Sebuah ayat tentang pasrah…
Mencoba mengusir gundah yang menggelisahkan jiwanya
Gurat wajahnya mengundang rindu
Desingan harapan seakan berontak…
Ingin segera mengakhiri permainan kebimbangan dalam jiwanya
Kamera hatinya hanya sanggup menangkap hitam putih warna yang ada
Dalam ruang-ruang mimpi yang kosong…
Dalam keremangan hatinya,
Ia menangkap suara yang memanggil-manggil namanya
Seiring dengan perpisahan senja yang meranum
Lalu mengganti jubahnya dengan kain malam
Tak terasa buliran kristal bening membasahi pipinya
Dalam tatapan matanya yang sembab, ia berkata :
“Aku tak bisa memiliki air mataku sendiri. Bahkan aku tak punya nyali untuk menatap bayanganku di cermin”
Seketika terdengar suara yang pernah ia temuai dalam ruang khayalnya :
“Setiap nafas berhembus, kita tahu hal berbeda…
Setiap satu kedipan mata, kita kenal cerita lain…
Tatkala hembusan udara terhirup, kita coba pahami kata hati…
Tatkala satu langkah berjalan, kita temukan ilmu baru, kita tahu tujuan hidup…
Ketika rindu bertanya padaku tentang hari ini, jawabku : ‘jiwaku takkan lelah menghitung lembaran yang tlah terlewati, hati takkan risau, jua tak ingin berkeluh’…Nyakhubh nyaidh lathalu, ganyanyi siraradhi…”
Seketika ia pun tersadar…
“Sekalipun ini perih, segala takdir-Mu pasti baik untukku…”
Demi Tuhan yang menggenggam jiwaku yang rapuh, izinkan suatu hari nanti aku berkata : “Dia adalah sepenggal mimpi yang menjadi nyata. Buah dari kesabaran. Jawaban dari doa-doaku dan hadiah agung dari Sang Pelindungku….”
[Khiytha Bhad Siraradhi]
***
[Keisya Avicenna, 31 Desember 2010…’Melukis Irama Penghambaan dalam Notulensi Akhir Tahun’…kemarin adalah saat dimana simfoni cinta-Nya bersenandung mewah dalam lubuk hatiku…sebelum 2010 berpamitan, Alhamdulillah, satu mimpiku bisa aku wujudkan…Bismillah, ”TEPAT dan TERBAIK : LILLAH, BILLAH, ILALLAH…!!!” Menuju 2011 : A.M.A.N.A.H…!!!^^v]
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna