Awalnya, saya adalah
seorang penulis diary. Saya sangat suka mengungkapkan isi hati lewat goresan
pena di buku harian. Belajar mengikat makna dan inspirasi yang didapat, yang sayang
jika hanya untuk dikenang sesaat, lalu lenyap begitu saja. Maka, saya
dokumentasikan lewat pasukan aksara, yang bisa saya buka kembali kapan saja,
untuk sekadar menengok masa lalu, melakukan muhasabah diri, juga evaluasi untuk
membuat goresan yang lebih baik pada catatan kehidupan di masa depan. Mungkin
sudah puluhan buku harian saya dan sampai saat ini masih tersimpan rapi.
Bagi saya, menulis
catatan harian dapat membangun dan membentuk sense of art, karena kita
perlahan terlatih berolah kata, sehingga otomatis atau secara refleks, kita
bisa membedakan apakah kalimat yang kita tulis terasa manis disajikan atau
masih membutuhkan polesan. Selain itu, dengan menulis catatan harian dapat memperbanyak
perbendaharaan kosa kata dan memperkaya diksi, sekaligus kita dapat menyimpan
sumber ide terbaik berdasarkan pengalaman kita. Proses menulis bagi saya juga
jalan juang dalam proses pendewasaan. Dari setiap aksara yang terangkai jadi
kata lalu bersejajar menjadi kalimat yang –semoga- berdaya dan penuh makna,
sejatinya itulah proses melihat diri kita sendiri (bercermin) dari masa ke
masa. Nah, salah satu cara saya agar selalu “on
the track” dan selalu semangat menulis adalah bergabung dengan komunitas
kepenulisan, salah satunya Pejuang Literasi.
Perjumpaan
saya dengan Komunitas Pejuang Literasi bermula ketika mendapatkan kesempatan
istimewa dalam Proyek Nulis Buku Bareng. Alhamdulillah, ada 6 buku antologi
yang terlahir, yaitu: Being A New Mom :
Priceless!, Ta’aruf Awal Cinta yang
Ma’ruf, Mommy MPASI, Story of My Wedding, Sedahsyat Doa, dan Antologi Fabel Cerita Anak Liburan Sekolah. Sebagian besar tulisan
saya di antologi ini bersumber dari buku diary yang saya tuliskan sebelumnya,
dipoles sedemikian rupa dan Alhamdulillah bisa dibukukan bersama karya-karya
komandan Pejuang Literasi yang lainnya. Bersyukur sekali rasanya.
Oh ya, secara etimologis,
istilah literasi berasal dari bahasa Latin “literatus”
yang artinya “orang yang belajar”. Literasi merupakan suatu kemampuan seseorang
untuk menggunakan potensi dan keterampilan dalam mengolah serta memahami
informasi saat melakukan aktivitas membaca dan menulis. Literasi
memiliki fungsi penting dalam kehidupan. Kesadaran berliterasi akan
mengantarkan sebuah peradaban pada kedudukan yang terhormat dan bermartabat.
Nah, kan, kecakapan literasi mutlak diperlukan sekarang ini. Literasi
baca-tulis menjadi pemantik utama untuk menumbuhkan kecakapan literasi yang
lain.
Bersyukur rasanya bergabung
dengan Pejuang Literasi yang memiliki semangat “Bertumbuh, Berkarya, dan Berbagi” ini. Pejuang Literasi bagaikan
inkubator yang mengalirkan oksigen bagi para komandan didalamnya, memberikan
nafas kehidupan untuk terus semangat mewariskan karya yang bermakna. Apalagi
ketiga foundernya adalah sosok-sosok wanita tangguh dengan jam terbang
literasinya yang sungguh luar biasa, produktif berkarya dan sarat akan prestasi.
Semoga diri ini pun dapat mengikuti jejak cinta beliau sebagai bagian dari keluarga
Pejuang Literasi.
Akhirnya, mari bersama-sama,
berkolaborasi untuk terus menularkan kebajikan, menjadi agen perubahan lewat
aksara, lewat kata, lewat kalimat, lewat buku, lewat karya nyata yang
bermanfaat, menjadi pribadi yang berdaya. Mari terus bergotong-royong
melakukan praktik baik literasi, salah satunya dengan bergabung bersama para
komandan dan pasukan aksara di Pejuang Literasi.
#pejuangliterasi #kelasBatalyon
#HessaKartika #MisiAsik1
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna