Foto milik Octaviani |
Every Mom Can Be A Writer!Wow! Kalimat super ngawu-awu, kan? (ngawu-awu is the same meaning with ‘amazing’). Xixixi. Hasil nyomot bahasa planet tetangga. Yupz, itupun yang saya rasakan. Kalimat itu menjadi bab terakhir dari buku karya Dian Kristiani (selanjutnya saya panggil Ce’Dian) dengan judul yang penuh ruh karena ‘based on true story’ : “MOMWRITER’S DIARY”. Buku terbitan Bhuana Ilmu Populer ini layak dan kudu bin wajib dimiliki oleh emak-emak yang notabene pengin mendedikasikan dirinya untuk berkecimpung di dunia tulis-menulis, bahasa kerennya dunia literasi. So, tunggu apalagi? Yang udah punya, diaplikasikan tuh isinya. Yang belum punya, silahkan beli ke toko buku terdekat atau bisa pesan langsung ke penulisnya. Siapa tahu bisa dapat diskon spesial. Hihi. Promosi di awal. Oke, lanjut…
Covernya gue banget!
Dari covernya aja udah mampu memberikan visualisasi keremphongan emak-emak masa kini. Ada gambar karikatur Ce’Dian dengan gaya kenes-nya (baca yang teliti ya, kenes, bukan ngenes. Hihi). Ya, Ce’Dian dengan muka baby face-nya, dengan ciri khas kaca matanya, tampak bergaya dengan settingbagian-bagian dari ‘kesemrawutan’ dunia rumah tangga. Kostum Ce’Dian cukup unik, mengenakan celemek, tangan kiri pegang sotil buat masak, tangan kanan sibuk menarikan jari di laptopnya. Wah… wah… apakah saat menulis buku ini gaya nulis Ce’Dian juga gitu, ya? Hihi. Dan itu semua, gue bangeeet! Terkadang, saat setrikaan udah numpuk, saat isi kulkas udah kosong, saat cucian udah segunung, saat itu pula banyak deadline naskah yang harus segera diselesaikan. Tapi… tapi… di halaman-halaman selanjutnya, khususnya di bab “Manajemen Waktu”,saya kembali berikrar untuk diri sendiri. Salah satu kunci sukses seorang penulis adalah disiplin terhadap waktu. 24 jam dalam sehari harus bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kapan ngurus rumah, kapan harus nulis, kapan manjain diri sendiri, kapan manjain anak mertua, kapan menuntut ilmu, kapan jalan-jalan, hihi… pokoknya sekarang harus lebih disiplin! Titik!
Menulislah, Maka Kau Akan Kaya!
Kalimat provokatif ini benar-benar saya rasakan dan berusaha untuk terus saya perjuangkan. Bab “Menjadi Penulis Sejahtera” di buku “Momwriter’s Diary” ini menjadi salah satu bab favorit saya. Dalam hal ini Ce’Dian bagi-bagi tips agar karya-karya kita bisa terus diterima, oleh media, penerbit, dan juga pasar. Uhuy, resep yang cespleng banget dah! Setelah membaca buku “Momwriter’s Diary” ini pun sedikit demi sedikit ke-32 tips Ce’Dian itu saya lakukan. Alhamdulillah, saya sudah berhasil menyusun beberapa outline bakal calon buku saya plus lagi asyik nulis naskah buku yang dijadwalkan terbit Desember 2014 nanti. Hatur nuhun, Teteh… *eh, malah ganti Sunda bahasanya. Ce’Dian kan berwajah oriental (xixixi), seharusnya ngomongnya gini, “Ganxie nin, yinwei nindezuopin neng rang wo dedao geng duode linggan…” Artinya apa hayo??? *nggak perlu buka kamus ‘Bahasa Panda’, terus saja baca tulisan saya ini.
Ya, menulis bisa bikin kita kaya dan sejahtera. Kaya dan sejahtera dari segi materi (jadi pundi-pundi uang maksudnya, yups jadi penulis kudu matre, matre yang positif tentu saja!) juga kaya dan sejahtera dari segi spiritual.
Ce’Dian menyuntikkan semangatnya dengan sebuah kalimat saat temannya bertanya kenapa Ce’Dian bisa produktif sekali dalam menulis. Apa jawaban Ce’Dian? Anda penasaran? Saya juga! *Ups, nggak usah kepo-kepoan segala, karena di buku ini dengan jujur Ce’Dian menjawab pertanyaan itu, “Bayangkan saja uang yang akan kamu terima. Pasti produktif!” Sumpah, dan itu yang sekarang saya lakukan. Bayangkan saja, jika karya kita banyak, semuanya bisa jadi best seller, banyak yang beli, diundang kemana-mana buat ngisi seminar atau bedah buku, whuaaa… bakalan tebel tuh dompet! Eits, tapi tetaplah jadi penulis yang rendah hati, suka menabung, dan ringan tangan dalam membantu sesama. Ada kepuasan batin saat karya kita pun mampu memberikan inspirasi bagi orang lain. Coba bayangin, jika satu kalimat saja bikin orang lain jadi lebih baik, berapa tabungan pahala kita yang bakalan Allah SWT kasih. Bahkan jika kita mampu bersedekah lebih banyak dari hasil penjualan buku kita. Wah, Allah SWT bakal makin sayang sama kita! Akhirnya, nggak pa-pa jadi ‘penulis matre’ asalkan kita niatkan untuk ibadah. *pasang tampang paling alim.
Buku super komplit gaya emak-emak
Selanjutnya, bab yang saya suka itu bab agak pungkasan, “Tanya dongg…” Question sama Answer-nya banyak yang bikin ngakak tapi sarat akan ilmu. Saya sukaaa!
Ke-keren-an buku ini selanjutnya adalah pada setiap pergantian bab ada selipan komik satu halaman yang asli bikin ngikik salto-salto. Komik dengan tokoh keluarga Ce’Dian sendiri. Banyak adegan seru, aneh bin ajaib. Hihi. Baca aja sendiri, yaw!
Penampakan komik yang lucu bingiiitz! |
Ce’Dian pun menyertakan bonus daftar nama majalah/koran lengkap dengan alamat pengiriman naskah plus jenis naskah yang dibutuhkan. Chipiriliii banget dah!
Hmm, meminjam judul buku Pak Bambang Trim, “Tak Ada Naskah yang Tak Retak”, di buku “Momwriter’s Diary” ini pun pasti mempunyai kekurangan. Satu hal yang cukup membuat saya syok (hihi lebaaay!), di buku ini tidak ada daftar isinya. Saya sadarnya saat mau baca lagi. Jadi, ketika saya ingin membaca ulang, saya harus membuka satu demi satu untuk mencari bab yang saya ingin baca saat itu. Karena terkadang, gaya membaca saya ‘gaya kodok’ yang suka melompat-lompat tergantung kebutuhan. Tapi, nggak pa-pa ding, kan buku ini memang sengaja dibentuk layaknya diary(catatan harian). Saya juga suka menulis catatan harian sejak kuliah dulu bahkan sampai sekarang dan saya nggakpernah ngasih daftar isi di buku catatan harian saya. Hihi *nabok pantat kucing tetangga. Selain itu, ada beberapa tulisan typo:
ü Halaman 29 : baris ke-13 dari atas, boros kata “ilmu” pada kata “ilmunya ilmu” yang seharusnya kata “ilmu” tidak perlu ada.
ü Halaman 64 : penulisan kata “saya” pada baris ke-9 dari atas, seharusnya “aku”. Biar konsisten dengan kalimat sebelumnya yang menggunakan kata “aku”.
Overall, buku “Momwriter’s Diary” ini memberikan warna tersendiri di kancah perbukuan yang dapat dikonsumsi dan dinikmati oleh emak-emak. Bisa melepas beragam penat sekaligus membangkitkan semangat. Ce’Dian menuturkan setiap kisah dan pengalamannya menjadi seorang penulis profesional secara lengkap dengan bahasa yang santai, kriuk-kriuk,komplit dengan beraneka tips dari cara menemukan ide sampai naskah bisa diterbitkan jadi buku serta melakukan promosi biar buku kita makin laku. Wow! Mantap pisan, euy!
Akhirnya, ayo terus menulis, terus mengasah keterampilan agar tulisan kita menjadi lebih berkualitas dan janganlah cepat berpuas diri. Ce’Dian sudah bisa membuktikan bahwa semua orang bisa menjadi penulis profesional, termasuk ibu rumah tangga. Ce’Dian, ibu rumah tangga dengan dua anak keren-keren nan cakep-cakep, Edgard dan Gerald, pasti memiliki keremphongan aktivitas kerumahtanggaan yang bejibun dengan segala tetek bengeknya. Tapi Ce’Dian berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menjadi Ce’Dian yang sekarang, seorang ibu rumah tangga profesional sekaligus penulis profesional, dan pastinya Ce’Dian akan terus berjuang untuk menjadi lebih baik, saya yakini itu. Hmm, Ce’Dian aja bisa berjuang dengan totalitas hingga menjadi penulis profesional! Sudah lebih dari seratus buku anak yang ditulisnya, belum lagi buku remaja, dan karya-karyanya yang lain. Keren bingiiitz, asli bikin ngileeer! Nah, sekarang giliran kamu! Ya, kamuuu! *nunjuk muka sendiri.
“Terima kasih karena karya Cece’ telah menginspirasi saya untuk semakin produktif dalam berkarya…”
Peluuuk dan sun sayang… muach-muach-muach…
[Keisya Avicenna]
Twitter : @keisyaavicenna
FB : Norma Keisya Avicenna
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna