Pukul 12.00, terminal Giri Adipura Kabupaten Wonogiri
“Taqabalallalahu minna wa minkum”.. kujabat tanganku erat pada sahabatku yang sudah sekian tahun tak bertemu. “Taqabal ya kariim...” jawabnya tepat di telinga kananku saat dia memelukku tak kalah erat. Sementara itu, ayahku dan ayahnya juga bersalaman dan saling tegur sapa. Keakraban pun kembali terjalin. Dialah Nuri, sahabatku sejak kelas 1 SMA. Kebetulan tiga tahun semasa SMA kita satu kelas terus..1.3, 2.3, dan 3 IPA 3. Ehm... skenarioNya memang sangat indah. Pertemuan kami kali ini pun tak luput dari rencanaNya. Jadi ingat nasyidnya Tazakka, nasyid andalan STREAM (kelompok nasyid dan teater muslimah kampus yang sempat aku komandani), nasyid “Sahabat Perjuangan”-nya Tazakka.
Pertemuan kita kali ini
Bukan sekedar kawan lama tak jumpa
Tapi kita bertemu ada satu makna
Kita punya satu perjuangan
Siang ini, aku dan Nuri akan berangkat ke ibukota negeri ini, Jakarta. Nuri memang sudah 4 tahun kuliah di sana. Sebuah sekolah tinggi yang dulu juga sempat menjadi sekolah impianku. Tapi apalah daya, rencana Allah lebih indah. Nuri diterima di sekolah tinggi itu, dan akupun diterima di Universitas Nomor Satu yang terletak di kota Solo. Dan semuanya itu memang mendatangkan banyak hikmah bagiku, tepatnya bagi kami berdua. Hingga akhirnya, kami . dipertemukan untuk berjuang bersama di Jakarta.
“Ri, aku belum sholat. Musholanya di mana ya???” tanyaku pada Nuri.
“Ayo kuantar..jangan lupa sholatnya dijama’ dengan ‘Asar ya, Nda!” kata Nuri
“Okey.. ayo!”
Pukul 13.00, lokasi : terminal Giri Adipura Wonogiri
Bus Gunung Mulia berplat AD 1511 BG yang kami tunggu akhirnya datang juga. Terminal itu pun menjadi saksi bisu perpisahan dengan ayah kami masing-masing. Ternyata adiknya Nuri juga berangkat bersama kami, dia baru tingkat 3 di sekolah tinggi statistika, sama seperti Nuri. Wah, benar-benar kompak! Namanya Azzam. Kami bertiga menaiki bus dan mengambil posisi sesuai tempat duduk yang tertera di tiket bus. Aku duduk bersebelahan dengan Nuri. Azzam duduk di kursi deretan paling depan, mepet dengan pintu masuk. Hihi...
Pukul 15.30, di dalam bus Gunung Mulia.
“Udah bangun Ri?” tanyaku pada Nuri yang sedari tadi memejamkan matanya. Dia tampak kelelahan.
“Kamu tadi gak tidur to Nda?” tanya Nuri yang masih setengah mengantuk.
“Gak bisa tidur Ri, ku milih baca buku aja.”
Nuri melirik buku yang sedang aku pegang.
“Cie..cie...bacaannya sekarang meningkat. “Bila Hati Rindu Menikah” euy.. kamu mau nikah ya?? Mentang-mentang dah lulus!”
Aku hanya bisa tersenyum simpul. Dan akhirnya menimpali,”Nikah?? Ya jelas maulah..kamu juga mau kan?? Hihi..ni salah satu langkah persiapanku Ri. Banyak baca buku tentang ini, terutama fikihnya.. Jodoh kita sudah ada, tinggal nunggu waktunya aja untuk ketemu. Nah, biar tar ketemuannya gak malu-maluin gara-gara kita sedikit ilmu, makanya manfaatkan ‘waktu tunggu’ itu dengan sebaik-baiknya.”
Nuri mengangguk-angguk (bukan karena masih ngantuk), “Iya..bener katamu. Kita sekarang kan dah lulus. Sudah saatnya kita memikirkan hal ini lebih serius. Eh, Yanda.. teman-temanku di kampus juga dah pada syndrome pengin nikah tuh..., bahkan ada yang sudah proses..”
“Tuh kan, kamu kapan???” tanyaku menyelidik.
“Emm...tunggu saja tanggal mainnya.”
“Kayaknya duluan kamu Nur, lha wong kamu dah lulus. Tinggal penempatan. Sedangkan aku, ni aja masih mau tes CPNS.” Kataku.
“Wallahu ‘alam. RencanaNya jauh lebih indah dari rencana kita Nda. Yadah, aku mau Al Ma’tsuratan dulu. Kamu udah ya??”
“Udah tadi Ri, waktu kamu masih tidur. Mau aku bangunkan, gak enak. Yadah, ku lanjut baca buku ini...”
Pukul 17.30, masih di dalam bus Gunung Mulia
Benang-benang jingga merajut membentuk nuansa senja yang indah. Kali ini senja menyambutku di kota Semarang. Ehm... banyak kisah yang telah aku torehkan di kota ini. Kisah-kisah petualanganku menggapai impian dan mengukir prestasi. Alhamdulillah, rasa syukur mendesir dalam hatiku..mengenang masa-masa perjuangan dulu di kota Semarang, kota perjuangan, kota persahabatan...
Dudukku di dekat jendela, jadi dengan leluasa ku bisa menatap pemandangan di luar..
Sambil bersenandung lirih..
Berarak pohon di tepi jalan..
Sepanjang perjalanan
Terpukau aku membaca pesan
Pesan Illahi...
Semuanya telah nampak sempurna
Hutan, ladang, air , angkasa raya...
Hanya satu kata yang bisa kuucap..
Maha suci Allah pencipta alam semesta ini..
Ehm.. lagi bahagia nih.. bukan saja karena salah satu impianku terwujud (menginjakkan kaki di Jakarta)... tapi karena aku akan memperjuangkan terwujudnya impianku yang lainnya.. SEMANGADH 37x.. (mencoba menyemangati diri sendiri.. kesempatan itu tak datang dua kali).
Pukul 19.00, Rumah Makan Sari Rasa, Kendal
Bus yang kami tumpangi berhenti tepat di samping Rumah Makan Sari Rasa. Di rumah makan itu sudah berjejal puluhan bus Gunung Mulia yang lain. Maklum, hari ini adalah puncaknya arus balik pasca Lebaran. Penumpang yang mengisi kekosongan perutnya malam itu juga berjubel memenuhi ruangan rumah makan yang sebenarnya sangat luas. Setelah turun dari bus, menuju mushola yang terletak di samping rumah makan. Melaksanakan sholat Maghrib dan ‘Isya dengan dijama’. Setelah sholat, aku dan Nuri menuju ruang makan. Prasmanan. Setelah makan, kami kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan. Laju bus terbilang lambat.. agak macet soalnya.. maklum, puncak arus balik. Kupandangi langit malam ini. Meski tak begitu jelas tertangkap retina mata, tapi aku dapat menyaksikan ribuan bintang menghiasi langit. Ku menoleh ke kiri, Nuri sudah larut dalam mimpinya...dan akhirnya akupun menyusulnya...
Pukul 03.00, Bus Gunung Mulia
Aku kembali terjaga. Nokia 5300 ku bergetar. Kubuka inbox,..I B U X. Sebuah pesan dari ibuk. “Bangun Mbak, sudah jam 3. Dah sampai mana?”. Langsung kubalas SMS itu. Sudah menjadi rutinitas ibuk, kalau jam 3 SMS atau telepon membangunkan aku untuk Qiyamul Lail. Makasih ya bunda... Nuri juga terbangun. Akupun beranjak menuju toilet bus. Maksud hati hendak berwudhu, tapi airnya aneh, pintu toilet tidak bisa ditutup, dan mau wudhu juga tidak nyaman..karena busnya goyang-goyang. Akhirnya aku kembali ke tempat duduk. Wudhu di kursi menggunakan air minumku yang masih utuh dengan kondisi yang serba terbatas. Setelah itu, aku mengerjakan Qiyamul Lail dan dilanjutkan sholat subuh. Pengalaman pertamaku sholat di dalam kendaraan yang sedang melaju. Setelah itu, lanjut membaca Al Ma’tsurat dan Al Qur’an merahku. Seiring lantunan ayat cintaNya, ternyata kami sudah memasuki daerah Subang, Jawa Barat. Alhamdulillah...
Pukul 08.00, Bus Gunung Mulia
Terik sang surya menembus kaca bening bus yang kami tumpangi. Padahal baru jam 08.00 pagi. Ehm, ya .. inilah JAKARTA!!! PANAS!!! Tapi jadi ingat filosofi PANAS => Pasti Aku Nanti Akan Sukses!!!
Pukul 09.00, Terminal Rawamangun, Jakarta Timur
Plek... (waktu nulis ini..bingung, apa ya suara yang mengisyaratkan jatuhnya pijakan kaki di tanah..antara plak-plek-pluk-plok..hihi..)..
Alhamdulillah, untuk pertama kalinya kakiku menapak di kota yang katanya metropolitan ini. Flash...Sang Bagaskara tersenyum manis padaku…
Bagaimana kisah Yanda dan Nuri selanjutnya??? Tunggu kelanjutannya di ROMANTIKA PERJUANGAN part.2, 3, dst…. (belum selesai…) :D
-based on true story-
Aisya Avicenna
RedZone Jakarta, 24 Desember 2009_06:54
semangat berkarya mujahidah ^_^
ReplyDeletewew...jd inget filosofi panas wkt jln pagi brg mb thicko...^^
ReplyDelete