Namaku Adnan Cahyono. Pada usia yang sudah dikatakan wajib untuk menikah, belum juga Allah mempertemukanku dengan seorang muslimah yang tepat. Setelah kegagalan proses dengan seorang muslimah dari Bandung, aku semakin berhati-hati dalam menentukan pilihan. Ternyata muslimah itu melakukan ta’aruf dengan laki-laki lain, padahal jelas-jelas dia sudah aku lamar. Alhamdulillah, Allah memberiku petunjuk untuk mengetahuinya sehingga proses itu tak dilanjutkan. Kembali aku mencari referensi tentang kriteria istri yang baik. Aku banyak bertanya pada ustadz, baca buku, dan searching di internet.
Aku pun berlayar di dunia maya, hingga akhirnya berlabuh di sebuah blog. Blog tersebut memberi banyak informasi tentang kriteria istri yang baik. Pemilik blog itu seorang muslimah bernama Rosma Khoirunnisa.
Sebuah ide gila mampir di benakku, “Aku lamar saja pemilik blog ini. Sepertinya ia muslimah yang baik, sesuai dengan kriteriaku, dan satu lagi... belum menikah!”
Aku beranikan diri untuk mengirim email pada Rosma. Kebetulan dalam profil blognya, ada alamat emailnya. Dalam email itu, aku memperkenalkan diri dan menyampaikan harapan untuk menjadi temannya. Gayung bersambut, tiga hari kemudian ada email balasan. Senangnya hati ini tatkala Rosma mau bersahabat denganku.
Email kedua kukirim lagi. Kali ini aku memberanikan diri bertanya, “Kapan ia menikah? Seperti apakah kriteria calon suaminya?” Aku lampirkan biodata dan sebuah surat berisi kesungguhan untuk menikahinya. Uhf, pertanyaan yang terlalu lugas dan tindakan yang terlampau berani. Tapi, aku tetap mengirimkannya demi sebuah misi besar dalam hidup ini. Pernikahan!
Berhari-hari aku menunggu email balasan. Tapi, baru dua minggu kemudian email itu datang. Pedih hatiku tatkala dalam emailnya Rosma mengatakan bahwa ia akan menikah sebulan lagi. “Rabb, berikan aku kesabaran yang berlipat. Perjuangan mencari pendamping hidup ini memang terasa berat, tapi aku yakin Engkau pembuat skenario terbaik.” Batinku menyemangati diri.
Tiga bulan berlalu, aku masih dalam perjuangan mencari pendamping hidup. Siang itu aku hendak menuju toko buku Al-Firdaus. Sambil membaca di dalam bus, aku duduk bersebelahan dengan seorang ibu bersama anak balitanya di kursi berjok tiga. Selang berapa lama, naiklah seorang muslimah di bus itu. Dia duduk di bangku samping ibu dan anaknya tadi. Aku hanya menatapnya sekilas. Pandanganku kembali fokus pada buku yang tengah kubaca. Tapi, telingaku tetap bisa mendengar percakapan mereka.
“Adik, namanya siapa?” tanya muslimah itu
“Dela, Kak!” jawab si kecil.
“Kakak namanya siapa?” tanya Dela.
“Rosma.” Jawab muslimah itu
Deg.
Rosma? Batinku bergejolak. Jangan-jangan...
Konsentrasiku sedikit buyar.
Penasaranku terjawab sudah tatkala muslimah berkacamata itu mengeluarkan sebuah buku. Aku mengamatinya. Subhanallah, buku itu tertulis nama, ‘Rosma Khoirunnisa’.
“Turun di mana Dik?” tanya ibu di sebelahku kepada Rosma.
“Toko buku Al-Firdaus, Bu!” jawabnya. Subhanallah, kami satu tujuan.
“Ooo...” ibu itu manggut-manggut.
“Sendirian saja Dek, tidak sama suami?” Ibu itu kembali bertanya.
“Iya Bu. Hmm, saya belum menikah” jawab Rosma lirih.
Meski suaranya lirih, tapi telinga ini bisa menangkap jawaban muslimah itu.
Ada tanya besar dalam benakku. Ahh, ingin rasanya segera membuka blog Rosma untuk mencari tahu apa yang terjadi.
“Bukankah ia akan menikah tiga bulan yang lalu?” tanya batinku.
Akan tetapi, terselip juga rasa bahagia dalam hatiku.
“Alhamdulillah, harapan untuk menjadi pendampingnya masih ada!”
Sunday, May 27, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
klo ada kelanjutan ceritanya kasih tau yah.
ReplyDelete