“PERSAHABATAN 7 WARNA BIANGLALA”
Shela Kesepian
Shela adalah seorang anak piatu, ibunya telah tiada. Ia tinggal di sebuah desa yang sangat asri. Desa Harmoni namanya. Desa itu terletak di dataran rendah, dekat pegunungan yang sangat hijau dan sejuk.
Shela hidup bersama neneknya yang bernama Oma Lely. Sejak Ibunya meninggal saat melahirkan putra kedua yaitu adiknya Shela, ayah Shela pun memutuskan untuk ke luar kota, melupakan kesedihan sekaligus bekerja untuk membiayai hidup Shela dan masa depan putri semata wayangnya itu.
Shela pun benar-benar kesepian. Semenjak kepergian ayahnya, Shela jadi semakin sering mengurung diri di dalam kamar. Banyak kenangan indah bersama ayah dan ibunya di kamar yang penuh gambar pelangi itu. Ya, Shela sangat menyukai pelangi.
Untungnya, ada Oma Lely dan Mang Parjo yang selalu menghibur Shela dan menemani Shela jalan-jalan. Shela punya tempat favorit. Tiap sore, terkadang ia ditemani Oma Lely, bermain di taman bunga dekat rumahnya. Shela sangat suka bermain, berkejar-kejaran dengan kupu-kupu, memetik bunga melati, dan melihat biasan warna pelangi dari air mancur taman yang terpancar.
Lukisan Peninggalan Ibu
Ibu Shela adalah seorang pelukis. Banyak sekali lukisan yang menjadi hiasan di dinding rumah mereka. Semuanya karya Ibu Shela. Lukisan pemandangan alam yang paling banyak tertempel di dinding. Bakat melukis itu sepertinya diwarisi juga oleh Shela.
Shela juga hobi menggambar. Kemana-mana dia selalu membawa buku gambar kecil dan pensil warna. Seminggu sebelum Ibu meninggal, bertepatan dengan ulang tahun Shela yang ke-7, Ibu memberikan hadiah Shela sebuah lukisan. Lukisan yang sangat indah. Bergambar pelangi dan ada 4 orang di kedua ujung gambar pelangi itu. Ujung yang sebelah kiri ada gambar seorang ayah yang sedang menggenggam tangan seorang anak perempuan kecil. Shela tahu, itu pasti gambar ayahnya yang sedang menggandeng tangannya. Sedangkan, ujung gambar pelangi sebelah kanan, ada gambar seorang Ibu yang tengah menggendong seorang bayi mungil. Nah, itu pasti gambar Ibu Shela dan adik Shela. Tapi sekarang, mereka berdua sudah bahagia di surga.
Warna-warna itu Hidup
Shela sangat rindu saat Ibu bercerita tentang pelangi, tentang warna-warna yang sangat indah itu. Tapi, warna putih adalah warna favorit Shela. Mengapa putih? Karena ia sangat menyukai aroma bunga melati yang berwarna putih.
Sampai pada suatu malam, saat Shela benar-benar merasa sangat kesepian dan rindu pelukan Ibunya, ia merasakan ada keanehan dari lukisan yang tertempel di dinding kamar, dekat meja belajarnya itu.
Warna-warna pelangi di lukisan itu seolah hidup. Shela terkejut dengan apa yang terjadi.
Enam Peri Niji yang Centil
Warna-warna pelangi itu berubah menjadi sosok peri-peri lucu dengan kostum warna-warni seperti warna pelangi. Shela tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Shela mengira mereka adalah sosok yang jahat seperti di dongeng-dongeng yang biasa Oma Lely bacakan untuknya sebelum tidur. Tapi akhirnya, Shela berkenalan dengan mereka. Keenam peri lucu dan centil itu menamai diri mereka Peri-Peri Niji. Peri-Peri Niji sangat suka menghibur gadis kecil yang kesepian. Dan mereka dikirim oleh Ratu Rainbow dari Negeri Bianglala untuk menjadi sahabat Shela.
Shela pun berkenalan dengan Meril si Peri Merah, Jinung si Peri Jingga, Kurin si Peri Kuning, Hijani si Peri Hijau, Biruni si Peri Biru, dan Ungil si Peri Ungu. Mereka berenam memiliki keunikan sifat masing-masing.
Meril-lah pemimpin Peri-Peri Niji. Jinung sangat suka makan permen karet dan menggelembungkan permen itu di mulutnya sampai besar. Kurin adalah si kutubuku Peri-Peri Niji. Hijani dan Biruni merekalah si kembar Peri-Peri Niji, kemana-mana selalu bersama dan sering melakukan tindakan konyol serta hal-hal unik. Dan Ungil adalah si peri paling mungil yang sangat usil. Selalu saja membuat masalah dan suka menghilang sendiri.
Shela pun menjalani hari-hari yang seru bersama Peri-Peri Niji.
Kemanakah Ungil?
Peri-Peri Niji juga sangat senang berteman dengan Shela.
Shela kembali ceria saat di rumah maupun di sekolah. Shela kembali menjadi gadis cilik yang periang. Teman-teman sekelasnya juga semakin senang dengan sikap Shela yang ramah dan murah senyum. Shela memang punya banyak teman di sekolah. Tapi ada seorang gadis cilik gendut yang selalu iri dengan Shela. Namanya Rainy. Ia merasa Shela adalah saingan terberatnya di kelas. Ya, Shela memang gadis cilik yang cerdas.
Suatu hari, saat jam istirahat di sekolah, Rainy memasukkan seekor ulat bulu ke dalam tas Shela. Rainy, gadis cilik yang usil dan pemberani. Untungnya, aksi Rainy diketahui oleh Ungil, si Peri Ungu yang tadi pagi sempat menyusup ke dalam tempat pensil Shela yang berwarna ungu.
Hmm… Peri-Peri Niji memang bisa bersembunyi di manapun asalkan tempat persembunyiannya memiliki warna yang sama dengan warna diri mereka. Ungil pun kumat penyakit usilnya.
Persahabatan 7 Bianglala
Shela merasa sangat bahagia karena memiliki teman Peri-Peri Niji.
Tak terasa, tugas Peri-Peri Niji dari Ratu Rainbow di Negeri Bianglala sudah selesai. Mereka berenam harus kembali ke Negeri Bianglala. Shela sudah berjanji kepada Peri-Peri Niji kalau tidak akan bersedih dan merasa kesepian lagi.
Tiap kali memandang lukisan “Pelangi Cinta Bunda”, Shela yakin ada senyuman Ibunya di sana, cinta adiknya, dan persahabatan yang sangat indah dengan Peri-Peri Niji. Shela merasa bahagia. Inilah Persahabatan 7 Bianglala. Shela pun belajar menjadi warna putih, warna dasar dari pelangi…warna yang melambangkan kebersihan hati. Sheila ingin menjadi gadis cilik yang selalu ceria dan suka menolong sesama.
“Mereka tetap bersama. Tak peduli kata siapa. Suka dirasakan bersama. Duka pun dibagi rata. Merah lalu belajar menjadi jingga. Jingga belajar mengerti kuning. Kuning memahami hijau. Hijau menyenangkan hati biru dan ungu. Menerima dengan putihnya hati yang terbuka, saling bersahabat penuh cinta Sebuah kebersamaan dalam indahnya persahabatan…”
***
Hehe… inilah salah satu storyboard yang sampai sekarang belum saya lanjutkan lagi. Ada saran? Mari berdiskusi! Hihi.
Tapi di tulisan kali ini saya ingin mengajak para rekan-rekan hebat saya yang luar biasa untuk sejenak merenungi 1 kata 7 aksara yang sudah sangat melekat dalam jiwa kita: SAHABAT! Ya, sahabat! Dan bukan sekadar teman atau kawan.
Tiada mutiara sebening cinta
Tiada sutra sehalus kasih sayang
Tiada embun sesuci ketulusan hati
Dan tiada hubungan seindah persahabatan
Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ukhuwah (persaudaraan atas dasar Islam) adalah sesuatu yang diikat karena Allah. Sehingga, tidak memerlukan adanya sumpah setia, tidak membutuhkan sandaran-sandaran, dan tidak membutuhkan instrumen-instrumen ilegal. Semuanya itu tidak dibutuhkan. Karena Allah telah mengikatnya dari atas langit yang ketujuh.”
Karena seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, maka, “Ia tidak boleh berbuat zhalim terhadapnya dan juga tidak boleh menelantarkannya.” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat yang lain, “Ia tidak boleh berbuat zhalim terhadapnya. Tidak boleh merendahkannya, dan tidak boleh menelantarkannya. Di sinilah letak taqwa (sambil menunjuk ke dada beliau sampai tiga kali). Cukuplah seseorang itu disebut sebagai orang jahat jika ia sampai merendahkan saudara sesama muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya adalah haram (terlindungi), baik darahnya, hartanya, juga kehormatannya.” (HR. Muslim)
Subhanallah…
Mari kita renungkan!
Sudahkah kita menjadi sahabat yang mengerti akan makna yang dalam dari sebuah PERSAHABATAN bagi sahabat-sahabat kita?
Kicau anak burung kan terdengar sangat merdu
Bila ada jiwa-jiwa yang memberi dengan keikhlasan hati
Sosok yang kan menjadi pengobar semangat akan cinta yang dalam
Memaknai hidup yang penuh tantangan di masa depan.
Kau kah sosok itu, Sahabatku?
SEMOGA!
***
FRIENDSHIP NEVER ENDS,sebuah karya istimewa penuh cinta karya kakak saya yang luar biasa, Santi Artanti. Mengupas secara lugas dan jelas tentang persahabatan, ketika konflik melanda persahabatan kita, kisah sahabat inspiratif, berbagai tips yang terangkum dalam catatan persahabatan yang tak pernah berakhir.
Yups, dengan bahasa yang ringan, bernas, namun khas gaya Mbak Santi, saya merekomendasikan buku istimewa ini untuk menjadi kado persahabatan super istimewa teruntuk sahabat-sahabat Anda tercinta. Mantap kan? Buruaaaaan serbu toko-toko buku terdekat atau bisa pesan langsung ke penulisnya (FB: Santi Artanti). Bisa bonus tanda tangan lhoh… Hihi ^_^
***
TERLALU MANIS UNTUK DILUPAKAN
Di kala sang waktu mengisyaratkan tanda
Kisah kita akan sampai pada penghujungnya…
Awal kisah kita dulu, dimulai dari seutas tali yang sepakat kita namakan PERSAHABATAN…
Ku hulurkan satu ujungnya
Dan kaupun meraih ujung lainnya
Bersama kita simpulkan.
Erat, dan semakin kuat saja ikatannya
Hingga akhirnya kita menjalani sebuah episode penuh cita, cinta dan cerita
Terbingkai dalam manisnya PERSAHABATAN!
Rentetan janji kita ikrarkan…
Tuk mensketsa jalinan ini dalam derasnya arus sang waktu
Kala hati tak ada senang
Kau pancarkan setitik terang
Di saat hati tersiksa
Kau ubahnya jadi tawa
Kau pancarkan setitik terang
Di saat hati tersiksa
Kau ubahnya jadi tawa
Indah keindahan dalam duniaku
Tak seindah melepaskan tangis di pundakmu
Tak seindah melepaskan tangis di pundakmu
Di kala hati ini terluka…
Engkau ada laksana cahaya
Penerang langkah tertatihku
Kuatkan pijakanku…
KEHIDUPAN telah menempaku dengan tangan besarnya, hingga aku tak lagi merasa takut…
Kehidupan telah menyiramku dengan kesejukan mata air yang mengalir dari dalamnya, hingga aku tak lagi merasa kehausan…
Kehidupan telah memberiku DIRIMU, SAHABAT-SAHABATKU dengan CINTA sepenuhnya, hingga aku merasa BAHAGIA
Sampai akhirnya, kita hanyutkan kisah kita pada untaian takdir
Hingga bermuara pada masa depan…
Dan kini, kan segera aku kayuh kembali PERAHU IMPIANKU
Sahabat…
Ceria ini kan selalu mengembang bersama untaian senyummu
Kebersamaan karena CINTA
Berbalut lembutnya KASIH SAYANG…
TERIMA KASIH, SAHABAT!
“Setiap yang datang pasti akan pergi, hanya waktu yang membedakan antara awal dan akhir. Semua adalah indah, tergantung dari sudut pandang mana kita menilainya…”
[Keisya Avicenna, lembar ke-20 bulan ke-10. Terima kasih Mbak, ada nama “NORMA” dan PELANGI di halaman 70. Hihi… *numpangkeren.wkwkwk]
Sedikit catatan Keisya Avicenna:
“Cukuplah setiap kenangan yang telah kita tanam, akan menjadi kenangan yang tumbuh subur, menyemaikan benih-benih cita, cinta, dan cerita di antara kita. Karena kita tak harus di sini, kita tak harus selalu bersama, kita harus melanjutkan langkah ini, mungkin ke tempat yang lain, yang siap untuk kita tapaki. Sahabat, biarkan aliran airmata ini jatuh sesukanya, biarkan dia mengalir, mengucap kata seindah-indahnya. Biarkan dia, karena air mata tak berarti sedih, air mata tak berarti duka, air mata juga lambang bahagianya hati. Biarkan dia menemani kita di hari ini. Biarkan! Karena dia memang hadir untuk ini, menjadi saksi INDAHNYA PERSAHABATAN KITA!” (Ingat, s = v x t!)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna