Dalam sejarah disebutkan, Rasulullah SAW menggelar pertemuan rutin di Darul Arqom untuk mengikat para kader dengan pemimpin mereka yakni Rasulullah SAW. Selain itu Rasulullah SAW ingin menumbuhkan rasa percaya diri pada kadernya, agar TEKAD melanjutkan perjalanan dakwah makin KUAT.
Dlam pertemuan itu, setiap sahabat menceritakan apa yang dialaminya dan Rasulullah SAW memberi tanggapan, pujian atas sikapnya, pengarahan yang sesuai atau meluruskan kesalahannya. Secara TEKNIS, Rasulullah SAW melakukan pola-pola PENDEKATAN yang INTENSIF kepada para sahabat dalam rangka MENCETAK KADER-KADER DAKWAH YANG HANDAL. Di antara pola pendekatan KADERISASI Rasulullah SAW itu adalah :
PERTAMA
Rasulullah SAW menumbuhkan suasana perkenalan antara para sahabat agar hubungan HATI antar mereka kian terikat serta tumbuh rasa cinta. Rasulullah SAW mengenal baik nama, keturunan, status sosial, dan karakter para sahabatnya. Rasulullah SAW juga kerap menanyakan keadaan para sahabat untuk lebih mengenal mereka. Itu sebabnya ketika ditanya tentang amal apa yang paling utama, Rasulullah SAW memberi jawaban yang sesuai dengan penanya. Rasulullah SAW mengatakan : “Demi Dzat yang diriku ada dalam kekuasaanNya, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian berIMAN. Dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling MENCINTAI. Maukah kalian kutunjukkan sesuatu yang bila kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai? Sebarkan salam di antara kalian.”
Di atas kecintaan itu selanjutnya tumbuh KEIKHLASAN BERKORBAN, membela kepentingan bersama. Mereka mengamalkan sabda Rasulullah, “tidaklah beriman kalian sampai kalian mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
KEDUA
Rasulullah SAW menerapkan pola tafaqqud wa ri’ayah, selalu mencari informasi tentang para sahabat dan memperhatikan mereka. Rasulullah selalu menanyakan keadaan para sahabat, terlebih bila terasa ada sesuatu yang tidak biasa dari sahabatnya itu. Beliau pernah bertanya pada Abu Hurairah yang tidak tampak dalam majelis. Di saat lain ia merasa kehilangan atas meninggalnya seorang wanita tukang sapu masjidnya.
Bukan hanya bertanya tentang keadaan, Rasulullah SAW juga biasa memberi bantuan apa saja yang beliau miliki untuk memenuhi kebutuhan para sahabat. Dalam sabdanya, Rasulullah SAW mengatakan, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, ia tidak boleh mendzoliminya dan menyerahkannya pada musuh. Siapa saja yang memenuhi kebutuhan saudaranya yang muslim maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Dan siapa saja yang meringankan beban seorang muslim niscaya Allah akan meringankan bebannya pada hari kiamat. Siapa saja yang menutupi aib seorang muslim niscaya Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari & Muslim)
Sebagai manusia, para sahabat juga tidak terlepas dari kesalahan manusiawi. Bila itu terjadi, Rasulullah SAW meluruskannya dengan berbagai metode. Ada kalanya melalui sindiran, misal ketika ada sejumlah sahabat yang ingin melakukan ibadah secara berlebihan.
Kadang, Rasulullah SAW meluruskan para sahabat melalui celaan. Seperti dikisahkan Abu Dzar, “Aku telah memaki seseorang sambil menyebut nama ibunya, sampai membuatnya malu.” Kemudian Rasulullah SAW berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau telah mempermalukan seseorang dengan menyebut nama ibunya? Sesungguhnya pada dirimu masih melekat sifat jahiliah.” (HR. Bukhari). Rasulullah SAW bersikap tegas lantaran Abu Dzar melakukan sikap yang sangat tercela. Sikap itu dapat memunculkan penyakit hatis eperti dengki, takabbur, merasa diri paling benar bahkan bisa melahirkan permusuhan.
Cara lain untuk meluruskan kesalahan para sahabat, Rasulullah SAW melakukan isolasi sementara seperti yang dilakukan kepada Ka’ab bin Malik yang tidak ikut perang Tabuk. Ia diisolasi selama 50 malam. Kisah Ka’ab mencerminkan bahwa orang yang bersalah akan merasakan kesalahannya secara langsung ketika kehilangan lingkungannya, sehingga perilakunya lurus kembali.
**
Begitulah para kader dakwah mendapatkan pendidikan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sebagai pendidik mendapatkan gambaran yang utuh tentang objek dakwah yang dihadapinya. Mereka adalah kumpulan berbagai karakter manusia yang harus mendapatkan sentuhan yang berbeda dan tepat. Proses tersebut tak mungkun dilakukan kecuali lewat pendidikan yang intensif, terus-menerus dan dilakukan dengan penuh kecermatan.
Merekalah kader-kader utama yang di kemudian hari sukses memikul beratnya beban dakwah. Mereka pula yang telah berhasil melakukan konfrontasi terbesar melawan musuh-musuh Islam.
Betapa besarnya kecintaan Rasulullah SAW kepada mereka. Terbukti ketika terjadi perselisihan antara Khalid bin Walid dan Abdurrahman bin ‘Auf, Rasulullah SAW mengatakan kepada Khalid, “Wahai Khalid, jangan engkau usik para sahabatku. Demi Allah, seandainya kamu memiliki emas sebesar gunung Uhud kemudian kamu infakkan di jalan Allah, hal itu belum bisa menyamai seorang dari mereka.”
