Aku
mengenalmu sudah lama. Saat Ibuku menuntunku mengejamu satu demi satu...
QWERTYUIOPASDFGHJKLZXCVBNM.
26
aksara yang ajaib! Izinkan detik ini aku kembali mengakrabimu. Mensejajarkanmu,
satu dengan yang lain menjadi untaian kata yang berpadu. Mencoba tegak berdiri,
bersejajar dan saling menguatkan. Hingga tercipta rangkaian kalimat yang apik
yang sarat akan makna, kaya akan hikmah. Aksaraku, izinkan tulusku mencintaimu.
Hingga jiwaku terlelap bersama cinta dalam goresan pena :
“Dari Tinta jadi Cinta…”
Ketika
aku memutuskan “Pena adalah daya juangku”
dan “Aksara adalah pasukan yang setia
mengiringinya”, “menulis adalah passion-ku”, lalu aku
tetapkan alasanku untuk selalu mencintai mereka, tulus tanpa syarat…
Dan
inilah 11 ALASANKU MENCINTAI AKSARA
Menulis
adalah menjadikan setiap aksara bermetamorfosa menjadi dzarrah kebaikan [Keisya
Avicenna]
Kalimat
ini merupakan motto hidup ketika aku harus bertanya kepada diri sendiri:
“mengapa aku harus menulis?” dan “untuk apa aku menulis?”. Harapan besarku,
ketika menulis, aku mampu menjadikan aksara-aksara itu menjadi untaian kalimat
yang sarat manfaat, khususnya buat diri sendiri terlebih untuk orang-orang yang
membaca tulisanku.
Menulis
untuk mendokumentasikan hidup.
Salah
satu kegiatan menulis yang aku suka adalah menulis catatan harian yang kuberi
nama “[NO]stalgia [R]o[MA]ntic”. Dengan menulis catatan harian, aku dapat
mengasah kemampuan dalam memilih kata, sarana meluapkan emosi, wadah untuk
melakukan evaluasi, memperkaya jiwa, mengasah kepekaan jiwa, mendewasakan
emosional, dan yang paling penting untuk mendokumentasikan hidup. Setiap hari
yang terjadi dalam hidup kita pasti ada pesan-pesan rahasia yang telah Allah
SWT titipkan, dan kita harus pandai dan bijak dalam mengambil hikmah. So, saatnya
aku belajar mengikat ilmu dengan menuliskannya!
Menulis
sebagai panggilan jiwa.
Semuanya
bermula dari hati, dari dalam jiwa kita. Aku ingin menjadikan aktivitas menulis
sebagai aktivitas yang bermula dari jiwa, aktivitas yang ketika aku tidak melakukannya,
aku serasa “mati”. Karena menulis sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan
dalam jiwaku, dalam hidupku, dalam duniaku. Dengan bergabung di komunitas
menulis bahkan tengah berjuang dalam sebuah komunitas kepenulisan (DNA Writing
Club), aku yakin, aku akan terus bisa “hidup” dan terus bersemangat untuk
meningkatkan KUALITAS dan KUANTITAS tulisanku.
Menulis
untuk menciptakan kebahagiaan
Kebahagiaan
itu tidak dicari, tapi kita sendirilah yang menciptakan kebahagiaan itu.
Kebahagiaan yang tidak hanya untuk kita nikmati sendiri tapi kebahagiaan yang
bisa kita bagi hingga orang lain pun turut merasakan kebahagiaan itu.
Menulis
: menata aksara warnai dunia!
Rangkaian
tulisan bisa menjadi jembatan harapan, kehendak dan inspirasi tiada henti.
Berjuta cerita telah dengan sukses diabadikan dengan indahnya tulisan. Beribu
tokoh terlahir dengan kepiawaiannya bercerita melalui tulisan. Pesan dan
cita-cita mengalir setiap saat dengan sekian banyak tulisan yang dibaca manusia
di seantero dunia. Hmm, indah dan dahsyatnya sebuah tulisan!
“Tidak
begitu penting menjadi terkenal dengan menulis lebih penting menjadi terampil
dan bisa memberi banyak manfaat banyak melalui tulisan kita”
(Pesan Mas Koko Nata saat Upgrading Nasional FLP tanggal 4-6 Februari 2011).
Sebaik-baik
manusia adalah yang paling banyak manfaatnya. Dan aku ingin menjadi manusia
yang bermanfaat, bisa menginspirasi banyak orang, memberikan pencerahan dengan
kekuatan kata-kata dalam tulisan.
“Norma…amal
jariyahmu akan kamu bawa mati, maka MENULISLAH!!!”
(Pesan Mbak Sinta Yudisia saat Upgrading Nasional FLP tanggal 4-6 Februari 2011)
Pesan
Mbak Sinta semakin menguatkan azzamku –kala itu- untuk lebih sungguh-sungguh
dan serius lagi di “jalan pena”, hingga kini.
Sebuah
perwujudan DNA. Dream ‘N Action! Karena menulis bukan kegiatan main-main :
a.
Menggunakan dasar ilmu
b.
Menggunakan niat yang kuat
c.
Menggunakan hasrat/passion yang terarah
d.
Menggunakan strategi yang jitu
Salah
satu impian yang pernah aku tulis di DREAM BOARD : menjadi WRITERPRENEURSHIP! Impian ini mulai menjejak nyata di November 2013
lewat DNA.
Ya,
semula memang bermula dari IMPIAN dan aku akan berusaha untuk merealisasikan
impian-impianku selanjutnya.
Menulis
adalah jalan pengembangan diri
Apakah
satu buah tulisan yang telah dimuat sudah mencukupkan diriku untuk terus
belajar? Lalu menganggap diri ini sudah bisa menulis, kemudian menutup mata
dari kenyataan bahwa satu tulisan saja tidak cukup untuk menjadi sebuah proses
pembelajaran. Bahwa setiap tulisan yang gagal muat sebenarnya mengandung
pelajaran bahwa aku tidak seharusnya mengulang kesalahan yang mungkin kubuat
ketika menuliskannya. Bahwa seharusnya aku bisa lebih banyak menulis untuk
meningkatkan kemampuan. Bahwa pada saat itu aku terpaku untuk melihat peluang
hanya pada satu titik saja.
Aku
mungkin lupa, bahwa setiap keberhasilan memiliki jalannya sendiri-sendiri. Ada
yang mulus, sekali dua kali percobaan langsung berhasil, karena mungkin
dikaruniai bakat dan kemampuan yang baik dalam hal itu. Namun ada juga yang
penuh liku, bahkan proses itu begitu panjang hingga harus melewati berkali-kali
kegagalan. Aku mungkin lupa, bahwa setiap kegagalan memiliki hikmahnya
sendiri-sendiri. Dan setiap kali dapat merenungi sebuah kegagalan, aku akan
mendapatkan kesegaran dan semangat baru untuk memperbaikinya dan melakukan hal
tersebut lebih baik lagi.
Saatnya
BELAJAR, BELAJAR dan TERUS BELAJAR untuk menjadi pribadi yang LEBIH BAIK dan
LEBIH BAIK.
Karena
bagiku, menulis adalah proses pembelajaran dan perbaikan diri.
Karena
MENULIS ADALAH NIKMAT TERINDAH (Belajar dari Mas Gola Gong)
Mas
Gola Gong yang punya keterbatasan secara fisik saja bisa, aku yang
Alhamdulillah mempunyai fisik sempurna seharusnya mampu meneladani sosok
beliau. Mas Gong, you’re my best teacher!
Di
penghujung celoteh aksara #CenungMerenung ini, perlu kita ketahui bahwa hambatan
pertama ketika menulis sering karena kurang kemampuan menangkap IDE SECARA
KREATIF. Hambatan kedua sering karena tidak tahu METODE EKSEKUSI IDE. Hambatan
ketiga karena memikirkan KETAKUTAN yang belum tentu terjadi. Hambatan keempat
karena merasa HARUS SEMPURNA. Dan hambatan utama adalah… TIDAK PERNAH MEMULAINYA.
Karena aku tidak ingin ketika jatah
hidupku di muka bumi ini sudah habis, orang-orang hanya mengenal biografi
hidupku dalam 3 kalimat : nama,
tanggal lahir, dan tanggal wafat. Karena itu, aku
ingin meninggalkan warisan yang semoga bisa bermanfaat untuk umat, salah
satunya dengan MENULIS!
Alhamdulillah, atas izin-Nya lahirlah satu karya ini "BEAUTY JANNATY" |
Dari Tinta Jadi Cinta…
So, tunggu apa lagi? MENULISLAH dan CIPTAKAN SEJARAH!
saya suka deh quote "dari tinta jadi cinta"
ReplyDeleteMasyaallah tulisan Mba nungma bikin semangat. Menginspirasi sekali. Alhamdulillah dapet kesempatan dr Allah kenal orang2 hebat dr IP, termasuk mba nungma.
ReplyDelete