Saudaraku yang berbahagia…
Sebentar lagi dirimu akan memasuki dunia kehidupan yang baru. Kehidupan yang belum kamu kenal sebelumnya. Kehidupan yang mungkin akan sangat terasa asing bagimu. Maka, jangan tertipu Saudaraku, laluilah kehidupan barumu itu dengan segenap keyakinan. Pertama, yakinkan bahwa dirimu senantiasa bersamaNya. Kedua, yakinkan bahwa dirimu akan ditemani belahan jiwamu yang kan senantiasa menyertai setiap langkah perjuanganmu dan yang akan menguatkan imanmu. Tataplah kehidupan barumu dengan penuh kesiapan dan persiapan. Kesiapan mental dan persiapan material, kesiapan ruhiyah dan persiapan rupiah, kesiapan jiwa dan persiapan raga.
Saudaraku..
Duniamu saat itu tak ubahnya laksana sebuah gunung. Maka siapkanlah sejak awal bahwa dirimu hendak ”mendaki” bukan sekedar ”rekreasi”. Antara mendaki dan rekreasi tentu sangat jauh berbeda. Orang yang memandang bahwa pergi ke gunung hanya hendak rekreasi tentu tidak sama dengan yang memandang bahwa ke gunung hendak mendaki. Orang yg hendak rekreasi tentu memandang ”sebuah gunung” dengan pandangan dan angan-angan yang indah semata, suasana yang hijau, penuh kesejukan, air terjun yang indah, jalan yang lurus, tidak ada jurang, bertabur bunga di kanan kirinya, dan seabrek angan-angan indah yang membuat bahagia. Tapi orang yang hendak ”mendaki” tentu memandang ”sebuah gunung” secara realistis, di dalamnya akan ada tebing yang tinggi, jurang yang curam, rimba pepohonan yang sulit ditembus, jalan yang licin dan berliku, binatang buas yang siap menerkam sewaktu-waktu dan berbagai rintangan lainnya. Maka orang seperti ini sejak awal akan mempersiapkan segala sesuatu untuk bekal pendakian tersebut. Bagaimana dengan dirimu saat ini Saudaraku?
Saudaraku…
Itulah gambaran dunia yang akan kamu lalui. Dunia yang tidak murni penuh dengan keceriaan, kegembiraan dan kebahagiaan. Tapi sewaktu-waktu juga ada tebing yang tinggi, jurang yang terjal, jalan yang berliku, binatang buas yang mengganggu. Ingatlah Saudaraku, disekitarmu pasti ada 5 golongan yang menjadi ujian buatmu, pertama orang kafir yang memerangi, kedua orang munafik yang selalu membenci, ketiga orang mukmin yang hasad, dan keempat hawa nafsu yang selalu membelenggu dan kelima syaithon yang menipu. Tapi jangan khawatir saudaraku, jika kalian bisa melewati segala bentuk rintangan tersebut, insya Allah kenikmatan haqiqi akan kalian raih. Bekal kalian telah disiapkan oleh pemilik dunia ini, semua ada di sekitar kalian. Kalian pun telah diberi rambu-rambu petunjuk yang terabadikan dalam al-Qur’an dan As-Sunnah. Kumpulkanlah bekal itu sebanyak-banyaknya agar dirimu selamat sampai tujuan dengan penuh ridho dan diridhoiNya.
Saudaraku…
Di duniamu yang baru itu, dirimu akan bertemu dengan orang yang belum pernah kau kenal sebelumnya. Tidak hanya bertemu, tapi dirimu akan bersama dengannya dalam keseharianmu. Mungkin awalnya akan sangat aneh dan janggal. Itu sangat wajar karena kalian secara fitroh memang berbeda. Pastinya juga banyak hal yang tidak sama, terutama soal kesenangan dan ketidaksenangan akan sesuatu. Juga perbedaan sifat dan karakter antara kalian, perbedaan pola didikan dan pergaulan, perbedaan emosi dan perasaan. Semua pasti akan kalian temuai, tapi tidak menjadi masalah asalkan kalian mendasarkan pada kesamaan visi yang haqiqi, yaitu aqidah Islam. Insya Allah kebersamaan akan bisa segera terbangun dengan sendirinya. Di sinilah pentingnya sikap saling pengertian dan keterbukaan komunikasi antara satu dengan yang lainnya.
Saudaraku…
Sering kita mendengar, bahwa menikah adalah separuh dari agama atau setengah dari kesempurnaan agama. Memang tidak ada yang salah dalam pernyataan tersebut, karena memang Rasulullah yang pertama kali mengatakannya, tapi mungkin banyak diantara kita yang salah dalam memahami. Sehingga menikah dianggap tujuan akhir dalam sebuah perjuangan. Dengan menikah mereka menganggap agamanya benar-benar sudah sempurnya seratus persen. Benarkah???
Sedikit mesti perlu kita luruskan pemahaman ini, masih ada yang terpotong, …. hendaknya engkau menjaga separohnya yaitu iman. Dan inilah sebenarnya yang lebih utama. Apalah artinya seorang menikah jika menyebabkan kehilangan iman??? Jika iman sudah hilang maka meskipun ia menikah tetap tidak bisa mendapat separoh agama tersebut, na’udzubillah.
Saudaraku…
Dengan menikah diharapkan semakin bisa memupuk keimanan yang ada dalam dada. Pintu fitnah sedikit banyak mulai tertutup, hati menjadi lebih bisa ikhlas, mata mulai bisa tertunduk, ibadah semakin khusyu’, dakwah semakin mantap dan ukhuwah makin terjaga. Itulah yang hendaknya terjadi pada setiap diri muslim setelah mereka menikah. Namaun, tidak jarang terjadi pada sebagain saudara-saudara kita, setelah menikah justru terjadi kelemahan iman. Mereka mulai dilaikan oleh istri dan anak-anaknya, mulai lupa akan tanggungjawab terhadap dakwah, mulai jarang berjama’ah di masjid, dsb. Dan yang paling parah, iman mulai digadaikan demi mendapatkan kesenangan semu.
Saudaraku…
Menikah adalah sebagian proses dari proses panjang yang harus kita lewati. Ketika kita menikah, maka disitu kita akan dihadapkan pada kondisi yang sangat berbeda dengan idealisme. Di situlah saatnya kita harus arif dalam menyelaraskan antara idealisme yang selama ini kita bangun dengan realitas yang kita hadapi. Bukan bermaksud mematahkanya, tapi berusaha memanage realita bersinergi selaras menuju idealisme. Jangan sampai justru realita yang ada membuat kita lemah sehingga tidak punya keberanian untuk melangkah. Sehingga akhirnya kita kalah terbawa arus. Mungkin istrimu, lingkungan barumu, tempatmu berkarya tidak sesuai dengan idealisme. Banyak hal yang berbeda, tapi semua itu adalah ”karuniaNya” yang akan menguji keberadaanmu di dunia ini. Istrimu adalah ujian buatmu dan sebaliknya dirimu adalah ujian buat istrimu. Tidah semua yang baik menurut kita adalah baik menurutNya. Tapi yakinlah Allah tahu apa yang terbaik buat kita. Yakinlah, istrimu yang saat ini ada disampingmu adalah sosok yang terbaik buat dirimu, maka jangan sia-siakan mutiara tersebut. Jadikan ia bidadarimu di dunia juga di akhirat.
Saudaraku…
Peliharalah selalu bahtera rumah tangga kalian sebesar apapun badai yang akan menerpa. Selalu perbaikilah bahtera itu agar bisa mengantarkan diri kalian sampai tujuan akhir. Jangan biarkan siapa saja merusak bahtera tersebut dengan tipu daya sedahsyat apapun. Eratkan kedua tangan kalian untuk menghadapi semua rongrongan dari pihak-pihak yang tidak bertangggung jawab. Peliharalah kedekatan emosi, kesatuan hati, sering-seringlah bermuhasabah, saling percaya, saling tabayyun, saling nasihat-menasihati dan tetaplah bersabar. Insya Allah semua masalah akan bisa diselesaikan dengan baik. Kembalikan setiap masalah padaNya.
Saudaraku…
Meskipun pesan ini saya kirim untuk dirimu tapi pada hakikatnya adalah pesan untuk diriku sendiri. Maafkan diriku apabila selama ini banyak tingkah laku saya yang kurang berkenan di hati. Mohon dukungan dan doanya agar diri ini tetap istiqomah dijalanNya dan bisa segera menyusul kalian.
Akhirnya saya ucapkan:
Selamat Menempuh Hidup Baru,
Baarokallahu laka wa baarik ’alaika wa jama’a bainakumaa fii khoir
Wednesday, August 25, 2010
Baarokallahu laka wa baarik ’alaika wa jama’a bainakumaa fii khoir
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna