By : Keisya Avicenna
Kuberdiri di penghujung malam
Kupasang sayap rapuhku
Dengan sisa kekuatan
Mencoba mengepakkan, arungi mimpi yang hampir tak meninggalkan jeda
Sejenak, meluangkan waktu
Semakin terasa kerinduan yang mendera
Hingga ku tak bisa bedakan pagi atau senja
Setetes embun jatuh di penghujung malam
Menyejukkan panasnya rindu yag tlah berubah menjadi sembilu
Menumbuhkan tunas-tunas harapan yang terlanjur layu…
Kerinduanku pada gemercik air wudhu yang membasahi wajahku
Kerinduanku pada takbiratul ihram yang meluncur dari bibirku
Kerinduanku pada hamparan sajadah yang menjadi alas pengabdianku
Aku rindu sujud panjangku…
Aku rindu tangisan taubatku….
Duhai Ya Rabbi…..
Aku rindu saat-saat menghadap-Mu…
***
Dan sang pagi menjelang…
Masih ada tetes kerinduan dari gemericik air sisa hujan tadi malam…
Hawa sejuk yang menyelinap relung kalbu
Menghadirkan kembali kemilau cinta dalam ruang khayalan...
Mensketsa imajinasi dalam inspirasi tanpa batas..
Tentang aku, embun ,dan kerinduan ini..
Embun pagi yang bersahaja…
Menambah kemewahan romantisme pagi
Iringi rona jingga sang bagas yang perlahan meninggi tuk terangi hari
Lisan mengucap penuh kesyukuran tiada henti
Atas kesempatan luar biasa yang telah Allah SWT beri
Sajian pagi yang harus ku syukuri
Dan kubiarkan embun tetap mengeja keheningan
Menetes sampai sang bagas habis menguapkannya
Ia mencoba memecah kebekuan dengan denting melodi...
mengatasnamakan CINTA dari setiap tetesan suaranya
masih “tentang aku, embun, dan kerinduan ini..."
[Zona Nostalgia RoMAntic, 7 November 2010…di sepertiga malam terakhir, aku merindu-Mu…SANGAT! Teruntuk “MANUSIA CAHAYA” : “Ingatkan engkau kepada embun pagi bersahaja yang menemanimu sebelum cahaya…”]
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna