Dear, Aksara...
Dear Aksara, sudah lama ya aku tidak menyapamu? Apa kabar, Aksara? Maafkan kalau rumahmu kini berdebu dan penuh sarang laba-laba. Maafkan kalau kini aku jarang menyapamu. Maafkan kalau kini aku jarang mengajakmu merangkai cerita. Sekali lagi, maafkan aku ya, Aksara...
Izinkan detik ini aku mensejajarkanmu kembali untuk mengurai segala keruwetan di kepalaku. Izinkan menit ini aku menyusunmu berbaris rapi untuk membantuku menetralkan kegalauan di hatiku. Sejatinya, menulis adalah terapi hati dan jiwa yang sangat berharga dalam hidupku. Mau kah sejenak kau jadi sahabat curhatku, Aksara?
Garis takdir mempertemukanku dengan sebuah komunitas rasa keluarga. Komunitas yang beranggotakan perempuan-perempuan tangguh dengan potensi istimewa dan memiliki semangat juang yang luar biasa. Blogger perempuan asal Semarang yang mempertautkan hati serta meresonansikan visi-misi dengan mengibarkan bendera komunitas bernama "GANDJEL REL" dengan motto: "ngeblog ben ra ngganjel".
Sungguh, Aksara... Bertemu dan bergabung bersama komunitas ini serasa menemukan oase di padang pasir yang tandus. Komunitas ini menawarkan begitu banyak peluang untuk belajar dan berkarya. Komunitas ini memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk bertumbuh dan berkembang setiap anggotanya dengan potensi-potensi terbaik mereka. Komunitas ini menghadirkan kehangatan keluarga yang penuh cinta.
Bagiku Aksara, cita-cita menjadi "Blogger Profesional" masih jadi impian yang aku sendiri belum sungguh-sungguh untuk memperjuangkannya. Aku masih sering jadi pribadi "excuse", malas buat ngeblog, sibuk mencari-cari kambing hitam, dan aneka rupa pemakluman yang aku buat-buat sendiri. Astaghfirullah...
Padahal Aksara, ide menulis itu kan sudah tersaji berkelimpahan di semesta. Padahal fasilitas ada dan cukup memadai. Padahal peluang dan kesempatan emas selalu datang bersliweran untuk ditangkap dan dieksekusi. Lalu, aku harus beralasan apa lagi? Manusia memang kumpulan seonggok daging dan sekumpulan tulang yang punya nama dengan 1001 alasan untuk banyak hal dalam kehidupan. Bukan begitu, Aksara?
Ah, sungguh malu rasanya. Tapi kalau mau jujur Aksara, saat ini aku tengah dihadapkan pada banyak kondisi yang membuatku harus pandai-pandai beradaptasi. Waktuku untuk berlama-lama denganmu sempat tergantikan dengan waktuku untuk berlama-lama bersama pena dan buku harianku. Ya, beberapa waktu terakhir ini aku lebih nyaman mengakrabkan raga dan jiwaku dengan menulis catatan harian, membuat jurnal dengan menulis tangan. Karena salah satu hal itu, aku jadi sedikit cuek denganmu, Aksara. Maafkan aku karena jadi terkesan tidak adil. Tapi ini hanya tentang kenyamanan saja. Karena sekarang tidak bisa setiap saat aku membukamu dan menarikan jemariku di pasukan QWERTY Family-mu yang ketika beradu sungguh rasanya terdengar merdu. Sejatinya aku merindukan suara-suara itu di keheningan malam. Maafkan jika saat ini ada yang lebih prioritas dalam hidupku untuk selalu hadir penuh membersamai tumbuh kembang mereka. Maafkan jika jam-jam menulisku di sepertiga malam sekarang lebih sering aku habiskan untuk menulis di jurnal jejak kelanaku dengan jari-jemariku.
Doakan saja Aksara, aku bisa memanajemen 24 jamku lebih maksimal lagi. Doakan saja Aksara, aku bisa menguatkan kembali "STRONG WHY"-ku untuk mengakrabimu. Menjadikan rumahmu lebih semarak lagi dengan dokumentasi catatan dan segala kontemplasiku. Doakan aku Aksara, bisa lebih aktif dan produktif lagi di GANDJEL REL, komunitas rasa keluarga yang sudah mengizinkan diri ini untuk menjadi bagian istimewa di dalamnya. Semoga ke depan bisa berkontribusi lebih baik lagi.
Terima kasih Aksara, sudah menyimak curhatanku. Semoga catatan ini bisa menjadi awalan yang lebih baik.
Dariku yang selalu menyayangimu, pasukan Aksara-ku...