Akankah ini TERULANG lagi dalam sejarah PERJUANGAN ISLAM masa KINI??? (tarbawi,-red)
Dalam sebuah perenungan
RedZone, Jakarta, 311209_05:47
Aisya Avicenna
Dlam pertemuan itu, setiap sahabat menceritakan apa yang dialaminya dan Rasulullah SAW memberi tanggapan, pujian atas sikapnya, pengarahan yang sesuai atau meluruskan kesalahannya. Secara TEKNIS, Rasulullah SAW melakukan pola-pola PENDEKATAN yang INTENSIF kepada para sahabat dalam rangka MENCETAK KADER-KADER DAKWAH YANG HANDAL. Di antara pola pendekatan KADERISASI Rasulullah SAW itu adalah :
PERTAMA
Rasulullah SAW menumbuhkan suasana perkenalan antara para sahabat agar hubungan HATI antar mereka kian terikat serta tumbuh rasa cinta. Rasulullah SAW mengenal baik nama, keturunan, status sosial, dan karakter para sahabatnya. Rasulullah SAW juga kerap menanyakan keadaan para sahabat untuk lebih mengenal mereka. Itu sebabnya ketika ditanya tentang amal apa yang paling utama, Rasulullah SAW memberi jawaban yang sesuai dengan penanya. Rasulullah SAW mengatakan : “Demi Dzat yang diriku ada dalam kekuasaanNya, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian berIMAN. Dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling MENCINTAI. Maukah kalian kutunjukkan sesuatu yang bila kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai? Sebarkan salam di antara kalian.”
Di atas kecintaan itu selanjutnya tumbuh KEIKHLASAN BERKORBAN, membela kepentingan bersama. Mereka mengamalkan sabda Rasulullah, “tidaklah beriman kalian sampai kalian mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
KEDUA
Rasulullah SAW menerapkan pola tafaqqud wa ri’ayah, selalu mencari informasi tentang para sahabat dan memperhatikan mereka. Rasulullah selalu menanyakan keadaan para sahabat, terlebih bila terasa ada sesuatu yang tidak biasa dari sahabatnya itu. Beliau pernah bertanya pada Abu Hurairah yang tidak tampak dalam majelis. Di saat lain ia merasa kehilangan atas meninggalnya seorang wanita tukang sapu masjidnya.
Bukan hanya bertanya tentang keadaan, Rasulullah SAW juga biasa memberi bantuan apa saja yang beliau miliki untuk memenuhi kebutuhan para sahabat. Dalam sabdanya, Rasulullah SAW mengatakan, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, ia tidak boleh mendzoliminya dan menyerahkannya pada musuh. Siapa saja yang memenuhi kebutuhan saudaranya yang muslim maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Dan siapa saja yang meringankan beban seorang muslim niscaya Allah akan meringankan bebannya pada hari kiamat. Siapa saja yang menutupi aib seorang muslim niscaya Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari & Muslim)
Sebagai manusia, para sahabat juga tidak terlepas dari kesalahan manusiawi. Bila itu terjadi, Rasulullah SAW meluruskannya dengan berbagai metode. Ada kalanya melalui sindiran, misal ketika ada sejumlah sahabat yang ingin melakukan ibadah secara berlebihan.
Kadang, Rasulullah SAW meluruskan para sahabat melalui celaan. Seperti dikisahkan Abu Dzar, “Aku telah memaki seseorang sambil menyebut nama ibunya, sampai membuatnya malu.” Kemudian Rasulullah SAW berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau telah mempermalukan seseorang dengan menyebut nama ibunya? Sesungguhnya pada dirimu masih melekat sifat jahiliah.” (HR. Bukhari). Rasulullah SAW bersikap tegas lantaran Abu Dzar melakukan sikap yang sangat tercela. Sikap itu dapat memunculkan penyakit hatis eperti dengki, takabbur, merasa diri paling benar bahkan bisa melahirkan permusuhan.
Cara lain untuk meluruskan kesalahan para sahabat, Rasulullah SAW melakukan isolasi sementara seperti yang dilakukan kepada Ka’ab bin Malik yang tidak ikut perang Tabuk. Ia diisolasi selama 50 malam. Kisah Ka’ab mencerminkan bahwa orang yang bersalah akan merasakan kesalahannya secara langsung ketika kehilangan lingkungannya, sehingga perilakunya lurus kembali.
**
Begitulah para kader dakwah mendapatkan pendidikan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sebagai pendidik mendapatkan gambaran yang utuh tentang objek dakwah yang dihadapinya. Mereka adalah kumpulan berbagai karakter manusia yang harus mendapatkan sentuhan yang berbeda dan tepat. Proses tersebut tak mungkun dilakukan kecuali lewat pendidikan yang intensif, terus-menerus dan dilakukan dengan penuh kecermatan.
Merekalah kader-kader utama yang di kemudian hari sukses memikul beratnya beban dakwah. Mereka pula yang telah berhasil melakukan konfrontasi terbesar melawan musuh-musuh Islam.
Betapa besarnya kecintaan Rasulullah SAW kepada mereka. Terbukti ketika terjadi perselisihan antara Khalid bin Walid dan Abdurrahman bin ‘Auf, Rasulullah SAW mengatakan kepada Khalid, “Wahai Khalid, jangan engkau usik para sahabatku. Demi Allah, seandainya kamu memiliki emas sebesar gunung Uhud kemudian kamu infakkan di jalan Allah, hal itu belum bisa menyamai seorang dari mereka.”
Akankah ini TERULANG lagi dalam sejarah PERJUANGAN ISLAM masa KINI??? (tarbawi,-red)
Dalam sebuah perenungan
RedZone, Jakarta, 311209_05:47
Aisya Avicenna
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna