KIPRAH MUSLIMAH DI ERA GLOBALISASI : MENJADI MUSLIMAH PEMBANGUN PERADABAN…[‘Karena Wanita adalah Guru Dunia’]
Kemajuan dunia modern terus menuntut peran seorang muslimah. Seorang muslimah tidak hanya bertanggung jawab terhadap keselamatan diri dan keluarganya, tetapi juga menyelamatkan akhlak bangsa dan negaranya. Karena itu, dituntut munculnya wanita muslimah yang cerdas, mandiri, dan bening hati.
Konsep apa yang bagus bagi muslimah dalam menghadapi era globalisasi yang serba modern ini? Kita mulai dari diri sendiri, mulai dari saat ini, dan mulai dari hal yang kecil sehingga kita tidak mengawali segala sesuatu dari hal yang muluk-muluk. Sekecil apa pun yang dilakukan oleh muslimah, yang penting ada karya nyatanya dan ada yang merasakan hasilnya. Hal ini bisa kita mulai dari lingkup keluarga, karena keluarga merupakan awal pendidikan dasar. Sehingga jika di kelompok terkecil sudah bagus nanti akan merambah ke lingkungan, masyarakat dan bangsa.
Sebenarnya, usaha (kiprah) kaum wanita cukup luas meliputi berbagai bidang, terutama yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yang diselaraskan dengan Islam, dalam segi akidah, akhlak dan masalah yang tidak menyimpang dari apa yang sudah digariskan atau ditetapkan oleh Islam. Wanita Muslimah mempunyai kewajiban untuk memperkuat hubungannya dengan Allah Swt. dan menyucikan fikiran serta wataknya dari sisa-sisa pengaruh fikiran Barat. Wanita muslimah harus mengetahui cara menangkis serangan-serangan kebatilan dan syubhat terhadap Islam.
********
“Jika anda mendidik seorang pria, maka anda hanya mendidik seorang manusia. Jika anda mendidik seorang wanita, maka anda telah mendidik seluruh manusia. (Presiden Tanzania)
Ada pepatah yang mengatakan, Wanita adalah tiang negara. Kala tiang tiada daya, bangunan pun roboh rata. Tak heran jika ada yang mengatakan, “Ibulah yang melahirkan sebuah bangsa!”. Karenanya seorang wanita yang akan menjadi ibu harus memiliki bekal yang banyak, tidak hanya dalam kerumahtanggaan tapi juga seni mendidik anak, merawat diri, seni mengelola keuangan, dll…: )
Pembentukan generasi pewaris negeri mempunyai 2 faktor pendukung.
Pertama, berhubungan dengan pembentukan kepribadian islami (asy-syakhsiyah al-islamiyah) dimana diperlukan adanya pembentukan keluarga islami (at-tawin al-usroh al-islamiyah).
Kedua, peningkatan kualitas, karena wanita (yang kelak akan menjadi seorang IBU) adalah madrasah pertama bagi anaknya (Al-ummu madrasatul ‘ula)…: )
Kondisi bangsa saat ini mengalami dekadensi moral, krisis kepercayaan, dan makin maraknya kekerasan di masyarakat. Bangsa ini mengalami masa dimana diperlukan orang-orang yang mampu memberikan pelayanan dan kepedulian bagi masyarakat. Orang-orang ini hanya bisa dilahirkan oleh ibu pewaris bangsa, wanita yang mampu melahirkan dan mendidik untuk menjawab kebutuhan bangsa. Sebuah PR BESAR bagi KITA, para MUSLIMAH…..!!!!
Masihkah ingin berdiam diri? Bergeraklah menjadi motor reformasi kebaikan bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar. Sungguh tidak merugi menjadi muslimah yang berdaya dan memberdayakan. Dapat memberikan konstribusi dan manfaat bagi orang lain sungguh menyenangkan. Percayalah!!!
********
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah” (HR.Muslim)
Sebagai hamba Allah swt, muslimah mendapat tugas yang sama dengan muslim yaitu beribadah kepada Allah (QS Adz Dzariyat:56). Karakter seorang muslimah adalah yang cerdas, kaya ilmu dan hikmah, berakhlaq mulia, rajin beribadah, berpenampilan rapi, disiplin, teratur, cekatan, sopan dan bermanfaat bagi sekitarnya.
Tengoklah figur-figur mulia yang mendapatkan tempat terhormat di tengah-tengah umat hingga kini. Khadijah ra. misalnya, namanya terus berkibar sampai sekarang, bahkan setiap wanita dianjurkan untuk meneladaninya. Terkenalnya seorang Khadijah bukan karena kecantikan wajahnya, namun karena pengorbanannya yang demikian fenomenal dalam mendukung perjuangan dakwah Rasulullah Saw. Begitu pun Aisyah ra., salah seorang istri Nabi dan juga seorang cendikiawan muda. Darinya para sahabat mendapat banyak ilmu. Ada pula Asma binti Yazid, seorang mujahidah yang membinasakan sembilan tentara Romawi di perang Yarmuk, hanya dengan sebilah tiang kemah. Masih banyak wanita mulia yang berkarya untuk umat pada masa-masa berikutnya.
Keharuman dan keabadian nama mereka disebabkan oleh kemampuan mengembangkan kualitas diri, menjaga iffah (martabat), dan memelihara diri dari kemaksiatan. Sinar kemuliaan mereka muncul dari dalam diri, bukan fisik. Sinar inilah yang lebih abadi. Semoga kita mampu meneladani para wanita muslimah, istri-istri nabi, para shahabiyah, di era globalisasi sekarang ini, menjadi sosok dan figur wanita muslimah pencetak sejarah, menjadi sosok seorang muslimah pembangun peradaban. Amin. Wallahu’alam bishowab.
Muslimah itu Anugrah
Ia lembut tapi tidak lemah
Mempesona tapi tetap bersahaja
Ia mengerti bagaimana menjaga akhlak dan kemuliaannya
Itulah yang membuatnya istimewa
Barakallahu for Muslimah...
Muslimah adalah cahaya, yang akan memberi pelita bagi dunia....
“Pondasi perbaikan bangsa adalah perbaikan keluarga, dan kunci perbaikan keluarga adalah perbaikan kaum wanitanya. KARENA WANITA ADALAH GURU DUNIA. Dialah yang menggoyang ayunan dengan tangan kanannya dan mengguncang dunia dengan tangan kirinya”
[Hasan Al Banna]
-Keisya Avicenna-
for “Women International Day”