“Enggak perlu iri dengan kemudahan yang didapatkan oleh orang lain, Sayang. Kalaupun mau iri, irilah pada mereka yang bisa bertahan dalam kesulitan. Kemudahan bisa dimiliki siapa saja. Allah yang Maha Adil sudah menjatahkan kita kemudahan di urusan yang berbeda-beda. Mungkin dalam hal ini, itu memang bukan jatah kamu untuk mendapatkannya. Hidup ini berputar kan, begitu juga dengan kemudahan dan kesulitan. Kitanya aja yang suka lupa, makanya suka ngeluh kalau dikasih kesulitan. Padahal kesulitan dan kemudahan itu adalah keniscayaan dalam hidup. Selalu akan kita temui. Hanya menunggu giliran saja. Kalau enggak dikasih kesulitan, gimana caranya kita belajar sabar, gimana bisa kita menjadi kuat. Kesabaran dan kekuatan itulah yang akan didapatkan oleh mereka yang bisa bertahan dalam kesulitan, bukan mereka yang bersuka cita dalam kemudahan.""Percayalah, Allah selalu berpihak pada orang-orang yang sabar, Sayang. Jadi bersabarlah atas segala kesulitan, sabar dengan sebaik-baiknya kesabaran, niscaya Allah akan memaniskan akhirnya. Kalaupun kita diberi kemudahan, cukup kita simpan dalam ruang syukur kita saja, sebagai ungkapan terimakasih atas kebaikan dan pertolangan Allah. Atau jika berkesempatan, terjemahkanlah terimakasih itu dengan turut memudahkan urusannya orang lain.”___ Serial Ayah-Bunda, Nazrul Anwar
Plak!
Serasa tertampar dengan 2 paragraf di atas yang tanpa sengaja aku temukan di
folder “BANK INSPIRASI”. Sebagai manusia –memang manusiawi- sekali ketika
muncul rasa iri atas pencapaian orang lain –tanpa mungkin kita melihat
berdarah-darahnya perjuangan mereka sebelumnya. Terkadang rasa itu masih suka
muncul, merasa rumput tetangga lebih hijau. Ya, karena hakikat hidup itu kan
sawang-sinawang. Ketika rasa itu muncul, diri ini akan –memaksakan diri- untuk
tertunduk diam dalam lantunan istighfar. Ah, ini karena aku kurang bersyukur.
Padahal begitu banyak nikmat dan rezeki yang telah Allah karuniakan padaku
sampai detik ini.
Dan
inilah diary syukurku…
==============================================
Jumat, 9 Maret 2018
Hari
ini aku sangat bersyukur karena…
Aku
diberikan kesempatan untuk on air di
sebuah radio dengan penyiar yang cukup ngehits, Kak Odi dan Kak Febi. Yups, di
Imelda FM 104.4. Aku, Kak Septi, Nala, dan Bu Farida diberikan waktu 1 jam
untuk sharing tentang DNA WRITING CLUB. Rasanya senang sekali.
Aku
mendapatkan kesempatan ngomong pertama kali, menceritakan apa itu komunitas DNA
WRITING CLUB juga sejarahnya. Selanjutnya Kak Septi, selaku mentor DNA (hayo,
apa bedanya tentor dengan mentor?) berbagi pengalamannya saat
menghadapi anak-anak dan mendampingi mereka untuk berkarya. Sedangkan Nala
bercerita tentang betapa asyiknya dia belajar menulis di DNA hingga akhirnya
bisa melahirkan sebuah buku yang diterbitkan dan bisa dibaca banyak orang. Bu
Farida pun memberikan testimoni yang luar biasa untuk DNA. Kurang lebih, Bu
Farida menyampaikan ini,
“Sebelum gabung di DNA, anak saya memang suka nulis, tapi nggak tahu mau diapain tulisan itu. Maklum, mamanya awam dunia tulis menulis. Setelah gabung dengan club DNA, jadi tahu proses menulis yang benar, terus dikirim ke penerbit sampai menghasilkan sebuah buku. Yang pasti, dengan gabung DNA, benar-benar membantu meningkatkan kepercayaan diri anak karena secara nggak langsung potensi anak jadi makin terlihat. Bahkan salah satu psikolog di Surabaya –yang menangani Nala-, waktu itu mengatakan bahwa kegiatan menulis yang diikuti Nala bersama komunitas ini secara tidak sengaja menjadi salah satu terapi buat Nala. Nala mempunyai gangguan belajar spesifik (disleksia). Sehingga kekurangan dalam menulis dan menyusun kalimat sekarang ini jadi lebih baik. Selain itu, dengan bertemu teman-teman di komunitas dan pengungkapan perasaan lewat tulisan juga membantu Nala mengurangi kecemasannya.”
Masya
Allah, terharu rasanya mendengarkan penuturan Bu Farida. Dengan testimoni
seperti itu membuat diri ini semakin terlecut semangatnya untuk menjadikan DNA
sebuah komunitas yang lebih baik bahkan semoga lebih bermanfaat lagi ke
depannya. Selain itu, ada juga testimoni dari Bu Dhian –yang dikirim via WA ke
Imelda-. Bu Dhian ini mamanya Khansa. Khansa adalah murid pertama DNA. Khansa
pun turut andil dalam “membesarkan” nama DNA.
“Alhamdulillah, menemukan wadah bernama DNA WRITING CLUB, untuk mengasah kemampuan menulis Khansa. Dengan Bu Norma, Khansa menemukan tempat bertukar pikiran sehingga bisa menuangkan idenya dengan lancar dalam sebuah cerpen dan novel. Semangat berkarya penulis cilik hebat!”
Ya,
Khansa dan Bu Dhian menjadi saksi bagaimana kami berkolaborasi dalam sebuah
perjuangan. Bahwa berdiri dan berkembangnya DNA tidak bisa terlepas dari peran
orang tua sebagai sebuah “support system” yang memiliki andil besar membangun
budaya literasi di rumah.
Oh
ya terima kasih untuk Kak Febi, Kak Odi, dan Tim Imelda FM yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk on air. Sukses selalu buat semuanya.
Ya
Rabb, betapa kerennya hari ini…
Betapa
istimewa hari-hari yang telah Engkau rancang untuk hamba-Mu ini. Alhamdulillah.
Segala puji bagi-Mu. Dan tak lelah diri ini mengeja pinta semoga amanah-amanah
baru di DNA, Engkau berikan hamba kemampuan dan kemudahan untuk menunaikannya.
Aamiin.
Mejeng bersama sebagian karya anak-anak DNA WRITING CLUB |
Foto dulu sebelum on air |
DNA |
Alhamdulillah ya mbak. Semakin kita bersyukur. Allah akan terus tambah nikmatNya. Aamiinn sukses selalu mbak dengan DNA writingnya
ReplyDeleteKeren euy DNA-nya bisa mencetak penulis cilik berkualitas
ReplyDeleteBersyukur adalah kunci kebahagiaan... perasaan iri memang manusiawi, tetapi harus banyak belajar untuk melawan rasa tersebut. Semoga kita adalah golongan orang-orang yang selalu bersyukur.. amiin ^^
ReplyDeleteSaya suka baca paragraf pertamanya... membuat kita bermuhasabah...
ReplyDeleteYa, tak perlu iri dgn pencapaian orang lain, sebab bisa jadi apa yg kecil kita miliki sesungguhnya sangat ingin dimiliki orang lain.
ReplyDelete