Batu bara merupakan salah satu
bahan bakar fosil yang berbentuk batuan sedimen yang dapat terbakar dan
terbentuk dari endapan organik. Dalam batu bara terdapat beberapa unsur utama yaitu
karbo, oksigen dan hidrogen. Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan
batu bara di tahun 2009 mencapai 21.13 milyar ton. Namun, jika digunakan secara
terus menerus dapat merusak lingkungan. Berdasarkan info terbaru, Yeni
Sofaeti -yang merupakan salah seorang peneliti di Indonesia- fokus untuk meneliti
pemanfaatan batu bara yang ramah lingkungan.
Di sektor UMKM yang dikembangkan oleh
Yeni tersebut, menghasilkan teknologi batu bara bersih yaitu konversi lewat gasifikasi.
Menurut perhitungan beliau, penggunaan batu bara akan menjadi lebih efisien
jika dibandingkan dengan penggunaan energi fosil. Dari hal tersebut, beliau
memerlukan rancang bangun gasifier batu bara dengan skala yang dibutuhkan oleh
UMKM yaitu sekitar 16-18 liter minyak tanah/jam atau sebanding dengan 12-40 kg
batu bara/jamnya.
Rancang tersebut di Bandung sejak
2010 dan bekerjasama dengan puslitbang Tek MIRA ataupusat penelitian dan
pengembangan teknologi mineral dan batu bara. Rancangan yang dibangun tersebut
yang didasari akan permintaan dari industri kecil yang menginginkan suatu
energi alternatif yang nyaman, bersih dan ekonomis, maka rancang bangun dikenal
dengan nama Gas Min. Penelitian batu bara tersebut juga dilakukan berdasarkan
pada penelitian sebelumnya yaitu mengenai teknologi dari tungku briket batu
bara untuk UKM.
Walaupun telah menciptakan rancang
bangun yang disebut dengan Gas Min tersebut, namun info terbaru seputar penelitian tersebut yang
dilansir oleh salah satu portal online di Indonesia mengemukakan jika
penelitian masih menyisakan permasalahan terhadap kenyamanan serta lingkungan
meskipun memiliki harga yang cukup ekonomis. Penelitian tersebut juga merancang
sebuah raktor gasifier tipe up draft yang memiliki dimensi diameter 25 cm,
tinggi 60 cm, kapasitas 2-5 kg per jam batubara. Dari pembakaran tersebut,
dihasilkan bahan bakar gas yaitu CO, H2 dan CH4 yang akan dialirkan melalui
pipa ke burner UKM atau ke dapur.
Teknologi gasifikasi batu bara atau
biomasa sebenarnya telah dikenal terlebih dahulu di industri yang besar namun
untuk tingkatan UKM, khususnya yang ada di Indonesia, teknologi tersebut masih
belum dikenal baik oleh masyarakat. Karena belum sempurna, banyak permasalahan dari
teknologi gasifikasi batu bara tipe up draft dan permasalahan utama adalah
seringnya abu yang meleleh disebabkan karena pembakaran tinggi dan kemudian
mengeras sehingga proses dari gasifikasi terganggu atau yang disebut juga
dengan slagging.
Jika dilihat dari efisiensi dan
hematnya biaya, teknologi Gas Min tersebut cukup bersih dan efisien. Inovasi Gas
Min tidak hanya termasuk ke dalam proses gasifikasi namun juga pembakaran gas
dengan melalui inovasi burner yang disesuaikan berdasarkan pada karakteristik
gas bakar. Pengujian akhirnya dilakukan di tahun 2011 di NTB dan teknologi dari
Yeni tersebut digunakan untuk memanggang daun tembakau di dalam oven. Hasilnya,
gasifier dari alat tersebut dapat bersaing dengan bahan bakar yang lainnya
misalnya minyak tanah dan kayu bakar.
Pengajuan dilakukan kembali
setelah dikembangkan di tahun 2012-2013 untuk skala 20 kg/jam dan menggunakan
pilot project di Palimanan, Jawa Barat. Gasifier tersebut juga berhasil untuk menghasilkan
gas CO, H2 dan CH4 yang
dapat digunakan sebagai gas mesin pengganti bbm. Info terbaru dari penelitian yang dilakukan Yeni
tersebut, Balitbang Tek MIRA telah menjalin kerjasama antara pengembang Gas Min
dengan Badan Litbang Inovasi Sumatra Selatan untuk proses pengeringan kopi yang
ada di Kabupaten Lahat. 2015, Gas Min diimplementasikan di peleburan alumunium
dan industri dengan boiler, Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna