WARNA 3 RANAH [Part 1]
Keisya Avicenna
Wednesday, March 23, 2011
0 Comments
Bedah Novel PENANGSANG bersama Kang Nass |
SEMARANG : Selasa, 1 Maret 2011.
Hari pertama di bulan Maret. Pukul 14.00 akhirnya mendarat juga di Bandara Ahmad Yani, Semarang. Oh ya, tadi berangkat dari kos jam 09.30 dijemput Sulis dengan Blue Bird. Lanjut ke stasiun Gambir untuk naik bus Damri. Sekitar beberapa menit, penumpang penuh. Bus Damri pun melaju menuju bandara Soekarno Hatta. Perjalanan menuju bandara memakan waktu sekitar 1 jam. Dalam perjalanan, alhamdulillah Aisya sempat menamatkan dua buah buku motivasi karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah, suaminya.
Setelah tiba di bandara, Aisya dan Sulis bertemu Mas Mycko, Bu Heni, dan Bu Ana. Mereka segera melakukan check in dan boarding. Sempat beli roti juga. Pada ekspedisi kali ini, Aisya naik burung besi bertitel Garuda Indonesia. Untuk pertama kalinya. Sekedar berkisah, dalam buku impiannya nomor 47, Aisya menuliskan impiannya : “naik pesawat”. Norak? Ahh, nggak juga! Alhamdulillah, impian itu sudah terwujud setahun yang lalu. Bahkan Aisya sudah pernah naik pesawat sebanyak 6 kali (dengan trayek Jakarta-Jogja, Jogja-Jakarta, Jakarta-Solo, Jakarta-Surabaya, Jakarta-Semarang, dan terakhir Solo-Jakarta) dengan armada penerbangan yang berbeda-beda pula. Sekali lagi Aisya yakin, bahwa kita harus memiliki impian karena impian itu melahirkan kebahagiaan jika menjadi kenyataan. Kalau toh belum segera menjadi kenyataan, impian bisa menjadi daya dorong yang membuat kita bersemangat untuk mewujudkan impian itu.
Aisya dan rombongannya yang terdiri dari 5 orang dijemput dari KSO Semarang. Kami menuju Gumaya Tower Hotel. Ah, Semarang. Kota ini adalah kota bersejarah bagi Aisya. Saat masih SD kelas 5, untuk pertama kalinya ia ke Semarang. Aisya bersama ibu dan gurunya menemani Keisya (saudari kembarnya) untuk mengikuti lomba sinopsis. Lantas, saat kuliah Aisya juga mencari bahan skripsinya di Universitas Diponegoro. Selan itu, Aisya juga beberapa kali mengikuti event semacam workshop entrepreneur di Semarang. Pernah juga, saat mengikuti training dengan Pak Heppy Trenggono, Aisya berhasil membuat Dream Board 5 tahun ke depan yang sampai sekarang masih tertempel di dinding kamarnya. Aisya pernah mengisi training mahasiswa berprestasi bersama saudari kembarnya di MIPA UNDIP. Ahh, sebenarnya masih banyak lagi kalau dituliskan. Pokoknya, kota Semarang adalah salah satu kota bersejarah dalam hidup Aisya.
Setelah sampai di hotel, Aisya segera sholat Zhuhur bersama Sulis. Habis itu perjalanan dilanjutkan. Setelah makan siang di restoran unik di Semarang, namanya Mbah Jingkrak dengan menu yang namanya juga unik, Aisya dan rombongan menuju kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang. Wah, ternyata sudah hampir tutup dan sebagian sudah pada pulang. Tapi untungnya Aisya dan rombongan masih sempat melihat-lihat batik dan beberapa kerajinan tangan kualitas ekspor yang berasal dari beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Setelah kunjungan itu, rombongan kembali ke hotel untuk istirahat dan bersih-bersih diri.
Sehabis Isya, Aisya dan rombongan menuju restoran di daerah Gombel. Wow, subhanallah.. Luar biasa! Dari restoran itu, lampu-lampu kota Semarang berkerlap-kerlip indah. Jalan raya depan restoran itu, sering sekali dilewati Aisya bersama Tyo (sahabatnya UNDIP) kala mereka berpetualang di kota ini.
Setelah makan malam, kami kembali ke hotel untuk melakukan persiapan akhir acara besok. Aisya dan panitia lainnya (kebetulan Aisya adalah panitia termuda), mempersiapkan materi di ruang acara. Wow, ruangannya begitu besar dengan kapasitas 200 orang. Pukul 23.00, aktivitas selesai. Mereka kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
SEMARANG : Rabu, 2 Maret 2011Pukul 07.30 Aisya dan Sulis sudah siap di restoran hotel untuk sarapan. Aisya memilih bubur ayam dan teh manis hangat untuk mengawali sarapannya. Berlanjut makan waffle kismis dan beberapa potong buah. Kenyang sudah! Setelah itu, Aisya menuju ruang acara. Aisya mendapat tugas sebagai penerima tamu. Pukul 08.00 beberapa tamu undangan sudah berdatangan. Tiba-tiba Aisya mendapat telepon dari atasannya. Ia diminta membantu atasannya tersebut. Akhirnya, Aisya ditemani Sulis menemui sang pimpinan. Sementara itu, tugas menerima tamu dihibahkan kepada Bu Heni dan Bu Ana.
Pukul 09.30, Aisya sudah menyelesaikan tugas dari sang pimpinan. Ia dan Sulis kembali bergabung dengan panitia. Acara sudah dimulai. Wow, pesertanya membludak. Penuh. Malahan rekan-rekan wartawan sampai duduk di bawah. Puas juga sih rasanya karena bisa dibilang acara yang bertema “Peningkatan Daya Saing Industri dan Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri melalui Tertib Administrasi Importir" berjalan lancar dan sukses. Aisya mengingat-ingat beberapa hari sebelum hari H, ia disibukkan dengan konfirmasi dari peserta. Maklum, ia dan Sulis ditunjuk sebagai penanggung jawab peserta. Email dan nomor HP-nya yang dijadikan kontak penghubung antara peserta dan panitia. Alhasil, hampir tiap hari Aisya harus cek email dan harus menerima telepon dari Semarang. Lucunya, karena email Aisya bernama akhwat_visioner@yahoo.com, sempat ada dua peserta yang membalas email dengan sebutan “Bp. Akhwat”. Gubrakz!!!
Alhamdulillah, acara selesai pukul 12.30. Semua berjalan lancar. Setelah sholat di mushola hotel yang terletak di lantai 6, Aisya turun ke lobi karena ada seorang sahabat yang telah menanti. Sahabat itu datang bersama temannya. Ia satu almamater dengan Aisya waktu kuliah di UNS dulu. Kini ia bekerja di Semarang. Mengetahui Aisya ada di Semarang, ia bermaksud silaturahim.
“Wah, ternyata belum berubah!”. Begitu komentarnya waktu bertemu Aisya. Hmm, ya begitulah Aisya. Masih seperti yang dulu. Insya Allah, mencoba untuk istiqomah di tengah tantangan yang kerap mendera. Mereka bertiga diskusi dan berbagi pengalaman pasca kampus, membahas pengalaman kerja masing-masing, eh... tapi ujung-ujungnya membahas tentang pernikahan!
“Mau cari di Solo atau Jakarta?” Aisya cuma tersenyum saat ditanya seperti itu. Hmm, pilihan Allah adalah yang terbaik! Tapi Aisya memang sudah punya kriteria bagaimana pendampingnya kelak. Ahh, semoga Allah ridho! Hampir jam 14.00. Mereka kembali ke kantor, sedangkan Aisya naik lagi ke lantai 2 untuk makan siang. Setelah itu check out dari hotel.
Pukul 15.30, Aisya dan rombongan yang akan ke Jogja, naik dalam 1 mobil. Hujan deras mengguyur Semarang. Aisya diantar sampai tempat pemberhentian bus yang menuju Solo. Alhamdulillah, waktu itu hujan sudah reda. Akhirnya, Aisya naik bus patas AC menuju Solo. Busnya lumayan kosong sehingga Aisya duduk sendiri. Ahh, sendiri kadang tidak asyik. Kalau ada teman ngobrolnya, pasti enak! ^^v. Akhirnya Aisya menyetel nasyid dan murottal untuk mengusir kesendiriannya.
SOLO : Rabu, 2 Maret 2011Menjelang Maghrib, ia SMS Keisya (saudari kembarnya). Mereka janjian naik bus yang sama dari Solo. Aisya sampai Solo menjelang Isya. Setelah sampai di terminal Tirtonadi, Aisya berganti bus jurusan Wonogiri. Di depan Rumah Sakit Moewardi, naiklah Keisya di bus yang ditumpangi Aisya. Akhirnya, mereka duduk berdekatan dan berbagi cerita sampai di rumah.
WONOGIRI : Rabu, 2 Maret 2011Sampai di rumah sekitar pukul 21.00, langsung disambut Babe, Ibuk, dan Kang Dodoy. Rasa kangen pada keluarga terhapus sudah. Rasa lapar pun sirna setelah terhidang sate kambing di depan Aisya. Sambil makan bersama Keisya, malam itu mereka merencanakan acara keesokan harinya, yakni silaturahim ke rumah kakek di Giriwoyo, Wonogiri.
WONOGIRI : Kamis, 3 Maret 2011
Pagi yang indah, sejuk menawan hati. Aisya dan keluarga hari itu akan ke rumah kakek dengan mengendarai bus. Mereka naik bus “Aneka Jaya”. Meski duduk terpisah-pisah, tapi mereka berlima tetap bisa saling bercanda. Maklum saja, ayah Aisya (yang sering dipanggil “BABE”) adalah sosok yang humoris. Sampai di terminal Baturetno, mereka sempat singgah sebentar di sebuah toko untuk membeli buah tangan dan mencari mobil yang bisa disewa. Setelah menuai kata sepakat dengan sang sopir, akhirnya mereka naik sebuah mobil Carry bercat putih menuju rumah kakek. Di dekat pasar Giriwoyo, mereka berhenti sejenak untuk sarapan di sebuah warung makan yang juga tempat favorit Babe dan Ibuknya Aisya.
Setelah makan, perjalanan pun berlanjut. Subhanallah, pemandangan yang tersaji begitu memesona. Sawah membentang bak permadani hijau. Gunung menjulang biru bagai pencakar langit. Akhirnya mereka sampai di rumah kakek pukul 09.00. Kakek dan Nenek menyambut dengan gembira. Aisya, Keisya, dan Kang Dodoy sempat bermain-main di sungai kecil yang ada di depan rumah kakek. Seru! Mereka juga sempat silaturahim ke rumah seorang saudara yang sedang sakit. Eh, ternyata beliau sedang check up ke rumah sakit. Jadinya tidak bertemu. Sebelum ke rumah beliau, Babe sempat memetik jambu merah dengan menggunakan bambu. Lucu!
Nah, saat sedang di rumah saudaranya itulah Keisya mendapat telepon dari seorang sahabatnya, yang juga sahabat Aisya. Sahabat itu mengabarkan bahwa akan menikah dua minggu lagi. Sebuah kejutan! Ehem, waktu Aisya berbicara dengan sahabatnya itu, Aisya diberondong pertanyaan yang sama persis seperti saat ia di Semarang kemarin, “Mau cari ikhwan Solo atau Jakarta?” Hadeh...
Jam 11.00, mereka makan siang bersama setelah itu siap-siap pulang ke rumah. Mengapa cuma sebentar? Karena Keisya harus ke Solo sebelum jam 14.00, ada jadwal mengajar. Akhirnya jam 12.30 sudah tiba di rumah. Keisya waktu itu terserang flu dan sepertinya menular ke Aisya.
Sekitar jam 14.00, Aisya dan Babe tercintanya ke pasar Wonogiri. Mereka mau ke counter kaca mata langganan yang terkenal bagus tapi murah. Setelah menemani Aisya sejenak, Babe meninggalkan Aisya untuk beli sayuran yang akan dijadikan makanan unggas-unggas kesayangannya. Setelah semua urusan beres, akhirnya mereka kembali ke rumah.
Malam harinya, Aisya bersama kakaknya tercinta (Kang Dodoy) makan steak di MOENGIL STEAK yang berlokasi di dekat RSUD Wonogiri. Wah, ternyata pesanan mereka sama yakni Mixed Steak Hotplate plus lemon tea hangat.
SOLO : Jumat, 4 Maret 2011
Pagi ini Aisya berangkat ke Solo jam 05.30. Awalnya mau berangkat lebih pagi lagi, tapi berhubung busnya tidak kunjung datang, akhirnya yang niatnya mau ikutan Kajian Jumat Pagi sepertinya pupus sudah, tapi semoga sudah terhitung pahala karena sudah diniatkan. Aamiin... Akhirnya jam 07.00 baru sampai Solo. Naik becaknya Pak Katno (becak langganan sejak kuliah), turun di belakang kampus. Aisya ketemu Keisya, tapi Aisya memutuskan untuk sholat Dhuha dulu di Masjid Nurul Huda Islamic Centre (NHIC), sedang Aisya lanjut ke Pesantren Mahasiswa (Pesma) Ar-Royan.
Saat hendak memasuki tempat wudhu akhwat di Masjid NHIC, Aisya bertemu dengan beberapa adik tingkat (akhwat) dan menyapa mereka. Beberapa dari mereka sempat terkecoh karena Aisya disangka Keisya. Seru juga karena berhasil mengecoh mereka. Nggak sengaja lho ya!
Setelah sholat Dhuha dan tilawah di masjid NHIC.. Aisya bernasyid, eh.. berkontemplasi... sambil mengingat-ingat masa lalunya di kampus ini...
sebuah kisah masa lalu hadir di benakku
saat kulihat surau itu
menyibak lembaran masa yang indah
bersama sahabatku
sepotong episode masa lalu aku
episode sejarah yang membuatku kini
merasakan bahagia dalam diin-Mu
merubah arahan langkah di hidupku
setiap sudut surau itu menyimpan kisah
kadang kurindu cerita yang
tak pernah hilang kenangan
bersama mencari cahaya-Mu
Setelah puas merenung di NH, Aisya berjalan kaki menuju Pesma Ar-Royan. Sebelum sampai lokasi, ia sempat mampir di warung untuk membeli permen "Tolak Angin". Hmm, Aisya terserang flu! Akhirnya sampai juga di Ar-Royan, langsung disambut Keisya di meja registrasi. Ia langsung registrasi dan masuk.
Acara agak terlambat mulainya karena menunggu Mas Gola dan Mbak Tias yang sedang dalam perjalanan. Sekitar pukul 10.00 aksi dua penulis dahsyat itu pun dimulai. Keisya yang merangkap jadi peserta pun segera membersamai Aisya dan segera mengoptimalkan segenap panca indera untuk berinspirasi dan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. BE A WRITER = BE CREATIVE!!! Seru banget deh…ada simulasi membuat nama pena (Keisya Avicenna and Aisya Avicenna, ni nama penanya SUPERTWIN. Filosofinya juga ada kok. Keisya dari kata “keyza” yang konon kata mbah Google artinya “bidadari yang cantik”. Aisya karena terinspirasi dari bunda Aisyah. Tyuz Avicenna karena mereka suka dengan tokoh Ibnu Sina). Ada pemutaran film RUMAH DUNIA juga…
Break sholat Jumat. Mas Gola pengin sholat Jumat di Masjid Agung Surakarta. Siiiip…akhirnya, berangkat deh ke sana. Masih nggak percaya lagi, bisa satu mobil bareng dua penulis favorit. AAenangnya!!! Di mobil ada mbak Janoer N Noer (yang tadi bikin nama pena “Nur Ash Sholihaat”…hihi…), ada Mas Aris El Durra yang ngikut juga, Mas Trims nggak mau ketinggalan, mas driver (Nung blm tahu namanya), ada my supertwin juga (Etika Aisya Avicenna), duduk di sebelah Mbak Tias Tatanka, dan Mas Gol A Gong duduk di depan. Dahsyat . Speechless euy….akhirnya bisa ngobrol seru juga dengan mas Gola dan mbak Tias. Keisya paling suka buku mereka yang “INI RUMAH KITA, SAYANG…”. Memoar yang sangat romantic tentang perjuangan dalam hidup.
Sampai di pelataran parkir Masjid Agung Surakarta, yang putra segera bergegas ke masjid, sedangkan yang putri (mbak Tias, mbak Noer, si kembar Keisya dan Aisya) menjelajah Pasar Klewer. Uhuy….seru euy. Tak lupa foto-foto! Jam 12.45, saatnya kembali ke parkiran. Mas Aris, Mas Trims, dan Mas Driver akhirnya datang…tapi Mas Gola nya mana??? Hehe…mampir-mampir dulu ternyata. Hm, foto-foto dah. Seru..seru…^^v.
Kembali ke Pesma Ar Royyan, makan siang bareng dulu kemudian mulai pelatihan lagi sampai jam 15.30. Sippp…Hujan menambah kesejukan nuansa sore itu. Alhamdulillah, event BE A WRITER berjalan dengan lancar. Berakhir foto-foto dan hunting tanda tangan. Terima kasih buat Mas Gol A Gong dan Mbak Tias Tatanka. Sukses selalu ya!!! Salam buat rekan-rekan di Serang, Banten dan juga RUMAH DUNIA!!! Semoga kelak bisa ke sana. Amin ya Rabb!
Hujan belum jua mereda. Tapi waktu terus berlalu tak mau menunggu. Akhirnya Aisya nebeng Ayu yang waktu itu juga mau pulang. Aisya diantar Ayu sampai Pendaringan. Wah, flunya semakin parah sepertinya.
WONOGIRI : Kamis, 4 Juni 2011Sampai di rumah, Aisya langsung tepar. Habis Isya langsung mendapat perawatan ekstra dari Ibuk dan Babe. Setelah itu Aisya tidur karena badannya panas.
SOLO : Sabtu, 5 Maret 2011
Alhamdulillah, kondisi tubuh sudah mendingan. Mungkin karena keinginan kuat untuk bertemu teman-teman, akhirnya penyakit itu mereda juga. Tak enak juga dengan teman-teman yang sudah diundang karena rencananya kami juga akan makan-makan (Aisya mendadak jadi korban perampokan, nraktir.com). Pukul 07.30 dengan tekad dan semangat kuat, Aisya naik bus ke Solo. Aisya janjian bertemu Keisya di terminal Tirtonadi. Sekitar jam 09.00 kurang Aisya sudah duduk manis di ruang tunggu terminal. Sempat membaca sebuah buku, sampai akhirnya Keisya datang.
Karena Keisya mengenakan jaket berwarna merah hati, Aisya lantas meminta tukar dengan jaket yang tengah dikenakannya. Sehingga, hari itu Aisya MERAH banget! Mulai dari jilbab, kemeja, jaket, hingga roknya merah hati semua. Keluar dari terminal Tirtonadi, Aisya dan Keisya naik becak menuju Taman Balekambang. Seru juga, mbecak! Sampai di pintu gerbang Balaikambang, mereka jajan batagor dan empek-empek dulu. Hihi.. Setelah itu masuk ke taman, bertemu Kurnia dan Rini yang juga mau beli jajanan. Sampai di tengah taman sudah ada Ria, Betty, dan Saras yang menanti.
Setelah Kurnia dan Rini kembali, mereka pun mencari kursi taman yang kosong. Ada kejadian “mengusir secara halus” dua insan yang tengah pacaran. Mereka makan siomay bersama, foto-foto, sampai akhirnya tiap orang harus bercerita kehidupan pasca kampus dan planning masa depan. Di tengah sharing itulah Afni dan Anti datang. Salah satu kesimpulan yang sama dalam pertemuan itu adalah mereka sama-sama ingin menikah tahun ini. Semoga Allah memudahkan dan mewujudkan impian mereka. Aaamiin...
Setelah puas menikmati suasana Balekambang, mereka bersembilan pun makan siang di Lombok Ijoe. Aisya yang mentraktir. Tak terasa sudah jam 12.45, perpisahan terjadi. Aisya diantar Ria ke Graha Wisata Niaga. Sedangkan Keisya bersama Anti.
Rencana awal, SUPERTWIN (Keisya dan Aisya) akan tampil bersama sebagai moderator membersamai Kang Nassirun Purwokartun, tapi berhubung Aisya suaranya ‘tergadaikan’ karena flu berat jadinya Keisya saja yang beraksi.
Wah, anak-anak FLP Pelangi sudah pada datang juga (ada Diah Cmut, Ayu’, mbak Santi. Mbak Umi, Mas Tyo, Mas Dwi, Mas Aris El Durra, Kang Pahmi, siapa lagi ea?). Inilah pertemuan perdana Aisya dengan Kang Pahmi. Gubrakz.. ternyata penulis yang satu ini... Hadeeh... Susah deh diungkapkan dengan kata-kata (saking bingung milih kata yang paling ancur).
Bicara tentang novel Penangsang, novel ini special karena memotret dari sisi lain. Biasanya dari sisi Hadiwijaya (Karebet), kali ini dari sisi Penangsangnya. Upaya yang sangat BERANI dan BARU!!! Salut deh buat Kang Nass, apalagi proyek penggarapan buku itu hanya memakan waktu 5 bulan. Wow!! Tapi tentunya sudah melalui research yang cukup panjang dan penuh perjuangan.
Acara selesai, pasukan dibubarkan! Begitulah suara MC (eh, nggak ding!). Acara selesai, sesi selanjutnya ada signing book dan foto-foto. Seru juga, Kang Nass mencoret-coret Diary MERAH Aisya dengan rentetan kata inspiratif “PENULIS YANG TIDAK MENULIS ADALAH PENIPU (PALING TIDAK MENIPU DIRINYA SENDIRI)”. Ada yang lucu, malah beberapa ‘penggemar’ Aisya dan Keisya mengajak foto bertiga juga. Hmm, dasar SUPERTWIN! Aisya sempat melihat sosok seorang munsyid yang cukup terkenal di kota Solo yang waktu itu tengah ‘umak-umik’ mendendangkan “Sebiru Hari Ini”-nya Edcoustic karena kebetulan nasyid itu yang tengah membahana di Solo IBF. Aisya juga bertemu dengan salah seorang sahabatnya yang jauh-jauh datang dari Semarang dengan membawa wingko babat.
Setelah puas foto-fotonya (btw, ni foto-foto apa bedah buku to acaranya??), Aisya dan Keisya keliling stand Solo Islamic Book Fair. Saat sedang menunggu Keisya yang tengah di toilet, secara kebetulan Aisya bertemu dengan Hanna, seorang sahabatnya waktu dulu mengikuti Short Course Islamic Banking di Solo. Ya, setelah dinyatakan lulus dan sambil menunggu wisuda, Aisya memanfaatkan ‘waktu tunggu’-nya dengan mengikuti kursus perbankan syariah. Aisya dan Keisya membeli 3 buah gamis dan beberapa buku, termasuk 2 buku baru sahabatnya yang berjudul “Amira, Cinta dari Tanah Surga” dan “Al-Qur’an Braille untuk Nadia").
Keluar dari stand buku, Aisya bertemu dengan Mbak Anis Zulaikha yang dulu satu kost dengannya. Beliau bersama sang suami. Setelah itu Aisya juga bertemu dengan Damar, adik tingkatnya di jurusan Matematikan. Sebuah pertemuan tak terduga lagi. Setelah ngobrol sebentar, Aisya dan Keisya memutuskan untuk pulang. Kala itu hujan cukup deras. Akhirnya mereka naik becak menuju tempat pemberhentian bus jurusan Wonogiri. Dalam perjalanan sempat beli srabi Solo. Saat turun dari becak, alhamdulillah hujan sudah cukup reda. Mereka juga langsung dapat bus. Di dalam bus itulah mereka menikmati Srabi Solo yang hangat dan luar biasa enaknya itu.
WONOGIRI : Sabtu, 5 Maret 2011
Menjelang Maghrib, Aisya dan Keisya tiba di rumah. Oleh-olehnya langsung disambut oleh Babe dan Ibuk. Kebetulan hari itu, sepupu mereka juga datang. Wah, rame...
WONOGIRI : Ahad, 6 Maret 2011
Keisya pagi buta ke Solo karena ada agenda. Aisya hari ini masak dengan Ibuk. Nama masakannya “Asem-Asem Sayap Ayam”. Masakan favorit Aisya. Ahh, waktu cepat sekali berlalu. Tak terasa, jam 14.00 siang Aisya harus meninggalkan Wonogiri. Perpisahan. So Sad! Aisya naik bus jurusan Solo. Turun di Kerten. Cari taksi tapi tidak segera ketemu. Akhirnya dapat juga taksi berwujud Avanza yang ternyata harganya cukup murah untuk ke Bandara Adi Sumarmo. Bapak sopirnya cukup komunikatif. Beliau bercerita tentang pengalamannya selama menjadi sopir taksi. Aisya juga sempat dicecar dengan beberapa pertanyaan. Mulai dari masalah keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan satu pertanyaan sensitif, “Sudah berkeluarga atau belum?”. Malahan disusul pertanyaan, “Lha mau nyari orang Solo atau Jakarta, Mbak?” (Pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya dalam ekspedisi kali ini). “Cari orang Solo yang bekerja di Jakarta saja, Mbak!” (usulan pak sopir selanjutnya).
Pukul 16.30, Aisya check in di counter Garuda Indonesia, lanjut boarding dan menuju ruang tunggu. Di ruang tunggu itulah Aisya mulai membaca “Inilah Rumah Kita, Sayang” karya Mas Gol A Gong dan Mbak Tias Tatanka.
Pukul 18.00, semua penumpang dipersilakan masuk pesawat. Sekitar pukul 18.20, pesawat pun terbang. Aisya duduk di sisi sayap kanan, dekat jendela. Subhanallah, luar biasa. Pemandangan langit senja begitu indah. Ada semburat merah di langit barat. Pesawat semakin meninggi. Solo di waktu malam begitu indah, kerlap-kerlip lampu terhampar. Aisya melanjutkan membaca bukunya Mas Gol A Gong di dalam pesawat. Saat di tengah penerbangan, sempat was-was juga karena dinyatakan cuaca sedang buruk. Pesawat sempat goyang-goyang seperti bajaj yang berada di jalanan yang tak rata. Dzikir pun terlantun tak berjeda. Alhamdulillah, lega melanda saat diumumkan bahwa pesawat sebentar lagi mendarat di Bandara Soekarno-Hatta.
Pukul 19.15 akhirnya menginjak bumi Jakarta kembali. Keluar dari pesawat, naik bus bandara menuju pintu keluar. Awalnya berniat naik taksi biar cepat. Wealah, ternyata tarifnya Rp 200.000,-. Aisya memutuskan untuk naik bus DAMRI yang tarifnya Rp 20.000,-. Selama perjalanan menuju Gambir, Aisya berhasil merampungkan buku “Inilah Rumah Kita Sayang”. Keren banget buku itu! Berkisah tentang proses pernikahan dan kehidupan rumah tangga Mas Gol A Gong dan Mbak Tias Tatanka. Setelah sampai di Gambir, Aisya naik taksi menuju kos. Alhamdulillah, jam 21.00 sudah berada di REDZONE..
Puji syukur kehadirat Allah Swt karena petualangan kali ini begitu luar biasa...
Aisya Avicenna