Jumat,
27 Januari 2017
Semua pasangan yang menikah tentu mendambakan
keluaraga sakinah, mawaddah, wa rohmah. Maka, merealisasikan motto BAITI JANNATI (Rumahku Surgaku) pasti
menjadi impian setiap pasangan suami-istri. Komunikasi antara suami-istri
menjadi salah satu bagian yang sangat penting dalam mewujudkan impian itu. Karena
komunikasi adalah sebuah kebutuhan. Dengan komunikasi, kita akan mampu
mengekspresikan apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, kita juga dapat
memahami cara pandang pasangan kita. Selain itu, kita juga akan mampu berempati
ikut merasakan kebahagiaan/kesedihan pasangan, juga bisa saling bertukar
informasi. Namun seringkali, dalam kehidupan berumah tangga, komunikasi lebih
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan psikis daripada tujuan informatif.
Saat seorang suami menceritakan kisah masa
kecilnya, bisa jadi semua informasi dalam nostalgianya itu sudah kita ketahui
dengan jelas, karena begitu seringnya suami menceritakan kisah masa kecilnya
itu. Akan tetapi, persoalannya bukan pada substansinya semata, namun lebih
kepada bagaimana memperhatikan dan diperhatikan, lebih kepada kebutuhan untuk
didengar dan mendengarkan. Apakah kita telah menjadi pendengar yang baik?
Kami biasa saling bercerita kalau tidak sebelum
tidur, ya setelah Subuh (usai aktivitas mengaji selesai), atau saat jalan-jalan
pagi.
Hari ini (setelah aktivitas ba'da Subuh usai), saya bersandar di tempat tidur, suami duduk di sebelah saya, sambil sesekali mengelus perut saya. Suami lalu bercerita tentang “proyeknya” bulan
ini. Alhamdulillah, ada dua target yang Allah izinkan untuk terpenuhi. Suami
menceritakan kilas balik proses yang beliau lakukan untuk mencapai target itu. Saya
pun belajar tentang semangat dan pantang menyerah dalam mencapai sesuatu dari
kisah itu. Saya mendengarkan dengan seksama dan menyampaikan ungkapan bahagia
dan rasa syukur. Sedangkan saya, menyampaikan kondisi fisik saya di usia
kehamilan 32 minggu ini. Kaki mulai sering terasa pegal terutama ketika bangun
tidur. Maka dari itu, saya selalu meminta suami untuk memijit kedua kaki, tangan
dan punggung setiap pagi. Kami pun melanjutkan bahasan seputar persiapan
persalinan, rencana mencari rujukan ke dokter keluarga, dan persiapan “cuti
kerja” saya dari DNA WRITING CLUB yang selama ini saya kelola, yang dalam waktu
dekat akan saya limpahkan sementara kepada adik-adik mahasiswi UNDIP untuk
dikelola.
Dan hari ini, kami berdua belajar untuk menjadi PENDENGAR YANG BAIK dan inilah perubahan yang ingin
saya buat dalam berkomunikasi. Tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan psikis
untuk melepaskan ganjalan di hati, namun berusaha menjadikan komunikasi dengan
suami lebih efektif, produktif terbuka, dan informatif.
#hari1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
#kuliahbunsayiip
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna