Hidup merupakan akumulasi sekumpulan peristiwa yang ada pada sebelumnya. Peristiwa yang perlahan membentuk gambar diri dan pandangan diri terhadap apa yang dilihat. Ada yang membawa masalah hari kemarin ada di hari ini, atau mungkin masalah minggu kemarin, bulan kemarin atau setahun kemarin masih dibawa juga.
Terkadang dalam hidup ini kita menilai sesuatu atau mungkin seseorang berdasarkan pengalaman kita, pemahaman yang sudah terakumulasi sejak kecil. Rasa sakit yang pernah terasakan membuat kita terkadang mengambil langkah yang semakin berhati-hati, atau membatasi ruang gerak. Keterbatasan yang justru membuat kita benar-benar terbatas yang sebenarnya kita bisa lakukan lebih.
Berpikir jernih itulah yang seharusnya ketika dihadapkan akan sesuatu. Berpikir jernih akan membuat kita mengambil sikap yang lebih bijak ketika dihadapkan sesuatu, bukan karena emosi, bukan karena arti, bukan karena pengalaman, tapi layaknya mendengar dengan hati nurani melihat apa yang terjadi. Karena ada yang mengatakan bahwa orang yang bijak bukanlah mengambil pandangan dari ilmu pengetahuan yang sudah dapat atau pengalaman yang sudah dilalui, tapi kemampuan untuk menggunakan bashirah (suara hati).
Ya layaknya kisah fiksi burung phoenix yang membakar dirinya sendiri untuk lahir (kembali) menjadi bayi burung phoenix yang baru...
(Sepenggal kisah tentang Phoenix :....Di Mesir, garuda dikenal sebagai phoenix. Phoenix (Phœnix) dalam mitologi Mesir adalah burung api legendaris yang keramat. Phoenix memiliki bulu yang sangat indah berwarna merah dan keemasan. Phoenix dikatakan dapat hidup selama 500 atau 1461 tahun. Setelah hidup selama itu, phoenix membakar dirinya sendiri. Setelah itu, dari abunya, munculah burung phoenix muda. Siklus hidup burung phoenix seperti itu (regenerasi), bangkit kembali setelah mati, lalu muncul sebagai sosok yang baru.
Burung Phoenix merupakan simbol dari keabadian, lambang dari siklus kehidupan setelah mati, dan simbol dari kebangkitan tubuh setelah mati.
Phoenix menjadi simbol suci pemujaan terhadap Dewa matahari di Heliopolis, Mesir. Burung phoenix simbol dari “Dewa matahari – Ra”)
Refleksikan pada diri kita!!!
Apakah kita sudah bisa "membakar diri kita" menjadi jiwa-jiwa yang menyala...jiwa-jiwa yang penuh semangat yang membara!!!
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna