Judul di atas diambil bukan hanya karena hari ini ngantor pake kostum merah hati tapi…karena hari ini memang MERAH!!! (cari saja filosofi merah... )
Sebelum mulai menulis ini, saya kembali teringat akan kejadian semalam...
Senin, 4 Januari 2009 pukul 19.00 saya baru bisa keluar dari kantor karena dapat kejutan! “DINNER”. Nasi goreng rasa... hhh bayar... :D.
Akhirnya, pulang lebih malam dari biasanya. Seperti biasa, naik Kopaja 502 kemudian turun di Kampung Melayu terus ganti naik mikrolet biru no.6. Saat naik mikrolet biru ini, tiba-tiba naiklah seorang pengamen kecil bertampang sayu. Duduklah ia di pinggir pintu mikrolet dan dengan gitar kecilnya iapun bersenandung....
Sebening tetesan embun pagi
Secerah sinarnya mentari
Bila ku tatap wajahmu Ibu
Ada kehangatan di dalam hatiku
Air wudhu slalu membasahimu
Ayat suci slalu di kumandangkan
Suara lembut penuh keluh dan kesah
Berdoa untuk putra-putrinya
Oh Ibuku engkaulah wanita
Yang ku cinta selama hidupku
Maafkan anakmu bila ada salah
Pengorbananmu tanpa balas jasa
Ya Allah ampuni dosanya
Sayangilah seperti menyayangiku
Berilah ia kebahagiaan
Di dunia juga di akhirat
Ya Rabb… lewat anak ini Engkau mengingatkan saya pada bunda… Jadi kangen sama bunda… jadi makin cintaaaaaaaaaaaaaaaa sama bunda…
Selasa, 5 Januari 2010
Hari ini LUAR BIASA!!!!
“Yang Terbaik Bagimu”-nya Ada Band menjadi lagu yang sering terlantunkan dari winamp di meja kerja saya hari ini. (besok mau copy nasyid ahh... :D). Hari ini SMS-an sama ayah... jadi kangen beliau. Bunda berpesan agar saya sering-sering SMS ayah karena sekarang ayah sudah pensiun. Sehat selalu ya yah!!!
Teringat masa kecilku
Kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu
Buatku melambung
Disisimu terngiang
Hangat nafas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi
Serta harapanmu
Kau ingin ku menjadi
Yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu
Jauhkan godaan
Yang mungkin kulakukan
Dalam waktuku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku
Terbelenggu jatuh dan terinjak
Tuhan tolonglah sampaikan
Sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji
Tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya
Ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu
Andaikan detik itu
Kan bergulir kembali
Kurindukan suasana
Basuh jiwaku
Membahagiakan aku
Yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu
Yang pernah terlewati
I love you very much, my Daddy!!!
Sebelum asar, sempat diskusi dengan kepala subdit dan dapat motivasi mulai dari quantum ikhlas, makna memberi, sampai pernikahan (waduh… hihii…). Tujuan utama beliau memanggil kami menghadap sore ini ternyata beliau ingin menghadiahi kami (saya dan mb Sulis yang sama-sama personel baru di Subdit I) sebuah agenda kerja… ada 3 agenda yang disodorkan, kami diminta memilih… dan akhirnya pilihan saya tertuju pada agenda yang bersampul merah hati… beliau memaparkan mengapa beliau memberi kami agenda kerja itu… so inspiring lah!!! Thanks a lot, Sir!!!!! Hari ini beliau pulang lebih awal karena akan merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke-13… so switzzz….
Jadi pengin berbagi cerita inspiratif yang lain nih…
Suatu hari, seorang pimpinan berbicara di depan anak buahnya, dan ia memakai ilustrasi yang tidak akan dengan mudah dilupakan anak buahnya.
Dia mengeluarkan toples berukuran besar dan meletakkannya di atas meja. Lalu ia juga mengeluarkan selusin batu berukuran segenggam tangan, dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu ke dalam toples. Ketika batu itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yang muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya, “Apakah toples ini sudah penuh?” Semua anak buahnya serentak menjawab, “Sudah.”
Kemudian dia berkata, “Benarkah?” Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu dia memasukkan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit mengguncang-guncangkannya, sehingga kerikil itu mendapat tempat di antara celah-celah batu-batu itu. Lalu ia bertanya kepada anak buahnya sekali lagi, “Apakah toples ini sudah penuh?” Kali ini para anak buahnya hanya tertegun, “Mungkin belum”, salah satu dari anak buahnya menjawab.
“Bagus!”, jawabnya. Kembali dia meraih ke bawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir. Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah langsung memenuhi ruang-ruang kosong di antara kerikil dan bebatuan. Sekali lagi dia bertanya, “Apakah toples ini sudah penuh?” “Belum!” serentak anak buahnya menjawab. Sekali lagi dia berkata, “Bagus!”
Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menyiramkan air ke dalam toples, sampai toples itu terisi penuh hingga ke ujung atas. Lalu pimpinan tersebut dengan bijak berkata kepada para anak buahnya dan bertanya, “Apakah maksud dari ilustrasi ini?” Seorang anak buahnya yang antusias langsung menjawab, “Maksudnya, betapapun penuhnya jadwal kita, jika kita berusaha, kita masih dapat menyisipkan jadwal lain kedalamnya”. “Bukan”, jawab pimpinan itu, “Bukan itu maksudnya”.
"Sebenarnya ilustrasi ini mengajarkan kita bahwa : Kalau kamu tidak meletakkan batu besar itu sebagai yang pertama, kamu tidak akan pernah bisa memasukkannya ke dalam toples sama sekali.
Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin ayah ibumu, adik-kakakmu, suami/istrimu, orang-orang yang kamu sayangi, persahabatanmu, kesehatanmu, mimpi-mimpimu. Hal-hal yg kamu anggap paling berharga dalam hidupmu.
Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yg pertama, atau kamu tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya.
Jika kamu mendahulukan hal-hal kecil (kerikil dan pasir) dalam waktumu maka kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal kecil, kamu tidak akan punya waktu berharga yg kamu butuhkan untuk melakukan hal-hal besar dan penting (batu-batu besar) dalam hidup…"
SIPP...!!!
Semerah hari ini...
Subdit I, Kantor Depdag (ditulis saat kerjaan sudah selesai lho!!!)
050110_17:03
Aisya Avicenna
lha gek pengamene mbok keki piro sist... ojo2 mung dikeki sewu (nuwun 'sewu'). dia sudah ngingetin dirimu lho sist... harusnya kamu kasih 10ribu minimal... jangan pelit pelit... hehe..
ReplyDelete