Sesungguhnya Allah SWT telah mengajarkan kita tentang kehidupan ini melalui alam semesta. Begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik didalamnya. Allah SWT mengajarkan melalui alam semesta ini tentang cinta & kasih sayang, pengorbanan, kesungguhan, dan banyak lainnya termasuk ketidak abadian. Belajar. Itulah kuncinya. Karena bisa jadi karena rutinitas yang tanpa dasar dan tujuan yang terevaluasi dengan benar membuat sebagian dari kita melupakan tugas besar ini. Tugas untuk belajar memahami hakikat kehidupan ini. Inilah salah satu hikmah ayat pertama yang turun merupakan ayat untuk senantiasa belajar.
Ikhwati fillah,
Hari-hari yang kita lalui saat ini hendaknya dijadikan hari-hari yang penuh dengan proses pembelajaran. Ruang dan waktu bukan lagi menjadi penghalang tetapi selalu ada celah kesempatan untuk mengoptimalkannya. Inilah yang membedakan kita sebagai manusia dengan makhluk lain. Karena kita mempunyai kemampuan belajar yang merupakan kemampuan primordial, standard dan dasar. Sebuah kemampuan dalam menyerap dan menganilisa informasi yang diterima. Itulah mengapa proses pembelajaran tidak boleh mati dalam setiap diri kita. Karena hakikat belajar merupakan perubahan dan manusia yang tidak mau belajar dalam hidupnya pada hakikatnya ia tidak mau melakukan perubahan. Dan kejumudan pada hakikatnya adalah kematian.
Ikhwati fillah,
Begitu juga dalam da’wah. Proses pembelajaran merupakan keniscayaan dalam mengusung da’wah dimanapun dan kapanpun. Laksana sebuah perjalanan pendakian sebuah gunung begitu pulalah cermin bagaimana kehidupan da’wah ini berjalan. Sebuah pendakian biasanya didahului dengan persiapan-persiapan, baik itu persiapan secara materil, fisik maupun mental agar jangan sampai dalam perjalanan pendakian tersebut kehabisan bekal, kelelahan atau bahkan mundur sebelum tujuan tercapai. Begitupula dengan da’wah ini. Persiapan-persiapan dalam da’wah adalah adalah sebuah keniscayaan. Persiapan materi dan wawasan secara integral dan menyeluruh, mental maupun strategi-strategi pencapaian.
Ikhwati fillah,
Dalam perjalanan pendakian, jalan yang ditempuh seringkali menanjak, berkelok dan penuh dengan bebatuan. Begitupula dengan da’wah. Perjalanan da’wah seringkali penuh dengan hambatan-hambatan baik internal da’I maupun external. Namun ketahuilah, setiap kelelahan dalam pendakian tersebut akan ada jalan menurun dan melandai yang kita dapat bernafas dan mengatur strategi sesaat. Sesaat. Itu merupakan lampu peringatan yang harus selalu menjadi filter. Karena jangan sampai jalan melandai tersebut menjadikan kita lengah dan malas untuk melanjutkan perjalanan.
Ikhwati fillah,
Pemandangan alam yang begitu indahnya maupun gemericik air terjun yang menyegarkan selama perjalanan janganlah sampai membuat kita terlena dan lupa akan tujuan kepuncak pendakian. Dalam da’wahpun demikian. Terkadang Allah SWT memberikan “kabar gembira” dalam mengisi hari-hari da’wah. Jangan jadikan itu sebagai akhir tujuan da’wah, namun jadikan itu sebagai obor yang terus menjadi penyemangat jalannya perjuangan ini. Karena ada atau tidak kabar gembira tersebut, kita telah berazzam untuk tetap berada dalam garis perjuangan da’wah ini.
Ikhwati fillah,
Puji syukur dan dzikir hendaknya menjadi penghias bibir dan hati kita takkala mengisi da’wah ini. Takkala da’wah yang kita usung ini diterima dengan baik oleh masyarakat, maha suci Allah SWT yang telah memberikan hidayah kepada hamba-hamba-Nya. Begitu pula ketika da’wah yang kita tawarkan ini menjadi sesuatu yang diacuhkan oleh masyarakat, maha suci Allah SWT yang telah memberikan peluang kualitas pahala yang akan Allah berikan kepada kita dengan pengorbanan kita tersebut.
Ketika dipuncak pendakianpun, dzikir akan kebesaran Allah hendaknya kata yang pertama kali kita lontarkan. Karena tiada daya dan kekuatan kecuali hanyalah milik-Nya. Allah pemilik alam semesta raya beserta isinya, yang akan memberikan balasan perbuatan sekecil apapun perbuatan tersebut
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna