Hari/Tanggal : Ahad, 13 Februari 2011
Waktu : Pukul 09.30-12.00 WIB
Tempat : Aula Lantai 3 Masjid ARH UI Salemba
MC : A’ Mumun
Tilawah : Arief (Q.S. Al ‘Alaq )
Moderator : Lia Octavia
Pembicara : Irfan Hidayatullah
Materi : Ke-FLP-an
Peserta Pramuda angkatan 15 : 38 orang
Suasana : bising dan ramai (suara kendaraan yang lalu-lalang)
***
Sekilas Pembicara
Nama lengkap : Muhammad Irfan Hidayat
Nama pena : Irfan Hidayatullah
Saat ini penulis tercatat sebagai pengajar di Fakultas Sastra Universitas Padjajaran. Pernah menjabat sebagai Ketua Umum FLP Pusat. Karya-karya sudah sangat banyak. Salah duanya adalah “My Wife My Princess” (Gema Insani) dan “10 Saudara Bintang Al-Qur’an” (Arkan Leema, yang ditulis bersama Izzatul Jannah)
Email : abuizzati@yahoo.com
Afwan, datanya kurang lengkap, karena tadi mengambilnya di buku My Wife My Princess” milik saya ^^v. Kenalan saja ya di FB beliau : M Irfan Hidayatullah
**
Berikut beberapa petikan materi dari Kang Irfan yang sempat didokumentasikan Aisya. Jika ada yang kurang lengkap, mohon dimaafkan karena waktu serius meliput, sempat “dikerjain” Teh Yusi. Hehe, maksudnya, Aisya sempat dipanggil Teh Yusi ke belakang dan ternyata Aisya harus berhadapan dengan reporter Alif TV untuk menjawab beberapa pertanyaan dari mereka. Hadew, sungguh ‘spechless’, karena waktu itu Aisya sedang didera meriang gembira (baca : sakit). Jadi ya menjawabnya juga kurang maksimal. Menjadi pelajaran berharga buat Aisya bahwa “kita harus senantiasa mempersiapkan diri, karena sesuatu yang tak terduga bisa saja terjadi.”
Setelah wawancara, Aisya kembali menjalankan tugasnya (jadi reporter juga ^^v), berhubung tadi ketinggalan materi, sempat pinjam catatan dari Mbak Dina (Bu Humas). Eh, ada panggilan lagi dari Mbak Rurie. Kali ini bersama Mbak Suri, Aisya diajak diskusi singkat terkait perkembangan Pramuda Non Fiksi ke depan… Hmm, semoga beberapa ide yang tercetus bisa membawa perbaikan untuk ke depannya… Ya sudah, sekarang saatnya menyimak liputan Aisya… Sekali lagi, afwan jiddan jika kurang lengkap…
-Forum Lingkar Pena (FLP) adalah salah satu forum kepenulisan di Indonesia. FLP punya cabang dan wilayah sampai ranting yang sangat aktif. Itu kelebihannya. Nah, kekurangannya adalah : karena terlalu banyak cabang dan rantingnya, membuat FLP juga memiliki tanggung jawab yang tidak ringan, yakni menjadikan teman-teman yang bergabung di dalamnya menjadi penulis yang berkualitas, tentunya tanpa mengesampingkan kuantitas karyanya.
-Seseorang yang baru sekedar ingin menulis, sebenarnya dalam dirinya sudah ada ‘kebisaan’ untuk menulis. Hanya saja memang perlu dibuktikan.
-FLP merupakan forum yang berkarakter karena FLP mengusung format penulisan sastra berbasis dakwah Islam. Meskipun begitu, muncul berbagai pendapat tentang FLP dalam kaitannya dengan kesusastraan Indonesia kontemporer, khususnya dianggap saingan ‘sastra sekuler’.
-Interpretasi singkatan FLP
F = Forum : tempat berkumpul, ada hal-hal yang dibicarakan bersama, visi misi yang ingin dicapai bersama, ada Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang menjadi pijakan bersama, dll
L = Lingkar : melihat dunia literasi dengan menyisakan banyak problematika khususnya di kalangan wanita. Akhirnya berdirilah FLP di UI Depok tahun 1997 yang diusung Helvy Tiana Rosa dkk. Ada semangat perubahan di dalamnya. Ada semangat ukhuwah di dalamnya.. Di lingkar tersebut sudah banyak yang menelurkan karya. Falsafah melingkar juga karena pertemuannya berformat lingkaran dan dilakukan di masjid.
P = Pena : Simbol kehidupan budaya dan peradaban, kreativitas dan perlawanan. FLP tidak hanya komunitas penulis, tapi juga komunitas budaya.
-FLP yang mengusung jargon “berkarya, berbagi, berarti” merupakan forum budaya atau sastra. Sastra bisa saja menjadi propaganda, sangat sufistik, dll. Kualitas sastra tidak hanya dinilai oleh bahasa dan kesastraannya saja, tapi juga oleh nilai sosiologinya
-Setiap karya punya usianya masing-masing. Ada yang selesai menulis sebuah karya dalam waktu sejam, sehari, sebulan, bahkan sampai bertahun-tahun.
-Tips agar nulis tidak moody ala Kang Irfan :
1.Tanamkan motivasi “Menulis adalah sebuah perjuangan”. Tidak ada penulis yang tidak berjuang untuk tulisannya. Kendala apapun yang kita anggap sebagai hambatan dalam menulis, jadikan ia layaknya seorang teman untuk dipahami. Oleh karena itu, kita akan berusaha menyikapi kendala itu dengan baik.
2.Pilih waktu yang tepat untuk menulis
3.Menulislah di tempat yang dianggap paling nyaman
4.Kenali karakter diri, apakah termasuk tipikal penulis yang suka dikejar deadline atau tidak. Karena membuat target waktu saat menulis, itu juga sangat membantu.
5.Banyak membaca untuk memperkaya wawasan dan kosa kata.
Setelah materi dari Kang Irfan, dilanjutkan penjelasan tentang agenda Pramuda oleh Teh Yusi dan Kang Arya (Nah, pas sesi ini Aisya mundur lagi karena dipanggil Mbak Rurie.. ^^v).
Insya Allah, setiap dua pekan akan ada pertemuan rutin. Sip, semangat ya!!!
Oh ya, sebelum berpisah Mbak Dina sempat bagi-bagi puding special yang rasanya sangat special juga. Sayang banget, bawanya cuma sekotak. Coba kalau sekarung! Wah, pasti pada kenyang… ^^v Dua pekan lagi bawa yang lebih banyak ya Mbak… Itung-itung jadi belajar jadi Menteri Peranan Wanita sekaligus Menteri Kesejahteraan Rakyat…
Demikianlah reportase Aisya kali ini…
Salam SEMANGAT TOTALITAS,
Aisya Avicenna
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna