Pukul 21:52
Sunyi senyap. Hanya suara beberapa adik kost yang masih sibuk dengan laporan praktikumnya. Mata ini kembali terjaga setelah terpejam dari pukul 20.00 tadi. Peningnya kepala sebelah kiri memaksa saya terpejam sejenak. Alhamdulillah, tatkala bangun tadi rasa pening itu sudah hilang dan sekarang siap untuk menuliskan inspirasi yang saya dapatkan.
Saat membuka mata tadi winamp Miss 13 menyuarakan nasyidnya Ustadz Jeffry yang berjudul Ya Rasulullah…
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu
Kan pasti mengalir air mataku
Karena pancaran ketenanganmu
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kukecup tanganmu
Moga mengalir keberkatan dalam diriku
Untuk mengikuti jejak langkahmu
Ya Rasulullah… ya Habiballah
Tak pernah kutatap wajahmu
Ya Rasulullah… ya Habiballah
Kami rindu padamu..
Allahumma shalli ‘ala Muhammad..
Ya Rabbi Shalli ‘alaihi wa sallim…
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kudekap dirimu
Tiada kata yang dapat aku ucapkan
Hanya Tuhan saja yang tahu
Ya Rasulullah… ya Habiballah
Tak pernah kutatap wajahmu
Ya Rasulullah… ya Habiballah
Kami rindu padamu..
Kutahu cintamu kepada umat
Umati..umati..
Kutahu kau bimbangnya tentang kami
Syafaatkan kami…
Ya Rasulullah… ya Habiballah
Terimalah kami sebagai umatmu
Ya Rasulullah… ya Habiballah
Kurniakanlah syafaatmu
Allahumma shalli ‘ala Muhammad..
Ya Rabbi Shalli ‘alaihi wa sallim…
Jlep…entahlah, ada sesuatu yang berbeda yang terjadi pada diri ini saat mendengarkan lantunan nasyid itu. Sesuatu yang menusuk relung hati. RINDU… RINDU RASULULLAH… Ya Rabb, saya rindu kekasihMu.. Ya Rabb, betapa saya masih jauh dari sempurna dalam mengamalkan sunnahn manusia pilihanMu itu…
Saya jadi teringat dan kemudian tergerak untuk menuliskan detik-detik Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam menghadapi sakaratul maut. Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.
Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan khutbah."Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba."Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk. "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah"Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah.
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah."Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu, " kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telahberada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka."Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya."Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu"
Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan. Sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Semoga rahmat senantiasa tercurah padanya…
Ya Rasulullah Muhammad..
Rindu kami padamu
Rindu cahaya wajahmu
Ya Rasulullah pemimpinku
Smoga rahmat tercurah
Senantiasa padamu
Salam Ya Rasulullah Salamun ‘alaik
Salam Ya Habibillah Salamun ‘alaik
Ya Nabi salam ‘alaika
Ya Rasul salam ‘alaika
Ya Habib salam ‘alaika
Shalawatullah ‘alaika
Rasulullah..hadirmu bagaikan pelita
Menerangi manusia
Menuju jalan yang terindah
Segala akhlaknya tauladan bagi kita
Saya mencintaimu, YA RASULULLAH…
Zona Supertwin, 191109_22:22
Sunyi senyap. Hanya suara beberapa adik kost yang masih sibuk dengan laporan praktikumnya. Mata ini kembali terjaga setelah terpejam dari pukul 20.00 tadi. Peningnya kepala sebelah kiri memaksa saya terpejam sejenak. Alhamdulillah, tatkala bangun tadi rasa pening itu sudah hilang dan sekarang siap untuk menuliskan inspirasi yang saya dapatkan.
Saat membuka mata tadi winamp Miss 13 menyuarakan nasyidnya Ustadz Jeffry yang berjudul Ya Rasulullah…
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu
Kan pasti mengalir air mataku
Karena pancaran ketenanganmu
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kukecup tanganmu
Moga mengalir keberkatan dalam diriku
Untuk mengikuti jejak langkahmu
Ya Rasulullah… ya Habiballah
Tak pernah kutatap wajahmu
Ya Rasulullah… ya Habiballah
Kami rindu padamu..
Allahumma shalli ‘ala Muhammad..
Ya Rabbi Shalli ‘alaihi wa sallim…
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kudekap dirimu
Tiada kata yang dapat aku ucapkan
Hanya Tuhan saja yang tahu
Ya Rasulullah… ya Habiballah
Tak pernah kutatap wajahmu
Ya Rasulullah… ya Habiballah
Kami rindu padamu..
Kutahu cintamu kepada umat
Umati..umati..
Kutahu kau bimbangnya tentang kami
Syafaatkan kami…
Ya Rasulullah… ya Habiballah
Terimalah kami sebagai umatmu
Ya Rasulullah… ya Habiballah
Kurniakanlah syafaatmu
Allahumma shalli ‘ala Muhammad..
Ya Rabbi Shalli ‘alaihi wa sallim…
Jlep…entahlah, ada sesuatu yang berbeda yang terjadi pada diri ini saat mendengarkan lantunan nasyid itu. Sesuatu yang menusuk relung hati. RINDU… RINDU RASULULLAH… Ya Rabb, saya rindu kekasihMu.. Ya Rabb, betapa saya masih jauh dari sempurna dalam mengamalkan sunnahn manusia pilihanMu itu…
Saya jadi teringat dan kemudian tergerak untuk menuliskan detik-detik Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam menghadapi sakaratul maut. Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.
Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan khutbah."Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba."Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk. "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah"Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah.
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah."Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu, " kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telahberada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka."Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya."Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu"
Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan. Sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Semoga rahmat senantiasa tercurah padanya…
Ya Rasulullah Muhammad..
Rindu kami padamu
Rindu cahaya wajahmu
Ya Rasulullah pemimpinku
Smoga rahmat tercurah
Senantiasa padamu
Salam Ya Rasulullah Salamun ‘alaik
Salam Ya Habibillah Salamun ‘alaik
Ya Nabi salam ‘alaika
Ya Rasul salam ‘alaika
Ya Habib salam ‘alaika
Shalawatullah ‘alaika
Rasulullah..hadirmu bagaikan pelita
Menerangi manusia
Menuju jalan yang terindah
Segala akhlaknya tauladan bagi kita
Saya mencintaimu, YA RASULULLAH…
Zona Supertwin, 191109_22:22
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna