Dikutip dari buku surat cinta untuk sang aktivis, Musafir Hayat
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari wajahnya yang manis dan menawan, tapi dari kasih sayangnya pada karib kerabat dan orang di sekitarnya. Akhwat sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lembut dan menggoda, tapi dari lembut dan tegasnya tutur dalam mengatakan kebenaran. Akhwat sejati bukanlah dilihat dari liuk gemulainya ia ketika berjalan, tapi dari sikap bijaknya memahami keadaan dan persoalan-persoalan. Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia menghormati dan meyayangi orang-orang di tempat kerja (wajihah dakwah), tapi dari tata caranya menghormati dan meyayangi siapapun dan dimanapun tanpa memandang status yang disandangnya.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya ikhwan yang memujinya dan menaruh hati padanya, tapi dilihat dari kesungguhannya dalam berbakti dan mencintai Allah dan Rasul-Nya. Akhwat sejati bukanlah dilihat dari pandainya ia merayu dan banyaknya air mata yang menitik, tapi dari ketabahannya menghadapi liku-liku kehidupan.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari merdunya suara kala tilawah Qur’an dan banyaknya hadits yang ia hafal, tapi dari keteguhan dan konsistennya mengamalkan kandungan keduanya. Akhwat sejati bukanlah dilihat dari tingginya gelar yang disandangnya serta luasnya wawasan ataupun lincahnya ia bergerak, tapi dari tingginya ghirah untuk menuntut ilmu dan mengamalkan syariat secara murni dan berkesinambungan.
Menjadi akhwat sejati, niscaya akan membuat iri dan cemburu para bidadari, menjadi dambaan bagi mereka para insan berjiwa Rabbani, menjadi dambaan bagi mereka para pemilik ruh dakwah dan jihadiyah, serta para hamba Allah yang tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia yang semu…
Jadi akhwat sejati, seperti dicontohkan oleh Khadijah, Aisyah, Hafsah, Imunah, Syafiyah, Fatimah Az-Zahra, dan para Shahabiyah Radiyallaho’anha ajmain.
(SEMOGA SAYA BISA ....amin)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna