Langit masih saja berkeringat saat
pelepah malam mulai menjelma fajar…
Waktu Subuh yang mengalir sebelum malam
berakhir
Sang muadzin bersenandung syahdu…
Menampar mimpi-mimpi para pemboros
waktu
Pengingat ‘tuk segera terjaga dan
mengambil air wudhu
Bermunajat sebelum pagi membuka hari
Saat tiba waktu Dhuha…
Embun perlahan mengering di hamparan
rerumputan
Di kening sajadah kupungut pecahan doa
Ada yang menderas di jiwa, dalam harap
dan pinta…
Saat jiwa tak lagi mengenal lelah
lembaran hari yang berlarian
Saat itu pula bersemayam sebuah
keyakinan:
Tak perlu lagi bertanya tentang catatan
langit!
Karena pena telah
diangkat
Catatan telah mengering
Takdir
telah dituliskan!
Di altar langit nanti malam, kembali
kubentangkan harapan…
Bulan kan menghiburku dengan senyuman
Bersama gemintang yang berkerlip nan
rupawan
“Pada akhirnya segala
cinta, cita, harapan maupun impian akan tertuju pada satu titik. Membentuk
sebuah oase dimana segala harapan terkumpul. Berharap Sang Pemilik akan selalu
menuntun, memberi petunjuk jalan pada satu irama kehidupan yang sebenarnya,
pada satu cinta yang sesungguhnya, pada satu irama kehidupan yang hakiki.”
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna