Semarang, 12 Februari 2016
Teruntuk
Macis, suamiku tercinta
di
istana cinta kita, DNA.
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Apa kabarmu hari ini,
suamiku tersayang? Semoga senantiasa dalam payung kasih dan rahmat-Nya. Bersama
surat cinta ini, izinkan istrimu mensejajarkan huruf demi huruf yang akan
merangkaikan kalimat yang sarat rindu untukmu. Rangkaian kalimat yang semoga
menjelma kehangatan yang akan selalu memelukmu dan menciptakan kebahagiaan tak
terkira dalam hatimu. Semoga…
Suamiku yang darimu
aku semakin memahami makna cinta, bagiku, tidak ada Hari Valentine atau Hari
Kasih Sayang yang khusus dirayakan setiap 14 Februari karena setiap hari adalah
waktu yang tak akan pernah aku sia-siakan untuk mengungkapkan rasa sayangku
padamu. I love you, Cinta…
Suamiku, sejenak aku
ingin mengajakmu memutar waktu, saat kalender sampai di tanggal 10-11-12, 10
November tahun 2012 silam. Bagiku, hari itu menjadi hari pahlawan yang
bersejarah. Kau bagaikan pahlawan yang menyelamatkanku dari jerat masa-masa
kesepian, masa-masa penantian sang pendamping hidup. Hari itu, kau mengucapkan
ikrar janji suci untuk menjadikan diri ini pengantin dunia-akhiratmu.
Belahan hatiku, aku sangat ingat tatapan pertamamu
yang benar-benar memaku jiwaku, hingga mulai detik itu kita mengokohkan sebuah visi surgawi : “Mewujudkan pernikahan sebagai penyempurna agama yang
bukan sekadar untuk mencari bahagia, tapi menuai keberkahan di dunia dan
akhirat, bersama menuju surga-Nya.”
Kekasih halalku, setelah kita menikah, kau
amanahkan semua urusan keuangan rumah tangga kita padaku. Aku jadi manajer
dalam keluarga kecil kita. Kau tetap izinkan aku bekerja meskipun dari rumah.
Ya, rumahku adalah kantorku! Kau sangat mendukungku menjalankan profesiku
sebagai seorang penulis dan guru menulis untuk anak-anak di DNA Writing Club,
juga jualan buku-buku secara online. Dengan demikian, aku pun tetap bisa
berpenghasilan dan uang yang aku dapatkan sebagian bisa aku tabung. Terima kasih, suamiku tercinta. Karena ridhomu adalah surga dunia dan akhiratku.
[*]
Suamiku tersayang,
hingga detik ini aku semakin bersyukur karena Tuhan mengizinkanku memiliki
seorang pendamping hidup yang begitu sabar, pengertian, dan penuh kasih sayang.
Kau benar-benar menjadi sosok pelengkap hidupku, Sayang. Kau sangat pintar
memasak dan cekatan dalam membantuku menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
Betapa beruntungnya aku menjadi istrimu.
Suamiku, tahun ini sudah tahun ketiga kita membina
rumah tangga. Tapi, Tuhan belum mengizinkan “amanah-Nya” hadir di tengah-tengah
keluarga kecil kita. Semoga kau tetap jadi sahabat perjuanganku, ya Sayang.
Sahabat yang akan selalu ada dalam sukaku maupun dukaku Tetap sabar ya, Sayang.
Kita akan terus berjuang bersama, teriring doa yang senantiasa melangit
untuk-Nya. Semoga buah cinta kita segera Tuhan titipkan di rahimku, dan kelak
tangis dan celotehnya akan semakin memberi warna dalam kehidupan rumah tangga
kita. Aamiin.
Kekasihku tercinta, bagiku ini adalah episode
perjalanan hati, saat diri merasa tidak ada satupun
yang luput dari perhitungan-Nya. Semuanya sudah diatur dengan sangat rapi dan luar biasa! Sayang, tidak perlu ada rasa khawatir yang berlebih atau
kegalauan yang menghebat. Marilah kita jalani semuanya dengan senantiasa
menjaga kebersihan niat, berjuang penuh semangat, selanjutnya kita serahkan
segala kepasrahan diri kepada Sang Kreator Agung. Perjalanan hati akan
mengajarkan hal-hal terindah dalam hidup seperti halnya senyuman sang mentari
yang selalu rela berbagi. Bukankah seharusnya seperti itu, Sayang?
[*]
Biarkan degup jantung kita TEPAT
berpadu karena-Nya
Sebagai tanda tambatan TERBAIK,
akhir dari segala pengembaraan atas nama cinta…
Macis, suamiku tersayang, ingatkah kau dengan
penggalan puisi itu? Puisi 19 bait yang aku beri judul TEPAT dan TERBAIK. Puisi
yang aku jadikan kado terindahku untukmu di hari pernikahan kita.
Pangeran kunci surgaku, bersamamu adalah sekumpulan
kisah penuh warna untuk melukis makna. Bersamamu adalah hari-hari memintal
kesabaran dengan benang-benang keikhlasan untuk banyak hal istimewa yang sudah
Dia janjikan. Ah, aku jadi ingin menulis sebait puisi lagi untukmu…
Cinta,
telah berbilang waktu
Hariku
berlalu bersamamu
Dan
diri ini tak pernah lelah berharap…
Agar
engkau tak pernah jemu
‘tuk
bantu aku menjadi sebaik-baik perhiasan duniamu
Cinta,
engkaulah yang ‘kan mengantarkanku ke taman akhlak yang mulia
Taman
istimewa, taman surga…
Sekian ungkapan cinta dan sayangku
yang aku wakilkan lewat rerentet aksara-aksara ini. Maafkan aku jika sampai
detik ini aku belum bisa menjadi istri yang baik dan shalihah untukmu. Tapi,
aku akan terus berusaha memperbaiki diri setiap waktu.
Salam
rindu dari seseorang
yang
teramat mencintaimu,
Dik Norma
Dik Norma
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna