Alhamdulillah, di lembar pertama ini Nungma ingin mengucapkan “Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan”. Mohon maaf lahir dan batin, ya! Semoga Ramadhan tahun ini bisa kita jadikan momentum perbaikan diri untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. SELAMAT BERMETAMORFOSA!
Ada sebuah masa yang selalu istimewa di bulan puasa: mendengar suara ibu! Ya, suara ibu saat membangunkan kami makan sahur. Suara ibu yang khas, suara ibu yang membuat kami terjaga dalam suasana penuh cinta. Dan hari ini dan hari-hari ke depan selama Ramadhan Insya Allah suara penuh kasih sayang itu akan selalu menggema halus di gendang telinga ini. (Ah, kenapa diri ini selalu kalah cepat dari Ibu, ya? Hehe)
Ibu… diri ini merasa semakin bahagia, sangat bahagia. Keputusan final untuk mutasi ke GO Wonogiri dan tidak melanjutkan kontrak domisili di Solo sungguh mendatangkan suasana hati yang berbeda. Allah Swt memberikan banyak sekali kemudahan saat diri ini berazzam untuk semakin dekat dengan Babe dan Ibu sebelum akhirnya nanti ada AMANAH baru yang harus dijalani.
***
Senyuman paling cinta…
Saat kita masih dalam buaian, dengan bersimbah keringat dan badan pegal-pegal, ibu bisa berjam-jam menggendong kita hanya agar jerit tangis terhenti, agar membias senyuman indah di bibir kita. Kala itu, rasa pegal-pegal di bagian punggungnya atau rasa sakit di pinggang dan lehernya, sudah tidak dirasakan lagi. Senyuman kita, bagi seorang ibu adalah hadiah mahal yang mau beliau bayar dengan apapun juga.
Saat usia sudah mulai menggerogoti kekuatan fisik seorang ibu, beliau menjadi orang tua yang serba pasrah menerima segalanya. Ibu hanya terus berharap, agar segala upayanya selama ini tidak sia-sia. Agar anaknya bisa hidup berbahagia dan lebih beruntung dari dirinya. Seorang ibu mungkin tidak pernah mengharapkan apa-apa. Namun di dalam lubuk hatinya, mungkin beliau teramat membutuhkan siraman kebahagiaan melalui tawa dan canda anak-anaknya.
“Abdulah bin Amru, suatu hari datang menemui Rasulullah Saw. Isa berkata, ‘Duhai Rasulullah! Aku sangat ingin berhijrah bersamamu. Namun tadi, aku meninggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis. Apa yang harus kulakukan?’ Rasulullah Saw. bersabda, “Pulanglah. Buatlah mereka tertawa, sebagaimana engkau telah membuatnya menangis!” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Berupayalah untuk membuat ibu tertawa bahagia…
Sepucuk surat atau sms yang memuat doa hangat, sapaan santun dan sedikit basa-basi menceritakan kabar-kabar terkini sang anak, sudah cukup untuk membuat ibu menyunggingkan senyuman, bahkan terkadang memaksanya meneteskan airmata haru.
Berupayalah untuk membuat ibu tertawa bahagia…
Bisa jadi, terkadang kita harus merelakan biaya cukup besar dikuras dari kantong kita, hanya untuk bisa berjumpa dengan ibu. Bahkan, waktu berjam-jam mungkin malah berhari-hari, harus kita habiskan di perjalanan menuju kediamannya. Tapi sadarlah, bahwa kebahagiaan sang ibu adalah kebahagiaan kita juga. Sebesar apapun biaya itu tetap tak ada nilainya, bila dibandingkan doa tulus yang keluar dari hatinya,
‘Semoga kamu murah rezeki, Nak!’
‘Semoga kamu segera dapat suami sholeh, Nak!’
‘Semoga impian-impianmu menjadi kenyataan, Nak!’
Dan masih banyak lagi doa beliau untuk kita, anaknya…
Degh! Dentuman keras seperti membelah jantung. Saat kita sadar, bahwa do’a itu keluar dari mulut wanita agung. Luapan kasihnya yang tiada terbendung, membuatnya mampu untuk lebih mudah mengucapkan doa mulia tersebut, daripada kita!
Maka, berupayalah untuk membuat ibu tersenyum bahagia…
Di masa senja, ibu akan sangat membutuhkan hiburan kita, membutuhkan perhatian kita, membutuhkan dekapan hangat kita, membutuhkan senyuman kita, dan do’a-do’a kita…
Ibu…
Ketulusanmu adalah Maha Karya Tuhan yang tiada banding
Rerentet katamu laksana syair indah nyanyian syurga
Senyumanmu adalah senyuman paling cinta…
(Keisya Avicenna, [ME]nulis [LA]pangkan ha[TI] di Lembar Pertama Ramadhan)
NB: Dari ibulah diri ini belajar menjadi “manajer rumah tangga”. Hihi. Bahkan ibu pun sudah menyiapkan list menu buat kita, ibu sudah menyiapkan segala keperluan di Bulan Ramadhan jauh-jauh hari sebelumnya, ibu yang selalu rapi dalam administrasi, ibu yang selalu memberikan pelajaran hebat bahwa hidup itu butuh “PERJUANGAN, PENGORBANAN, dan TOTALITAS!”. Ibu yang mencintai melati, seperti aku! Love u, Mom… u’re my everything! Mumumu… :)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna