar Angga, ada-ada saja. But, salut!!! Kreatif, mampu menghidupkan suasana...dan saya melihat peserta sangat antusias!!!
Pak Rohmadi, pemateri dan motivator kita siang ini adalah dosen FKIP Sastra dan Bahasa Indonesia. Oh ya, acara ini dipandu oleh seorang Moderator “TORY”, Sastra Inggris 2008. Sosok moderator yang enerjik dan selalu bertingkah penuh kejutan. Hehe, saya kembali terkenang waktu UpGrading SIM dulu.
Pak Rohmadi menyampaikan motivasi : “MENJADI MAHASISWA BERPRESTASI, MANDIRI, UNGGUL, DAN BERDAYA SAING TINGGI”.
[Hmmm, tepat pukul 00:00 WIB, sementara tulisan ini saya cukupkan terlebih dahulu yak, karena ada tulisan lain yang menuntut untuk segera dirampungkan. Insya Allah, materi dari Pak Rohmadi akan saya tuliskan dalam ‘NOTE’ tersendiri].
********
“Meski malam kembali merapat pekat....
Tak jua diri ini melepas semua penat
Karna masih ada tugas mengikat
yang harus diselesaikan dalam waktu singkat
Namun harus tepat dan bernilai manfaat
Hanya ada satu kata yang masih melekat...
SEMANGAAAAAAAAAAAAAAATTTTTTTTT!!!!!”
********
Hehe...kalimat-kalimat di atas mengalir begitu saja dalam pikiran saya dan terinternalisasi dalam gerakan jari tangan yang begitu liar di tuts doralep ini...xixixi..^^v”
[Zona Inspirasi SUPERTWIN, 14-15 Januari 2010....saat diri ini menjadi saksi pergantian hari....HARI INI SUNGGUH LUAR BIASA...sebuah hari dimana menjadi hari yang harus saya isi dengan ikhtiar dan doa penuh kesungguhan untuk mewujudkan “TEMA” saya di Bulan Januari 2010]
Tema Januari 2010 :
Mengasah Kacamata Hidup, untuk Selalu Cerdas di Setiap Momentum, dalam Ritme Indah Aturan-Nya!!!
Key Word : “Rinai-Rinai Inspirasi”


*By : Norma Ambarwati, Ketua Divisi RESEARCH SIM BEM UNS
[PROVE YOUR CONTRIBUTION !!!]

Friday, January 15, 2010

Chairil dan Aisya

Friday, January 15, 2010 1 Comments

Chairil Anwar berkata,

“Semua dapat tempat. Semua harus dicatat.”


Aisya pun berkata,

"Ya, Chairil benar. Agar siklus menjalani hari tiada sepi dari peringatan. Agar senantiasa ada REMINDER yang bisa ditilik pada setiap jeda perjalanan. Dan blog yang sedang Anda baca ini adalah upaya kecil saya untuk mencatat sekelumit dari sekian banyak hiruk pikuk cerita yang memenuhi rongga hidup saya."


SELAMAT MEMBACA dan TERINSPIRASI!!!

Sudut Ruangan Subdit 1, Direktorat Impor DEPDAG
Jakarta, 15 Januari 2010_09:28
Aisya Avicenna

Wednesday, January 13, 2010

Like Father Like Son

Wednesday, January 13, 2010 1 Comments

PART 1

Siapa yang menjaminmu hidup setelah waktu zuhur?

Pertanyaan itu terlontar dari mulut seorang pemuda bernama khalifah Umar bin Abdul Aziz , tokoh pemimpin bergelar khulafa rasyidin kelima. Ketika itu khalifah yang terkenal keadilannya itu sangat tersentak dengan perkataan sang pemuda. Terlebih saat itu, ia tengah merebahkan diri, beristirahat usai menguburkan khalifah sebelumnya, Sulaiman bin Malik.

Tapi baru saja ia merebahkan badannya, seorang pemuda berusia tujuh belasan tahun datang dan mengatakan, “Apa yang ingin engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?” Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjawab, “Biarkan aku tidur barang sejenak. Aku sangat lelah dan capai sehingga nyaris tak ada kekuatan yang tersisa.” Namun oemuda itu tampak tidak puas dengan jawaban tersebut. Ia bertanya lagi, “Apakah engkau akan tidur sebelum mengembalikan barang yang diambil secara paksa kepada pemiliknya, wahai Amirul Mukminin?” Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengatakan,”Jika tiba waktu zuhur , saya bersama orang-orang akan mengembalikan barang-barang tersebut kepada pemiliknya.” Jawaban itulah yang kemudian ditanggapi oleh sang pemuda, “Siapa yang menjaminmu hidup sampai setelah zuhur, wahai Amirul Mukminin?”

Pemuda itu bernama Abdul Malik. Ia, putera Amirul Mukminin sendiri, Umar bin Abdul Aziz. Semoga Allah merahmati keduanya.

PART 2

Seorang lelaki datang menghadap Amirul Mukminin, Umar bin Khattab radiallahu anhu. Ia melaporkan kepada khalifah tentang kedurhakaan anaknya. Khalifah Umar lantas memanggil anak yang dikatakan durhaka itu dan mengingatkannya terhadap bahaya durhaka pada orang tua. Saat ditanya sebab kedurhakaannya, anak itu mengatakan,

“Wahai Amirul Mukminin, tidakkah seorang anak mempunyai hak yang harus ditunaikan oleh orang tuanya?’

“Ya”, jawab Khalifah.

Khalifah menjawab, “Ayah wajib memilihkan ibu yang baik buat anak-anaknya, memberi nama yang baik, dan mengajarinya Al Qur’an.”

Lantas sang anak menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, tidak satupun dari tiga perkara itu yang ditunaikan ayahku. Ibuku Majusi, namaku Ja’lan, dan aku tidak pernah diajarkan membaca Al Qur’an.”

Umar bin Khattab ra lalu menoleh kepada ayah dari anak itu dan mengatakan,”Anda datang mengadukan kedurhakaan anakmu, ternyata Anda telah mendurhakainya sebelum ia mendurhakaimu. Anda telah berlaku tidak baik terhadapnya sebelum ia berlaku tidak baik kepada Anda.

Kisah di atas saya tulis ulang dari salah satu koleksi buku saya yang berjudul “CINTA DI RUMAH HASAN AL BANNA” karya Muhammad Lili Nur Aulia.

SEMOGA MENGINSPIRASI!!!

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (Q.S. At Tahrim : 6)

Jakarta, 130110_04:22

Aisya Avicenna