Rabu, 1 Maret 2017
MELATIH KEMANDIRIAN#1 : MENJADI ISTRI YANG "MANDIRI FINANSIAL"
Menurut Ust. Tri Asmoro Kurniawan, secara umum manusia itu nyaman dengan kebiasaan-kebiasaan, maka satu hal yang sering dikhawatirkan adalah adanya fase-fase perubahan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru. Dan pernikahan adalah fase perubahan dari kebiasaan-kebiasaan masa lajang menuju kebiasaan-kebiasaan rumah tangga.
MELATIH KEMANDIRIAN#1 : MENJADI ISTRI YANG "MANDIRI FINANSIAL"
Menurut Ust. Tri Asmoro Kurniawan, secara umum manusia itu nyaman dengan kebiasaan-kebiasaan, maka satu hal yang sering dikhawatirkan adalah adanya fase-fase perubahan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru. Dan pernikahan adalah fase perubahan dari kebiasaan-kebiasaan masa lajang menuju kebiasaan-kebiasaan rumah tangga.
Nikah
adalah kemandirian. Sepasang suami istri hendaknya tidak terlalu menggantungkan
dirinya pada orang lain seperti teman, saudara atau orang tua. Meskipun
pengertian mandiri
bukanlah berarti hidup sendiri tanpa membutuhkan campur tangan orang lain. Tetap
saja dibutuhkan peran orang lain dalam porsi sewajarnya. Mengingat manusia
adalah mahluk sosial yang saling bersimbiosis mutualisme. Demikian halnya dalam
kehidupan berumah tangga, kewajiban mencari nafkah memang ada di pundak suami,
tapi tak ada salahnya istripun berupaya untuk tetap mandiri dari segi
finansial.
Ini yang sejak awal juga saya
komunikasikan kepada suami. Saya minta pendapatnya tentang istri yang bekerja
di luar rumah. Setahun pertama kita menikah, saya masih berstatus sebagai “istri
pekerja”, meskipun jam kerjanya hanya siang sampai jelang Isya’ karena saya
ngajar di bimbingan belajar. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk resign. Saya
dan suami pun sering terlibat obrolan, apa yang bisa saya lakukan dengan
menjadikan rumah sebagai kantor, tetap bekerja meskipun dari rumah, tetap
berpenghasilan meskipun dari rumah. Akhirnya tercetuslah ide dan kami
mendirikan sebuah bimbingan belajar dan tempat pelatihan menulis untuk
anak-anak dan remaja : DNA WRITING CLUB. Alhamdulillah, jatuh bangun kami
memulainya. Dari yang awalnya 1 murid, 3 murid, bertambah jadi 5 murid,
sekarang sudah lebih dari 50 anak.
Suami yang bekerja sebagai pegawai
swasta benar-benar menjadi supporter dalam proses pengembangan DNA. Sampai
sekarang pun, saya masih terus belajar untuk mengatur keuangan rumah tangga. Penghasilan
yang saya dapatkan pun lumayan. Bisa saya tabung dan untuk keperluan pribadi
saya (misal untuk beli buku yang saya inginkan, tanpa harus mengusik uang
belanja atau meminta suami).
Kemandirian memang bukan perkara yang mudah, namun banyak cara
untuk memupuk karakter tersebut, salah satunya dengan menggali potensi diri
dalam berkreativitas. Saya menemukan potensi diri saya : MENULIS dan MENGAJAR.
Maka, lahirlah DNA WRITING CLUB dan karenanya saya berusaha menjadi seorang
istri yang mandiri dari segi finansial
dengan terus mengasah skill yang saya miliki. Karena pada dasarnya, setiap
permasalahan memerlukan kemandirian dan cara–cara yang kreatif untuk menyelesaikannya.
Semakin banyak permasalahan yang bisa diatasi dan semakin besar kebutuhan yang
harus dipenuhi, maka semakin terasahlah kreativitas dalam diri seseorang.
Semoga…
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna