Jejak Karya

Jejak Karya

Wednesday, April 06, 2011

Celoteh Aksara [4]: H.I.D.U.P

Wednesday, April 06, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Monday, April 4, 2011 at 9:04am

Hidup pada dasarnya seperti menata perjalanan…

Selangkah demi selangkah…

Merangkak…berjalan…kemudian berlari…

Tak jarang suatu saat harus dihadapkan pada rasa lelah….letih….

Harus dihadapkan dengan keras dan beratnya jalan yang dilalui…



Hidup adalah sebuah perjalanan…

Yang akan terus mengembara tanpa henti…

Pengembaraan untuk selalu mencari kemenangan…

Pengembaraan untuk selalu menjadi pemenang!!!

Pengembaraan itu akan terus berlanjut…



Sampai Sang Penguasa waktu memutuskan untuk menghentikan langkah demi langkah kehidupan..!!



Maka…bagi siapa yang tiada sanggup…

Untuk mengawali…lalu mengakhiri perjalanan ini..

Mereka akan hancur lenyap….

Bagai besi rapuh karena tetesan air…

Seperti kayu yang menjadi abu…karena bara…

Celoteh Aksara [5]: WAJAH BARU FLP SOLO RAYA

Wednesday, April 06, 2011 0 Comments
Siang itu angin berhembus tidak seperti biasanya. Serasa membawa pesan-pesan kerinduan bagi jiwa-jiwa yang merindu akan hadirnya nuansa baru. Siang itu menjadi momentum dimana setiap jiwa mencoba mengumpulkan material-material bangunan yang siap ditempa dan ditata untuk membuat pondasi yang kokoh. Tak ada alasan lain kecuali berharap bangunan yang berdiri di atasnya pun tak mudah roboh. Bangunan yang akan menjadi rumah kita bersama, menaungi kita tatkala terik siang sang bagaskara mencoba memanggang, tatkala derasnya sang hujan mencoba goyahkan pertahanan. Rumah tempat kita berbagi dan membagi, rumah yang akan menjadi surga kita di dunia sebagai kawah Candradimuka kita mengawal sebuah misi besar. Misi akhirat. Dakwah bil qolam. Rumah yang bernama FORUM LINGKAR PENA (FLP) SOLO RAYA!

Bertempat di mushola PGSD UNS yang berlokasi di Kerten. Berkumpullah, beberapa insan yang mendapatkan SMS undangan dari ketua FLP Solo Raya yang baru (Mbak Asri Istiqomah). Undangan jam 13.00, Nungma baru sampai di lokasi jam 13.10. Terlambat karena tadi ada agenda dulu dan jarak tempuh ke lokasi dari kost juga cukup memakan waktu. Sempat menangkap 2 sepeda motor yang terparkir di sana. Karisma dan Vega Biru. Wah, berarti Kang Fachmy Casofa dan Mas Aris El Durra sudah datang nih! Mbak Asri datang kemudian, diantar oleh suaminya. Menyusul Mas Ranu Muda, kemudian Mbak Tetra dan Mbak Yatik yang menjadi PJ Konsumsi rapat perdana kita siang itu.

Rapat diawali dengan mukadimah oleh Mas Aris El Durra, kemudian inti agenda langsung dipimpin oleh sang ketua, Mbak Asri. Pembahasan mengenai VISI beliau dan Struktur Kepengurusan FLP Solo Raya periode 2011-2013. Akhirnya, hasil rapat memutuskan susunan pengurus sbb.:

Ketua Umum: Asri Istiqomah
Sekjend: Aris El Durra, yang membawahi 2 divisi yaitu:
• Divisi Administrasi dan Kesekretariatan: Bening
• Divisi Pengembangan Organisasi; Nasri
MenKeu: Norma Ambarwati (siapa ya? xixixi. ^^v)
Ketua Bidang PSDM: Ranu Muda, yang membawahi 3 divisi:
• Divisi Kaderisasi: Tetra Azkia
• Divisi Training Internal: Yatik
• Divisi Training Eksternal: Ungu Lianza
Ketua Bidang HUMAS: Nashita Zain, yang membawahi 2 divisi:
• Divisi Buletin: Erni
• Divisi Jaringan (Networking): Diah Cmut
Ketua Bidang Produksi Karya: Fachmy Casofa

VISI: “Menjadikan FLP sebagai rahim yang melahirkan penulis-penulis muda yang produktif dan berkualitas”.

Suasana yang sangat seru, hangat dan menyenangkan. Diiringi denting melodi air mata langit yang semula perlahan kemudian menderas. Salah satu tanda kebesaran-Nya itu cukup menjadi penyejuk kegersangan jiwa yang mampu merasainya. Diskusi seru bersama Mas Ranu yang menyampaikan berderet-deret harapannya (dahsyat, Mas!), memahamkan Kang Sofa yang pura-pura gak ngeh (apa asli dungdung ya ni orang? Hadeh… menurutmu gimana Yu’? ‘Mut? Hehe). Selalu dengan tampang ngeneznya! Mas Aris El Durra yang penuh semangat menyampaikan pemikiran visionernya, Mbak Yatik dan Mbak Tetra yang tak kalah serunya. Mbak Asri yang selalu penuh semangatmembara dan renyah, serenyah happitos yang menjadi sahabat kita rapat siang itu. Banyak kejadian lucu yang terekam di memori otak ini. Kalau saya tuliskan di sini pasti puanjangg banget….hihihi. dan akhirnya, saya pun menyimpulkan. Sepakat dengan visi yang dilontarkan Mbak Asri dan itu akan menjadi visi kita bersama dalam kinerja keluarga kita ke depan. Hm, FLP= “[F]okus [L]ahirkan [P]enulis”. Ya, ini menjadi cita-cita, mimpi, dan harapan kita bersama. Bismillah…semoga Allah SWT senantiasa meridhoi langkah-langkah perjuangan kita. Amin Ya Rabb.

Adzan Ashar menjadi tanda berakhirnya pertemuan perdana kita hari itu… Sampai bertemu lagi minggu depan! Siapkan pemikiran-pemikiran yang dahsyat untuk persiapan program kerja 2011-2013. SEMANGAT FLP SOLO RAYA!
***
Saatnya beralih ke rapat selanjutnya. Sekarang dengan keluarga FLP Pelangi. Rapat dengan redaktur senior, kepala redaksi dan redaktur utama Majalah EMBUN. Mbak Amrih menjemput Nungma di PGSD. Wah, terima kasih ya Mbak. Dah bawain helm dan mantel juga. So switz, my sista! Berangkat ke warung wedangan Pak Kumis yang berlokasi di dekat Manahan bersama Kang Fachmy Casofa dan Mas Aris El Durra. Hujan masih turun, tapi sudah tidak terlalu deras. Sampai di lokasi, kita langsung milih-milih ‘n order makanan+minuman. Hihi…selalu seru dan banyak kejadian lucu. Mbak Santi, sang sekretaris redaksi akhirnya datang juga. Menikmati makan sore bersama. Wis pokokmen bikin mehehehe…(*ketawagayaotakdiare). Dan kisah Erny yang sangat mengharukan. Heuheuheu…(si bungsu Pelangi).

Semoga kebersamaan kita akan senantiasa menjadi memori yang indah sepanjang masa. Tapi, ingat deadline di setiap pekannya. Hohoho…SEMANGAT!!! Kapan-kapan yang penting jeng-jeng n outbound yukz! ^^v

“Pada akhirnya segala cinta, cita, harapan maupun impian akan tertuju pada satu titik. Membentuk sebuah oase dimana segala harapan terkumpul. Berharap Sang Pemilik akan selalu menuntun, memberi petunjuk jalan pada satu irama kehidupan yang sebenarnya, pada satu cinta yang sesungguhnya, pada satu irama kehidupan yang hakiki.”


[Keisya Avicenna, hari ke-5 di bulan April]

CELOTEH AKSARA [6]: "KARENA SESUDAH GULITA, PASTI ADA PELITA"

Wednesday, April 06, 2011 0 Comments




Jam 01.30 dini hari…ya, saat hari masih terlalu dini untuk kusebut pagi. Terdengar suara keributan dari adik-adik kost yang kamarnya terletak di lantai satu. Kamarku di lantai dua, masih seperti tiga tahun yang lalu saat pertama kali aku pindah ke kost ini. Pintu dengan hiasan Doraemon menjadi salah satu ciri khasnya. Hehe. Lampu kost yang serentak padam tadi bukan karena “njeglek” seperti biasanya. Tetapi ada konsleting yang kata salah seorang adik kost sempat ada sedikit percikan api. Alhamdulillah, tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Tapi akibatnya, kost menjadi gelap gulita.

Biasanya aku bangun jam 02:02 dan tidur pukul 22:22. Mencoba membuat kombinasi angka yang fantastis sebagai motivasi agar terus berusaha menghargai waktu! Jam biologisku menulis biasanya setelah bangun tidur sampai jam 3 pagi, baru kemudian Sholat Tahajud. Tapi terkadang Sholat Tahajud dulu baru kemudian menulis. Tapi, tidak dengan pagi ini. Doralepito yang sudah memasuki usianya yang ketiga tahun tidak bisa langsung menyala tanpa ada energy listrik yang mengalir sebelumnya. Alhasil, aku menikmati saja munajat panjangku di hamparan sajadah coklat dari jam 02.30 sampai Subuh.



Konon, doa dan takdir bertarung di langit. Maka, inilah saat yg tepat untuk memaketkan doa sebanyak-banyaknya. Agar melayang ke angkasa, menggebrak langit dan menjadi pemenang atas takdir. Ya Rabb, Engkaulah Pemilik Hatiku, Pemegang Kendali Jalan Hidupku..



~mendeskripsikan ulang segala pencapaian hidup~



Saat-saat yang begitu syahdu.



Lantai 2 di kostku ada ruangan yang cukup lebar. Ruang keluarga bagi kami. Karena di sana kami sering melihat TV bersama, sholat berjamaah, makan bersama, tempat belajar, bahkan dulu sempat menjadi tempat STREAM latihan teater. Hehe…Ada bagian yang terbuka di ruangan itu sehingga kami bisa langsung berinteraksi dengan alam sekitar. Merasakan dinginnya hembusan angin kala pagi membuka hari, menatap gumpalan mega yang berarak kala siang, menikmati konstelasi bintang, menatap senja di penghujung hari, dan masih banyak lagi aktivitas yang bisa menjadikan kami mengagumi betapa indah karya ciptaan-Nya.



Dua orang adik kostku masih asyik belajar dengan berteman cahaya lilin. Tapi aktivitas mereka usai tatkala lilin itu meredup dan akhirnya padam. Persediaan lilinku juga sudah habis. Yasudah…



Dan aku…Di sepertiga malam ini. Setelah sholat dan melantunkan doa-doa panjang, aku habiskan waktu sambil menunggu Subuh dengan berkontemplasi. Aku adalah tipe orang yang verbal sekaligus audiovisual. Detik itu ku perdengarkan murottal dan tembang-tembang yang syahdu dari N5310-ku. Mulai dari Insya Allah-nya Maher Zain, Bunda-nya Melly, Yang Terbaik Bagimu-nya Ada Band, Always Be There, For The Rest of My Life, I’tiraf-nya Ust. Jeffry, QS. Ar Rahman, QS. AL Waqi’ah, dll…Suasana kost benar-benar mendukung saat berkontemplasiku itu. Tak terasa butiran-butiran kristal bening meninggalkan jejak di kulit pipiku. Aku hadirkan wajah orang-orang yang sangat kucintai. Ibu, Babe, Mbak Thicko, Mas Dhody, keluarga besar ku di Wonogiri, MR-ku, adik-adikQ, Gestin, sahabat-sahabatku SMA, genk Biologi 2006, keluargaku di FLP, keluargaku di GO, guru2ku menulis, dan semua orang yang telah mengizinkan namaku dan hadirku mengendap di hatinya…



Dan saat terindah adalah saat ku mengagumi langit dan menatap hamparan bintang sambil bersandar di tembok. Masih sedikit mengantuk, tapi aku mencoba untuk tetap terjaga. Aku tidak ingin momentum yang “indah” ini lewat begitu saja. Ah, saatnya lebih dekat dengan alam. Kupandangi langit penuh kekaguman.



Alam memiliki hukumnya sendiri, yaitu hukum keseimbangan. Siapa yang memberi maka dia akan menerima, tergantung apa yang diberikannya. Pada saat kita memberi, maka pada saat itu pula kita menerima. Jangan pernah menganggap bahwa kita saja yang melayani, sebenarnya orang lainpun melayani kita. Hidup adalah proses saling memberi dan menerima. Yang memberi akan menerima tergantung apa yang diberikannya.



Lihatlah orang yang berjabatan tangan! Ketika tangan kita menyentuh tangan orang lain sebenarnya tangan kita pun disentuh orang lain. Sungguh pelayanan yang kita berikan tidak akan pernah sia-sia. Bahkan akan mendatangkan nilai lebih daripada apa yang kita berikan. Tentunya selama kita ikhlas melakukannya.



Manusia adalah bagian dari alam semesta. Tidak ada seorangpun yang dapat mengingkari eksistensi alam. Dan tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat melepaskan dirinya dari hukum alam, yaitu hukum tabur dan tuai. Belajar dari alam akan melahirkan dari diri kita beberapa hal yang dapat mempermudah jalan kita mencapai kesuksesan meraih cita-cita hidup, kebahagiaan, dan pencerahan diri.



***

"Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)." (QS.55:60)



Dan aku sangat menikmatinya…saat alam memperkaya jiwa! Saat menanti “penulis cahaya” menuliskan kembali sajak-sajak cinta untukku. Sajak yang kan membuat sinaran benderang terpancar di kalbuku. Sampai saatnya nanti aku berkata: “Kesepian ini tak layak diberi nama. Karena hadirmu kini menjadikan hidupku lengkap dan sempurna! Berpadu dalam cahaya cinta…”



Aku masih mengamini, sesudah “gulita” pasti ada “pelita” yang mengiringi…

***

Angin malam menusuk ke tulang

Cucuran mata air berkilauan

Disinari kerlipan cahaya bintang

Langit kesepian tanpa sang rembulan



Bersama kita bersujud

Menghamba…

Di hadapan-Nya yang Esa



Dingin angin pada malam di sepertiga bagiannya

Berteman orchestra binatang malam yang saling bersahutan

Tanpa jemu, karena merindu

Melantun zikir kepada-Nya yang Satu



Bebutir tasbih silih berganti

Di ujung jari, mengalun bisikan…

Kalimat syukur yang tak pernah henti

Tanpa jeda, dalam sebaik-baik penghambaan



Detik ini kurasa, selalu dalam limpahan kasihMu...

Selalu dalam naungan cinta-Mu

Ya Rabb, ampunilah dosa-dosaku!

***

[Keisya Avicenna, hari ke-6 di bulan April…*nebeng ngetik di warnet. Hehe ^^v. saatnya MERANCANG KEHIDUPAN SEPERTI MESIN KEBAIKAN!]

Tuesday, April 05, 2011

Istikharah Cinta

Tuesday, April 05, 2011 0 Comments

Semuanya berawal dari kedua mata
ketika aku hanya berani mencuri pandang
wajahmu di sana
dengan pakaian rapat tak kau biarkan auratmu terbuka
karena memang tak selayaknya bisa dipandang oleh sembarang mata
maka seiring perjalanan masa

kumulai beranikan diri tuk bertanya
tuk selanjutnya berbagi cerita
telah kukatakan kepadamu semenjak awal mula
bahwa aku adalah lelaki ibuku sepanjang masa
sebagai wujud bakti sebagaimana rasul telah bersabda “ibumu, ibumu, ibumu!” begitulah dalam sebuah hadits yang pernah kubaca
“lalu ayahmu!” sebagai kelanjutan ucapan dari lidah yang mulia
sebuah jawaban darimu membuatku begitu lega

kau berkata bahwa lebih baik memiliki suami yang berbakti daripada yang durhaka
kau berkata bahwa lebih baik memiliki suami yang dermawan daripada yang bakhil harta

dan kaupun berharap bahwa pendampingmu kelak bisa membuatmu bahagia
kau pernah berkata ingin segera menikah sebagai suatu rencana
bila kelak Allah mempertemukanmu dengan jodoh pilihan-Nya

agar mampu menjaga kemurnian dan kesucian niatmu dalam mewujudkan berbagai cita
serta menjadikanmu lebih kuat kala cobaan dan ujian datang menerpa

karena akan ada seseorang yang insyaAllah akan mendampingi senantiasa
namun harus kau tahu adalah bahwa aku lelaki biasa

segala kelebihan dan kelemahan pastilah kupunya
senanglah hati ketika mengetahui dirimu rutin dalam sebuah tarbiyah
tidak seperti aku yang hanya pernah masuk madrasah
mulai ibtidaiyah, tsanawiyah namun tidak kulanjut ke aliyah
namun sekarang aku sudah lulus kuliah

saat ini pun aku sudah memiliki ma’isyah
teman-temanku berkata, baha sudah waktunya bagiku mencari aisyah
mungkin dengan simpanan yang ad cukuplah untuk sebuah walimah
tentu saja yang sederhana dan bukan yang meriah
dan aku pun belum sanggup untuk menyediakanmu sebuah rumah
karena itu kuberpikir untuk mengontrak dulu sajalah

suatu ketika kau bertanya tentang poligami
kujawab bahwa itu adalah ketentuan Ilahi

tentu saja aku menyetujui
lantas kau bertanya apakah aku akan melakukannya suatu saas nant
kujawab apa mungkin bila adil sebagai syarat utama tak mampu kumiliki
engkau tersenyum di mulut atau mungkin sampai ke hati

sambil mengakui bahwa dirimu belum bisa menerima bila hal itu terjadi
dan dirimu juga tak bisa menyamai saudah binti zam’ah istri sang nabi
yang tulus ikhlas kepada aisyah dalam berbagi

suatu ketika giliran aku bertanya tentang kemampuanmu bertilawah
kau menjawab bisa walau tak mau dibandingkan dengan para qoriah
karena kau merasa masih banyak berbuat salah
dalam mengucap hukum tajwid dan huruf-huruf hijaiyah

insyaAllah kita akan bersama-sama belajar bila kelak akan menikah
utnuk mewujudkan keinginanmu agar bisa menerangi setiap ruang rumah
dengan alunan suara Al-quran yang merupakan ayat-ayat qauliyah
dari situ mungkin kita bisa membaca ayat-ayat kauniyah


untuk memastikan keyakinanku untuk menikah
kau pun mengundangku ke tempat temanmu seorang murabbiyah
dan tak lupa kau undang aku tuk datang ke rumah
sebagai awal perkenalan dengan bunda dan ayah
dan sebuah titik temu tercapailah

istikharah mencari jawaban tuk menggapai alhub fillah wa lillah
dalam doa kubersimpuh pasrah
memohon datangnya jawaban kepada Sang Pemberi hidayah
bila jawaban itu masih menggantung di langit
maka turunkanlah
bila jawaban itu masih terpendam di perut bumi
maka keluarkanlah
bila jawaban itu sulit kuraih
maka mudahkanlah
bila jawaban itu masih jauh
maka dekatkanlah

Hidup terlalu luas untuk dijalani bersendiri, Hanya Dia Maha ESa ..
Yang kau Mahu.. Inilah DUNIAKU DALAM UNTAIAN KATA.

melayang sudah rasa rindu di awan putih..

Tegak kembali sebelum Rebah Bersemadi..

namun dalam hati ini Aku seakan tidak mengerti,
mungkin ada sunyi yang belum terbebaskan,

atau ada rindu yang belum terlepaskan atau kerana ia semakin malam yang kelam.
Aku tenggelam..Jangan Biarkan aku sendiri Ya Allah

Untukmu calon Imamku,
yang tiada siapa mengenali termasuklah diri ini,
dirimu masih rahasia Penciptamu..
rahasia yang telah ditentukan untukku,
yang perlu ku singkap dengan segunung taubat
dan sepenuh kesungguhan sujudku,
cuma jambatan istikharah jua yang bisa merungkai rahasiaku ini,.

"Ya Allah, aku memohon petunjuk kebaikan kepada-Mu dengan ilmu-Mu.
Aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu. Ya Allah,
seandainya Engkau tahu bahwa pilihan ini baik untukku dalam agamaku,
kehidupanku dan jalan hidupku,
jadikanlah untukku dan mudahkanlah bagiku dan berkatilah aku di dalam pilihan ini.
Namunjika Engkau tahu bahwa pilihan ini buruk untukku,
agamaku dan jalan hidupku, jauhkan aku darinya dan jauhkan pilihan itu dariku.
Tetapkanlah bagiku kebaikan dimana pun kebaikan itu berada dan redhailah aku dengan kebaikan itu". 


Sumber : http://ceritaduniahati.blogspot.com 

***
Bersaksi cinta di atas cinta
Dalam alunan tasbih ku ini
Menerka hati yang tersembunyi
Berteman dimalam sunyi penuh do'a

Sebut nama Mu terukir merdu
Tertulis dalam sajadah cinta
Tetapkan pilihan sebagai teman
Kekal abadi hingga akhir zaman

Istikharah cinta memanggilku
Memohon petunjukmu
satu nama teman setia
Naluriku berkata

Di penantian luahan rasa
Teguh satu pilihan
Pemenuh separuh nafasku
Dalam mahabbah rindu
di istikharah cinta..

~Istikharah Cinta_Sigma~


Renungan Senja Aisya Avicenna

Catatan Aisya [5] : Tetap CERIA di Tempat Kerja

Tuesday, April 05, 2011 0 Comments
Geje ^^v

Setelah aksi Sinta Jojo dan Udin Sedunia yang menyemarakkan Youtube beberapa waktu yang lalu, pekan ini Youtube kembali dihebohkan dengan aksi seorang Briptu dari Gorontalo. "Polisi Gorontalo Menggila", begitu judul video berdurasi enam menit 30 detik yang diunggah ke situs Youtube. Video ini memperlihatkan seorang anggota polisi yang sedang menyanyikan lagu India dengan cara lypsinc alias gerak bibir dengan menyesuaikan lirik lagu. Video ini cukup membuat saya tertawa plus menghilangkan sedikit 'ketegangan pikiran' setelah seharian kemarin menyelesaikan bahan presentasi dan kuesioner untuk sebuah acara sosialisasi kebijakan impor di luar kota pekan depan. Benar-benar lucu dan menghibur!!!

Dalam adegan video tersebut polisi itu menari dengan lincah, namun tidak mendapat tanggapan dari dua rekannya yang berjaga di pos yang sama. Satu petugas lain memang sempat melihat ke arahnya dan tersenyum, tapi lantas cuek. Sementara, satu lainnya, benar-benar tak peduli, ia asyik memainkan ponselnya. Saya baru tahu pagi ini kalau yang beraksi tersebut bernama Norman Kamaru, anggota Satuan Brigade Mobil (Brimob) Kepolisian Daerah Gorontalo berpangkat Brigadir Polisi Satu (Briptu). Kelucuan beliau mendendangkan "Chaiyya, Chaiyya" yang dinyanyikan Shahrukh Khan di film Dil Se pada tahun 1998 dalam video ini memang bisa memunculkan kontroversi. Meski masyarakat banyak yang menyukainya, tapi tidak menutup kemungkinan aksi tersebut bisa berbuah sanksi dari atasan karena seorang polisi itu idealnya adalah pribadi yang tegas dan berwibawa di setiap penampilan. Entahlah, kita tunggu saja bagaimana kelanjutan kisah Briptu Norman Kamaru ini. Semoga happy ending ^^v.

Kalau menurut saya, tidak menjadi masalah sih. Bahkan menjadi inspirasi bagi saya untuk tetap CERIA di tempat kerja. Kita ambil sisi positifnya saja. Tidak bisa dipungkiri bahwa rasa jenuh bisa menyerang saat di tempat kerja. Jujur, saya pun mengalaminya. Tapi, kita harus pandai menyiasati dan segera menghilangkan kejenuhan itu. Biasanya kalau jenuh, saya mendengarkan nasyid, menulis blog, membaca situs inspiratif, diskusi via YM dengan teman, FB-an (alhamdulillah, kalau di kantor boleh FB-an asal tidak mengganggu pekerjaan), atau melihat video lucu di atas. Ehem!

Apapun pekerjaan kita, kalau diniatkan untuk ibadah insya Allah akan berbalas barokah. Bukankah hanya ridha Allah yang kita cari dalam setiap aktivitas? Meski kadang stress melanda karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan, tapi sikapilah dengan sebaik-baiknya. Jargon saya sih, tetap CERIA di tempat kerja!

[C]ukuplah Allah yang menjadi tujuan
[E]tos kerja tinggi jadi tumpuan
[R]ezeki yang halal, cari sepenuh hati!
[I]khlaslah, jauhkan pamrih...
[A]llah yang akan membalas semuanya!

Semangat bekerja!!!
Jakarta, 050411_11:08
Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com

Monday, April 04, 2011

Catatan Aisya [4] : Saat Kesempatan Datang

Monday, April 04, 2011 0 Comments

Saya teringat saat masih semester 8 tahun 2009 lalu. Pada semester terakhir ini, saya hanya mengambil 6 SKS untuk skripsi. Jadi, ada banyak waktu luang. Alhamdulillah, pas banget ada kesempatan mengikuti program Kuliah Kewirausahaan Lanjut (KKL) yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi. Akhirnya saya mendaftar. Ada seleksinya juga lho! Tes tertulis, psikotes, dan wawancara. Hmm, penyelenggara bermaksud menguji kompetensi para calon ‘pengusaha muda’ kebanggaan UNS ini. Ehem…!

Alhamdulillah, saya lolos seleksi. Saat KKL dimulai, kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Saya satu kelompok dengan seorang mahasiswi dari Fakultas Hukum dan seorang mahasiswi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Waktu itu kami ditantang untuk memulai suatu bisnis. Atas ide saya, akhirnya kami sepakat KANOME adalah nama usaha kami (KANOME kependekan dari etiKA, NOvi, MEga). Bisnis kami berupa penjualan brownies kukus dan kripik tempe aneka rasa. Alhamdulillah, sebelum lulus saya sempat merasakan manis pahitnya menjadi seorang entrepreneur. Benar-benar manis untuk dikenang. Semanis brownies yang kami buat dengan tangan kami sendiri… Hmm..!!!

Sebelum action, kami diberi motivasi-motivasi menjadi entrepreneur yang andal oleh seorang trainer. Nah, saat sedang memperhatikan materi, tiba-tiba beliau mengeluarkan selembar uang Rp 50.000,-. Uang itu diangkatnya tinggi-tinggi. Beliau hanya tersenyum, tanpa mengeluarkan instruksi apapun. Akhirnya, seorang teman yang duduk di depanku gegas berdiri dan menyambar uang itu.


Sang trainer tersenyum. Peserta yang lain, termasuk saya mulai sadar dengan yang baru saja terjadi. Hari itu kami belajar, bahwa kami harus peka terhadap kesempatan yang ada di hadapan. Karena sebuah kesempatan itu datangnya tidak terduga. Kesempatan terkadang datang hanya sekali di dalam kehidupan kita. Saat itu ada yang bersemangat menyambut kesempatan yang datang padanya. Ada yang malu-malu menyambutnya. Ada yang tidak percaya diri, akhirnya tidak mendapatkan sama sekali. Kesempatan itu lewat begitu saja. 


"Hidup ini perlombaan. Jika kau tidak cepat, seseorang akan mengalahkanmu dan melaju kencang meninggalkanmu!" Begitu kata Viru Shastrabhuddi (Virus) dalam film 3 idiots yang kemarin saya tonton untuk keempat kalinya. Sebuah anekdot:
Tok! Tok!
“Ya, siapa di sana?”
“Ini Saya, kesempatan.”
“Jangan bohong deh. Kesempatan tidak pernah mengetuk dua kali.”


Hmm… Oleh karena itu, saat kesempatan hadir yang dibutuhkan adalah suatu tindakan. Terkadang kita harus mengambil tindakan yang cepat. Jika tidak, maka kita akan tertinggal di belakang bahkan tidak akan mendapatkan apa-apa. Take every one chance you got every single time in your life, cause you’ll never know when or where it comes again.


Allah Swt. memiliki rencana sendiri untuk setiap hamba-Nya. Kita tidak akan pernah tahu mana kesempatan yang terbaik untuk kita. Yakini dan lakukan yang terbaik atas setiap kesempatan yang kita rasa baik. Bisa jadi itulah kesempatan terbaik yang diberikan Allah Swt. untuk kita. Yakinlah akan kekuasaan Allah Swt yang selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Tak kalah penting, yakinkan diri sendiri bahwa kita mampu meraih impian kita.


Sore yang indah…
Saat kesempatan itu datang…
Jakarta, 040411_16:57
Backsongnya “Give Me Some Sunshine”-nya 3 idiots

Saari umar hum
Mar mar ke jee liye
Ek pal to ab humein jeene do
Jeene do

...Na na na….Na na na….Na na na….Na na nana na….

Give me some sunshine
Give me some rain
Give me another chance
I wanna grow up once again


Aisya Avicenna
writer@www.aisyaavicenna.com
sumber foto : http://www.zazzle.com/opportunities

Catatan Aisya [3] : Ayah dan Putrinya

Monday, April 04, 2011 2 Comments
Dua tahun yang lalu, saat liburan ke Magelang

“Yah, Nanda boleh nikah tahun ini ya?” tanya Nanda pada Ayahnya awal tahun 2010 lalu lewat SMS.
“Mmm, memangnya sudah punya calon?” Ayah membalas SMS-nya
“Ada yang baru mau kenalan dengan Nanda, Yah. Namanya Azzam Mumtaza. Nanda baru kenal dari biodata yang dikasih guru ngaji Nanda sore ini. Nanda boleh nikah tahun ini, Yah?” tanya Nanda kemudian.
“Kalau memang kamu sudah siap, Ayah hanya bisa merestui.” Balasan SMS Ayah membuat Nanda sangat bahagia.
Selang beberapa hari kemudian, Asri, adik bungsu Nanda SMS mengabarkan kalau Ayah mereka sakit. “Kak, Ayah sakit. Entahlah, akhir-akhir ini sepertinya Ayah kehilangan nafsu makannya. Beliau juga sering melamun.”
Nanda terkejut. Ia segera menekan 12 digit tombol di ponselnya, menghubungi sang Ayah.
“Assalamu’alaikum...” Nanda cemas.
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh...” jawab suara di seberang sana.
“Ayah sakit ya? Sakit apa, Yah? Ayah jangan kecapekan dong...” Nanda menghamburkan semua tanyanya.
“Ayah nggak apa-apa, Nak... Cuma capek saja. “ jelas Ayah dengan nada lemah.
“Jaga kesehatan ya, Yah... Nanda jadi kepikiran nih,” tutur Nanda.
“Iya, Nak. Eh, Nanda benar sudah siap nikah tahun ini? Nak, selesaikan dulu masa diklatmu. Tahun depan saja. Kan kamu sudah jadi pegawai tetap. Lagipula kakak sulungmu belum menikah.” Rentetan kata dari Ayah tersebut membuat Nanda terkesiap.
“Yah... sepertinya Ayah masih belum meridhai Nanda menikah tahun ini. Bismillah, baiklah Yah. Nanda akan turuti keinginan Ayah. Nanda tidak ingin membuat Ayah kecewa. Tapi tahun depan Nanda boleh nikah ya, Yah?” tanya Nanda penuh harap.
“Insya Allah, saat itu mungkin Ayah sudah benar-benar siap melepasmu, Nak!” jawab Ayah.
***
Kisah di atas terinspirasi setelah membaca sebuah artikel yang saya baca di majalah Tarbawi edisi special tentang Ayah.
Ayah dan putrinya, bisa diibaratkan dengan seorang lelaki dengan bunga mawar di kebunnya. Seseorang yang menanam bunga mawar, merawatnya dalam waktu yang tak singkat, dan menemaninya dalam setiap fase pertumbuhannya, tidak akan mungkin begitu saja memberikan bunga itu pada orang yang baru saja melihatnya, kemudian ingin memetiknya. Pemilik mawar itu pasti ingin memastikan apakah mawar tersebut akan dirawat lebih baik atau minimal sama dengan sebelum diberikannya kepada si pemetik tadi.
Sang pemilik mawar pasti ingin agar bunganya senantiasa harum dan tak ternoda oleh apapun! Ia inginkan mawarnya tetap indah dan terawat saat ia tak lagi ada di kebunnya. Jikapun pada saatnya nanti mawarnya berpindah ke sebuah vas bunga yang tak seindah dan seluas kebunnya, ia hanya ingin sang pemilik vas itu memetik bunga mawarnya dengan penuh hormat. Sang pemilik mawar mungkin merasa cemas jika bunga kesayangannya itu tidak mendapatkan cinta dan perlindungan seperti saat ia merawatnya.
Hmm, begitu pun dengan Ayah. Ayah mungkin merasa cemas bahwa dalam pandangannya, sepertinya belum ada lelaki yang dapat mencintai putrinya seperti dirinya! Ayah hanya perlu waktu untuk mengizinkan seseorang yang tepat untuk mendapatkan putrinya dengan cara terhormat.
Seringnya, saat putrinya meminta sesuatu pada Ayah. Ayah pasti tak kuasa mengatakan “tidak”. Dia memilih diam atau mengangguk sebagai tanda demi melihat senyum manis putrinya. Meski dalam hatinya, seringnya tidak selaras dengan apa yang dia katakan. Diam-diam dia akan berusaha mewujudkan keinginan sang putri. Entah dengan bekerja lebih keras dari hari biasanya atau usaha lain. Meski saat keinginan sang putri begitu berat baginya. Seperti dalam contoh kisah di atas. Awalnya Ayah akan mengiyakan, meski pada akhirnya Ayah tidak mengabulkan permintaan putrinya dengan cara yang halus dan di saat yang tepat. Ah, ayah memang punya cara sendiri dalam menunjukkan cintanya. Ia pasti inginkan yang terbaik untuk putrinya.
“Nak, jangan cengeng meski kamu seorang perempuan, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak, laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah. Tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu,” pesan Ayah pada putri kesayangannya.
030411_20:19
Saat hari ini belajar ikhlas melepaskan suatu benda yang disayangi... Hmm, tapi itu semua aku lakukan untuk mewujudkan impian Ayah... Ayah, aku mencintaimu.. Memang, tak bisa menyamai cintamu padaku sedari dulu, tapi aku berjanji akan lebih sering mengungkapkan cintaku padamu...
Aisya Avicenna

Sunday, April 03, 2011

Celoteh Aksara [2]: “Ajang Bedah Buku Jadi Ajang Pelepas Rindu”

Sunday, April 03, 2011 0 Comments
Senandung Pagi di Istana KYDEN, Wonogiri
Semilir angin di sepertiga malam
Menjadi salah satu bukti kebesaran-Nya
Pun dengan nafas yang masih berhembus
Deguban jantung, dan denyut sang nadi
Aku masih diizinkan menikmati pagi
Itu artinya semangat perbaikan diri
Karna maut tanpa ketuk pintu saat bertandang
Maka kuucapkan: Semangat pagi!!!

Jam 3 pagi, suara Ibu yang membangunkanku terdengar dari kamar sebelah bersamaan dengan bunyi alarm “Open Your Eyes”-nya Maher Zain dari N5310-ku. Bersegera aku bangkit dari buaian mimpi untuk mengambil air wudhu. Bermunajat pada-Nya. Memintalkan doa-doa. Menjelang waktu Subuh, aku menikmati sarapan dan bersiap. Karena pagi ini aku harus kembali menunaikan sederet amanah dan aktivitasku di Solo. Mendirikan sholat Subuh berjamaah dengan ibunda tercinta. Merasakan betapa khusyuknya beliau berdoa. Dan aku yakin ada namaku disebut dalam doanya. Ibu, aku sangat mencintaimu!

Jam 05.15, dengan diantar Babe aku menuju tempat yang biasa aku gunakan untuk menunggu bus jurusan Wonogiri-Solo. Menikmati udara pagi sepanjang perjalanan. Subhanallah…Alhamdulillah.

Satu jam kemudian, sampailah di Solo. Pagi ini berkesempatan naik becaknya Pak Katno. Dengan senyum sumringah dan penuh semangat beliau sudah menyambutku tatkala aku baru saja turun dari bis kota. Pak Katno, seorang tukang becak yang biasa mangkal di pojokan Pedharingan. Beliau sudah jadi langganan SUPERTWIN sejak dulu. Tepatnya sejak bis kota yang biasa lewat di belakang kampus (SUMBER RAHAYU) tidak beroperasi lagi.

Sesampai di Zona Inspirasi, sejenak aku istirahat. Mengeluarkan barang-barang dari dalam tas untuk kemudian mengisinya kembali dengan pernak-pernik yang harus aku bawa dan aku perlukan hari ini. Sempat kupeluk boneka kesayanganku, KAIZENEMON. Ah, kamu Mon! senyummu menjadi salah satu sumber inspirasiku setiap hari. Hehe…

Writing Class SSD (School of Science Development)
Tepat jam 8, aku berangkat menuju PUSKOM UNS diantar dik Viana yang juga anak SIM (Studi Ilmiah Mahasiswa). Ya, hari ini aku mendapatkan undangan sekaligus kesempatan untuk mengisi training pluz motivasi di “WRITING CLASS”-nya adik-adik SSD. Berbekal ilmu dan olah kanuragan yang telah aku dapatkan dulu semasa jadi mahasiswa, hasil olah ‘pughaba’ bersama Pak Bambang Trim di Tiga Serangkai, dan petuah dari pethunya FLP Pelangi (Fachmy Casofa), aku menyampaikan beberapa hal yang sudah aku pelajari dan aku kuasai tentang dunia MENULIS! “Menulis untuk Mendokumentasikan Hidup”. “Buktikan, dengan Menulis Kamu Bisa Mengukir Prestasi!”, dll…

Penyampaian selama satu jam kemudian dilanjutkan dengan berperan menjadi “KRITIKUS TULISAN”. Pekan yang lalu mereka sudah dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan mendapatkan tugas untuk membuat tulisan apa saja. Aku dapat tugas untuk mengkritik satu persatu karya tim mereka setelah presentasi. Ah, seru banget! Bisa berkumpul dengan 30-an mahasiswa/i dengan semangat-semangat dahsyatnya. “Masa muda adalah masa yang berapi-api”. Begitu kata Bang Haji Rhoma Irama. Hadeh…hehe. Momentum yang luar biasa untukku BELAJAR. Ya, belajar public speaking, belajar untuk berinteraksi dengan orang-orang baru, menambah khazanah ilmu, memperbaiki komitmen, dan yang pasti memacu semangatku untuk meningkatkan skill serta kompetensiku dalam menulis. SEMANGAT NUNGMA!

Di Taman Pujangga, Kembali Kuukir Cerita
Selesai acara, aku bertemu dengan adikku, Ferawati. Anak PGSD 2008. Sosok yang penuh semangat dan prestatif. Siang itu aku mengajaknya makan di tempat favoritku khususnya saat aku ingin dekat dengan alam dan mencari inspirasi. Taman Pujangga Ronggowarsito. Tepatnya di bawah Jembatan Jurug dengan menu utama degan dan tahu kupat/ mie ayam. Tempat favorit Trio Unyu (Nungma-Diah Cmut-Ayu’). Ah, sudah banyak kisah yang istimewa terukir di tempat ini.

Iseng aku SMS Mas Tyo (salah seorang kakakku di FLP Pelangi), bukan bermaksud mengundang tapi hanya sekedar pemberitahuan. Ngiming-ngimingi gitu. Eladalah, gak perlu dalam hitungan menit, sephianya Pethunya itu datang. Syok aku! Xixixi…datang gak diundang pulang gak diantar.wkwkwk. Ternyata pas tadi aku SMS, kebetulan dia ada di sekitar lokasi. Gubrak tenan dah. Paling semangat kalau ada makan-makan gratis. Hadeh….(ngikikgulingguling).

Menu yang kebalik siang itu, seharusnya Fera yang pesan tahu kupat super pedas dan aku yang sedang-sedang saja. Tapi malah kebalik. Alhasil, aku lebih kenyang minum daripada menghabiskan tahu kupat tanpa tahu itu. Fera ngikik garing…^^

Mampir TSTJ dulu, bukan bermaksud survey tapi untuk menunaikan sholat Dhuhur sekaligus bernostalgia. Mushola ini sangat bersejarah buatku. Banyak kisah terukir di sana bersama sahabat-sahabatku yang luar biasa. Sekitar tahun 2007/2008 silam…

Ajang Bedah Buku Jadi Ajang Pelepas Rindu [Solo Muslim Fair 2011]
Selesai sholat, aku diantar Fera ke depan kampus. Naik ATMO. Menikmati perjalanan menuju SOLO MUSLIM FAIR 2011 di Goro AsSalam. Jam 12.50 aku sampai di lokasi. Melepas kerinduanku dengan adik-adik FLP STAIN. Langsung heboh saat bertemu Ham-Ham, ngobrol seru bareng dik Putri, dan yang lainnya. Termasuk adik-adik FLP UNS, rekan-rekan di FLP Pelangi. Ah, benar-benar jadi ajang pelepas rindu. Termasuk saat saudariku yang jauh-jauh datang dari Bali, Mbak Wahyu, beliau anak FLP Bali yang kebetulan sedang mudik. Aku masih surprise saat dulu bertemu dengan beliau saat mengikuti Up Grading Nasional FLP di Kaliurang. Benar-benar pertemuan yang sangat luar biasa. Siang ini aku tidak bisa menghadiri pertemuan FLP Pelangi di Balaikambang karena aku sudah ada janji terlebih dahulu dengan Mbak Wahyu. Dan aku pantang ingkar janji!

Alhamdulillah, dapat pin. Jam 13.30 acara bedah buku DON’T CRY: KETIKA MENCINTAI TAK BISA MENIKAHI dimulai. Sang penulis, Kang Fadlan Al Ikhwani menyampaikan materi-materi yang dahsyat, menggugah, memotivasi dan mencerahkan. Dipandu oleh moderator kocak, Mas Ranu Muda. Hehehe. Banyak inspirasi yang didapat euy. Dan aku sempat menjadi salah satu penanya. Tentang proporsional antara “MELUPAKAN dan MEMAAFKAN” (jika punya masa lalu yang ada kaitannya dengan interaksi ikhwan-akhwat), ‘n sejauh mana batasan “MENCINTAI DALAM DIAM”, karena di satu sisi bermaksud ‘menjaga’ tapi ada ketakutan lain. Bisa jadi menimbulkan penyakit hati atau berujung pada penyesalan karena cinta yang tak terungkapkan. Deuuu…(*catatan: bukan pengalaman pribadi lho yak!).

Alhamdulillah, aku dapat buku “ENGKAULAH KEKASIHKU”. Cihuy, salah satu tips SUPERTWIN untuk menambah koleksi buku yang beranilah bertanya saat ada event bedah buku! Xixixi. Setelah acara selesai, minta tanda tangan Kang Fadlan di dua buku karya beliau yang kupunya. Ada pesan yang tertulis: “TETAP SEMANGAT DI DALAM ISLAM dan MENJEMPUT JODOH!”. Senyum…^^v

Selanjutnya, ngobrol bareng Mbak Wahyu, Mbak Bella, adik-adik STAIN. Alhamdulillah, acara FLP ini sangat sukses. Terbukti dengan kehadiran peserta yang kata Mas Aris El Durra lebih dari 100, yang daftar kemarin aja tercatat 174. Siip. Semoga agenda FLP selanjutnya juga sukses! CREATIVE WRITING tanggal 10 April di Panggung Muslim Fair jam 15.00-end, bersama MBak Asri Istiqomah, Mbak Deasylawati, dan Kang Fachmy Casofa.

Ada adegan paling surprise saat pundakku ditepuk oleh seorang akhwat yang wajahnya tak asing lagi bagiku. “Norma ya?”. “Subhanallah, ukhti Nunik apa Ninuk ya?”. “Ninuk, ukh!”. Seorang sahabat lama (PGSD 2006) yang dulu aku pernah mengukir kisah-kisah luar biasa dengan beliau di tahun 2007/2008 (bluetooth dengan mushola tadi). Dah lamaaaaaaaaaaaa banget aku lost contact dengan beliau. Sampai akhirnya aku bertanya, “Lha suami anti mana?”. Beliau hanya senyum. Ku tanya lagi, “Kesini sama siapa Ukh?”. Beliau menjawab: “Ni sama Yasmin”. Ada adegan Mbak Yatik memberikan Yasmin ke Ukh. Ninuk. Jiaaah, otakku langsung konek. Tadi kan Kang Fadlan sempat menyebut-nyebut kalau Yasmin itu putrinya. Berarti…. Hadeh, ternyata Ukh. Ninuk itu istrinya Kang Fadlan. Subhanallah…dulu pas walimatul’ursy nya beliau, kebetulan aku gak bisa datang. Ya Rabb, benar-benar scenario-Mu sangat indah. Ajang bedah buku jadi ajang pelepas rindu. Pertemuan singkat itu berakhir dengan sebuah pertanyaan, “Lha anti kapan nikah? Yasmin dah mau punya adik lho?”. Cegluk…xixixi. Insya Allah, mohon doanya ya, Ukh…(njawabe sambil pasang tampang cengar-cengir).

Sore itu berakhir dengan sangat indah. Aksi mbolang dengan Mbak Wahyu membuatku membeli 3 buku yang akan menjadi anggota keluarga baru di perpus AL FIRDAUS 2 dan hiasan “DORAEMON” yang ada tulisan Assalamu’alaikum-nya. Salah satu buku yang kubeli PERNAK-PERNIK ROMANTIS-nya Kang Fadlan yang setelah kubaca sekilas ada kisah Ukh. Ninuk juga tertulis di sana. Hihi. Semoga kelak aku pun bisa nulis bareng. (impian no. sekian….).

Mengutip dari buku Kang Fadlan yang “KUJEMPUT JODOHKU” :
“Wahai Saudaraku, jika engkau saat ini sedang mengalami kesendirian dalam menanti sang pujaan, yakinlah bahwa dirinya yang akan segera diberikan pun sedang melakukan hal yang sama. Si dia pun sedang ditarbiyah dan ditempa oleh-Nya untuk menjadi pendamping ikhwah sepertimu.”
“Wahai Saudariku, demikian pula engkau; jangan berkecil hati dan sempit pandangan hanya lantaran si dia yang pernah menjadi pujaan, diyakini menjadi kawan perjuangan, justru bukan sebaik-baik pilihan. Allah pasti sudah menyiapkan gantinya yang jauh lebih baik, jauh lebih saleh, jika engkau berupaya menjaga dirimu.”
“Tiada yang salah dengan janji-Nya. Tiada yang melesat dengan ketetapan-Nya. Tiada yang keliru dengan segala iradat-Nya. Semua telah dituliskan. Semua telah dibukukan.”
WOW, DAHSYAT!!!

Semoga menginspirasi dan bermanfaat!

“Yakinlah, Allah SWT pasti akan menjawab dengan lebih indah di saat yang TEPAT dan TERBAIK!” [Keisya Avicenna, A.M.A.N.A.H]

[Keisya Avicenna, 3 April 2011…”ketikan satu jam”. MENULIS UNTUK MENDOKUMENTASIKAN HIDUP!]

Saturday, April 02, 2011

Catatan Aisya [2] : Pelajaran Berharga di Kereta

Saturday, April 02, 2011 0 Comments

Hari kedua di bulan April. Pagi ini, pukul 05.30 saya sudah siap dengan kostum merah marun. Jam segitu saya sudah keluar kos untuk cari sarapan. Meski jalan agak jauh, akhirnya menemukan juga warteg yang buka sepagi itu. Sayur daun singkong, telur mata sapi, dan nasi porsi separo menjadi menu sarapan saya.Setelah menikmati sarapan, pukul 06.00 saya keluar kos, naik Kopaja 502 dan menuju Stasiun Gondangdia. Sekitar setengah jam perjalanan, sampailah saya di daerah Gondangdia. Turun dari Kopaja 502, saya berjalan menuju Stasiun Gondangdia yang ternyata lokasinya masih cukup jauh. Hmm, saya memang baru pertama kali ke stasiun tersebut. Kalau dihitung-hitung, mungkin sudah hampir setahun tidak naik KRL.

Saya sempat bingung saat memasuki areal Stasiun Gondangdia. Di mana loketnya? Saya terus berjalan menyusuri pedagang kaki lima dan jajaran warteg hingga akhirnya saya menemukan tangga menuju lantai dua yang menurut kata hati saya, loket pembelian karcis ada di sana. Ternyata memang benar. Cukup dengan uang Rp 1.500,00 karcis kereta ekonomi jurusan Depok pun sudah di genggaman. Saya telepon Mbak Uli, teman kantor yang akan menjadi sahabat berpetualang ke Fakultas Ekonomi UI Depok hari ini. Dia sudah berada di lantai 3. Saya sempat kebingungan lagi waktu mau masuk peron yang akan dilewati kereta jurusan Depok, karena papan petunjuknya kurang begitu jelas. Meski sempat singgah di peron yang salah, akhirnya bisa ketemu Mbak Uli di peron yang akan dilewati kereta yang akan kami tumpangi. Ngos-ngosan juga karena naik turun tangga. Sekitar pukul 07.15, kereta ekonomi itu akhirnya datang. Alhamdulillah, kami dapat tempat duduk.

“Gorengan.. gorengan! Kaca mata... kaca mata! M3 3000, Axiz 3000! Gesper.. Gesper! Gemblong.. kacang... lontong! Mizon... Mizon...!” Hmm, suasana kereta ekonomi yang cukup berisik, tapi menjadi harmoni kehidupan yang saya suka. Saya belajar banyak dari mereka. Dengan segenap keterbatasan modal (mungkin), tapi mereka berjuang keras untuk survive di ibukota. Pemandangan menyentuh lainnya adalah saat dua orang pengamen memasuki gerbong tempat saya duduk. Saya yakin mereka adalah sepasang suami istri. Sudah renta. Sang istri mengenakan kerudung putih berwarna usang. Sedang di belakangnya, sang suami berjalan memegang pundak sang istri sambil mendendangkan sebuah lagu Melayu yang pernah dinyanyikan Arai pada Zakiah Nurmala dalam film “Sang Pemimpi”. Saya menikmati alunan merdu itu. Tapi saya terkesiap setelah mereka berada di dekat saya.

Kedua pasang mata itu.... Ya, mereka buta! Ya Allah... cukupkanlah rezeki mereka karena hanya Engkau yang kuasa mencukupkan kehidupan hamba-Mu. Pikiran dan hati saya berkecamuk. Bagaimana kehidupan sehari-hari mereka? Bagaimana dengan anak-anak mereka? Bagaimana cara mereka turun dari kereta ya? Rumah mereka di mana? Saya jadi teringat kedua orang tua di rumah. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur karena kedua orang tua saya sehat wal’afiat. Tidak ada cacat. Ya Allah... Ya Allah... Ya Allah...

Selang berapa lama, saat kedua pengamen itu berlalu dari gerbong, terdengar lagi lagu dangdut dari kejauhan. Sumber suara dari gerbong sebelah kanan. Melintaslah di depan saya, seorang anak kecil berusia sekitar 5 tahun (perkiraan saya) yang berbadan tambun, menggerak-gerakkan badannya mengikuti irama lagu. Ekspresi wajah anak itu datar. Sungguh, tak ada keceriaan. Saya menangkap tatapan mata kosong saat kedua matanya beradu dengan kedua mata saya. Di belakangnya, sang ibu menenteng tape karaoke yang ia pakai sebagai perlengkapan aksi mereka. Ya Allah... bagaimana masa depan anak kecil itu? Adakah Engkau selipkan kebahagiaan untuknya kelak? Saya yakin Engkau telah siapkan yang terbaik untuknya, karena Engkau Maha Pengasih... Engkau Maha Penyayang...

Pengamen satu berlalu, datang pengamen yang lain. Masih dengan lagu dangdut. Memang benar seperti sebuah lagu yang pernah dinyanyikan Project Pop yang berjudul “Dangdut is The Music of My Country”. Dangdut menjadi ‘lagu wajib’ pengamen di kereta sepertinya. Kali ini saya lebih terkesiap. Seperti apa yang menyanyi? Sumber suara semakin dekat, tapi kok pemilik suaranya tak kunjung terlihat. Maha Besar Allah, ternyata pengamen kali ini (maaf) kakinya buntung. Dia mengenakan sandal bukan di kedua kakinya, tapi di kedua tangannya. Michrophone yang ia gunakan untuk menyanyi, diikat di lehernya. Dia berjalan mengesot di lantai. Hujan turun deras! Tapi di hati saya. Ya Rabbi...

Saya belajar banyak dari mereka. Betapa dengan segala keterbatasan, mereka masih tegar dalam berjuang. Bagaimana dengan saya? Bagaimana dengan kita? Mari kita renungkan bersama. Semoga kita bisa berbenah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, menjadi pribadi yang pandai bersyukur, serta menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.



~Sebuah kontemplasi malam, 020411_21:46

Aisya Avicenna

Friday, April 01, 2011

Catatan Aisya [1] : Teror Tanya Sepekan Ini

Friday, April 01, 2011 0 Comments

“Katanya bentar lagi nikah ya? Barakallah ya…”
Sebuah SMS masuk ke ponselku siang ini. Dari seorang sahabat. Hmm, semoga menjadi SMS terakhir yang menanyakan hal yang sama. Subhanallah, benar-benar pekan ini menjadi pekan penuh teror pertanyaan serupa. Apa di luar sana sedang beredar kabar di atas sih? Entahlah, husnudzon saya semoga menjadi doa dan segera terijabah. Aamiin…
Apa karena pekan ini saya sempat off dari FB dan dikaitkan dengan hal itu ya? Wallahu ‘alam. Jujur saya katakan, saya off dari FB kemarin karena saya sedang fokus mempersiapkan biodata dan proposal. Eits, bukan biodata dan proposal untuk ‘mega proyek kehidupan’ itu lho, tapi biodata dan proposal untuk pengajuan keikutsertaan seleksi beasiswa S2.
Daripada ditanya, “Kapan nikah?”, saya lebih suka ditanya “Sudah menulis berapa halaman hari ini?”, “Sudah hapal berapa ayat hari ini?”, “Kapan rencana naik haji?”. Bukan apa-apa, hanya merasa tidak enak saja kala ditanya perkara sensitif seperti itu. Bisa bikin hati bergolak. Padahal menjaga hati itu bukan perkara yang mudah. Makanya, jika ditanya masalah itu pasti saya jawab dengan senyum atau kata-kata yang selalu menjadi afirmasi dan motivasi saya. Rangkaian kata ini saya susun saat berkontemplasi di suatu pagi. Berikut rangkaian kata itu.
Tak perlu lagi bertanya “SIAPA?” karena Allah SWT telah memahatkan nama terbaik untuk ditulis di pusara hati ini.
Tak perlu lagi bertanya “KAPAN?” karena Allah SWT sudah menetapkan bahwa semua akan indah pada waktunya.
Tak perlu lagi bertanya “MENGAPA?” karena Allah SWT ingin menjaga diri ini dan Rasulullah inginkan sunnahnya diteladani.
Tak perlu lagi bertanya “APA?” karena Allah SWT sudah menerangkan bahwa hidup akan tenang dan agama akan lebih sempurna karenanya.
Tak perlu lagi bertanya “DI MANA?” karena Allah SWT sudah memilihkan tempat terindah untuk sebuah pertemuan yang diridhoi-Nya.
Tak perlu lagi bertanya “BAGAIMANA?” karena Allah SWT sudah memberitahukan jalan yang seharusnya dilalui untuk mengikrarkan janji suci.


***
“Mbak Thicko nikah dulu saja, baru S2!” kata seorang adik tingkat saya beberapa hari yang lalu. Hmm, menjadi bahan renungan bagi saya. Mencari ilmu dan menikah tak harus dipilih salah satu dan mengabaikan yang lain. Karena keduanya sama-sama mulia. Tak mungkin Allah memerintahkan hal yang mulia namun saling berbenturan antara satu dengan yang lain. Insya Allah mencari ilmu dan melaksanakan pernikahan bisa saling beriringan, bahkan bisa saling melancarkan satu sama lain. Menuntut ilmu bisa menjadi lebih bersemangat dengan adanya kekasih halal yang mendampingi. Menikah pun terasa nikmat terasa dengan aktivitas intens dalam menuntut ilmu. Begitu pikir saya. Jadi, mau nikah dulu baru S2 atau S2 dulu baru nikah, itu sama-sama pilihan yang baik. Tinggal bagaimana memilih, memutuskan, kemudian menjalaninya.
Saya mencoba senantiasa bertekad untuk istiqomah dalam menempatkan cinta pada Allah SWT sebagai cinta tertinggi yang tak terbandingi. Hati memang mudah terbolak-balik. Sangat rentan dan rawan. Masalah pendamping hidup, saya serahkan sepenuhnya pada-Nya. Karena Dia Maha Mengetahui yang tepat dan terbaik untuk saya. Bukan berarti selama ini saya tidak mengusahakan untuk mencapai impian saya itu, tapi memang sengaja tidak saya publish. Biarlah hanya saya dan Allah saja yang tahu sudah sejauh mana saya memperjuangkan impian ini. Biarlah hanya Allah saja yang menilai, karena hanya Dialah yang sangat tahu akan kesiapan saya.
Menikah? Ini adalah sunnah Rosul, sebuah kebaikan dan ibadah yang layak untuk diperjuangkan. Jalan menuju kebaikan memang tidak sepenuhnya mudah, akan selalu ada ujian berbentuk hambatan atau rintangan. Tapi,justru di sinilah jalan yang sedang ditempuh jadi begitu terasa. Berkesan untuk dikenang di masa akan datang. Soal jodoh memang itu rahasia Allah. Skenario-Nya selalu nomor satu, TEPAT dan TERBAIK!
Penantian adalah suatu ujian
Tetapkanlah ku selalu dalam harapan
Karena keimanan tak hanya diucapkan
Adalah ketabahan menghadapi cobaan….
Sabarkanlahku menanti pasangan hati
Tulus kan kusambut sepenuh jiwa ini
Di dalam asa diri menjemput berkah-Mu
Tibalah izin-Mu atas harapan ini….
Rabbi teguhkanlah ku di penantian ini
Berikanlah cahaya terang-Mu selalu
Rabbi doa dan upaya hamba-Mu ini
Hanyalah bersandar semata kepada-Mu
(Dans-Penantian)

Kalau ingin membangun rumah yang kokoh, kuatkanlah pondasinya agar rumah itu tak mudah roboh! Mungkin saat ini adalah saat untuk menanti dan mengisi penantian ini dengan terus memperbaiki diri dan lebih bisa menjaga hati, sebelum sang belahan jiwa datang menghampiri dan mengikrarkan janji suci.
***
Ya Allah...sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu seluruh kebaikan yang ada untuk bisa melakukan segala kebaikan itu dan meninggalkan segala kemunkaran…

Ya Allah... terimalah taubat hamba, ampunilah hamba dan kasihanilah hamba…

Ya Allah... hamba memohon kepada-Mu untuk mampu mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu, dan mencintai amal yang mengantarkan hamba untuk bisa mencintai-Mu...


Aamiin Yaa Rabb…

Sebuah kontemplasi, 010411_14:38
Aisya Avicenna


NB : “Catatan Aisya” insya Allah akan hadir setiap hari (semoga tidak ada halangan terutama untuk online, kalau tidak diposting hari itu juga mungkin akan dirapel esok harinyam yang penting nulis tiap hari minimal 1 halaman). Menjadi komitmen saya di bulan ini untuk WAJIB menulis setiap hari dengan tema bebas atau bercerita tentang sesuatu yang saya alami. Semoga bisa menjadi semangat saya untuk terus produktif menulis!