Ytc. Penduduk
Bumi
Oh ya, sebelumnya
aku minta maaf. Aku datang hanya menjalankan tugas Penciptaku. Aku juga minta maaf, karena
lewat aku, banyak yang menjemput takdir terbaiknya: berpulang menuju kehidupan
abadi. Sekali lagi aku minta maaf, jika kehadiranku membuat dunia ini panik,
membuat dunia ini sibuk, atau mungkin muncul rasa cemas juga takut tak berkesudahan.
Sekali lagi, aku minta maaf.
Namun, lihatlah, wahai penduduk bumi… Ketika kalian tidak lagi
berkendara menuju kantor atau sekolah, dan memilih untuk tetap tinggal di
rumah, bumi mengembangkan senyumnya. Udara jadi lebih bersih, tidak begitu sesak
dengan asap kendaraan.
Selain itu, kalian juga lebih dekat dengan keluarga, bukan? Membantu anak mengerjakan tugas
sekolah. Membantu pasangan kalian mengerjakan pekerjaan rumah. Bukankah begitu
indah? Aku
juga sungguh senang, kalian sekarang lebih peduli dengan kebersihan. Lebih
sering cuci tangan dengan sabun.
Kalian juga jadi beribadah bersama di rumah. Membaca kitab suci
kalian bersama keluarga tercinta. Di mana hari-hari sebelumnya mungkin sangat
jarang kalian lakukan bersama keluarga tercinta. Kalian jadi
sering bercengkerama atau ngobrol apapun bersama
keluarga untuk mengisi waktu, yang sebelumnya mungkin jarang, atau bahkan tidak
pernah. Karena kehadiran aku, momen itupun tercipta.
Di malam hari kalian merenung. Betapa kecil dan tak berarti apa-apanya
diri kalian. Kalian sadari itu. Kesombongan yang ada pun runtuh oleh makhluk
seperti aku, yang hanya berukuran nanometer. Kalian pun lebih sadar akan
keagungan Sang Maha Kuasa.
Sikap peduli kalian pun muncul. Meskipun ada social distance dan
tidak bisa pergi ke mana-mana, namun lewat jari dan hape, kalian bisa mengirim
donasi. Hati kalian berempati, tergerak untuk saling membantu kepada yang
membutuhkan. Padahal
tadinya mungkin kalian kurang peduliah bahkan cuek. Namun karena merasa
sama-sama menderita, jiwa sosial itu muncul.
Saat rumah ibadah ditutup, kalian akan sadar, bahkan bertnaya: kapan
terakhir kali mengunjungi rumah ibadah? Ya,
Tuhan sedang menegur kalian lewat kedatanganku. Tuhan kangen banget sama
kalian. Kangen curhatan kalian.
Aku tidak ingin kalian berterima kasih kepadaku. Berterima
kasihlah kepada-Nya.
Surat cinta dariku ini hanya ingin kalian sadar, dunia hanya
sementara, tempat persinggahan, bukan tujuan. Rumah kalian yang sesungguhnya
adalah akhirat.
Jadi jangan sedih jika kalian dilarang pemerintah pulang kampung
gara-gara aku. Itu belum seberapa. Perbanyaklah investasi akhirat, bekal untuk
pulang kampung yang abadi.
Berkat kesadaran akan sementaranya di dunia, kalian tidak lagi
saling menyalahkan. Justru kalian naik level, dari yang tadinya problem finder (penemu masalah) menjadi
problem solver (penyelesai masalah).
Saling bergandengan tangan, bersatu melawan aku. Jujur, aku senang.
Wahai penduduk bumi, kalian dapat salam dari teman-teman virus
yang lain. Inilah saat kalian beribadah
dengan cara kalian dan kami bertugas
juga beribadah, dengan cara sebagai virus ciptaan Tuhan.
Sampai jumpa dariku yang tak tampak mata,
CORONA
***
Surat dari Corona di
atas tersebar bebas di dunia maya, bahkan ada yang versi audio/videonya, entah
siapa penulis aslinya, saya belum berhasil menemukannya. Ini saya tulis kembali
dengan beberapa editan seperlunya. Yup, surat di atas seketika membuat diri ini
#tercenung. Betapa kita sebagai manusia biasa adalah makhluk lemah tanpa daya
di hadapan-Nya. Namun, seringkali kita lalai dan merasa sombong. Merasa segala
yang kita punya, pencapaian prestasi kita, dan kesenangan duniawi lainnya yang
saat ini kita miliki adalah murni kerja keras kita semata, padahal itu semua
adalah bagian dari skenario indah-Nya.
Buku karya Mbak Watiek Ideo dan Mbak Maya tentang Corona |
Dear Corona,
Terima kasih atas
surat yang kamu tulis. Setiap kalimat yang terangkai menciptakan ruang renung
dalam hati ini. Apalagi sebentar lagi Ramadan. Tentu saja, semuanya akan
berbeda karena kami masih harus #dirumahaja sebagai upaya “memerangi” dirimu
yang tak tampak mata. Aktivitas ibadah yang biasanya bisa dikerjakan berjamaah di
masjid, Ramadan tahun ini cukup dikerjakan di rumah. Tarawih, tadarus, TPQ
anak-anak, majelis taklim, pawai takbiran, dll. Semuanya pasti akan sangat
berbeda. Belum menjalani saja, rasa haru itu sudah memenuhi rongga dada.
Dear Corona,
Betapa sedih diri ini
saat mengetahui kabar kalau satu per satu tenaga medis pun berguguran, terakhir
kabar dari 46 tenaga medis RSUP dr.Kariadi yang tes swabnya menunjukkan hasil
positif. Semua bermula karena ketidakjujuran pasien. Ya Rabb… tidak habis pikir
dengan ulah pasien yang seperti ini. Kalian sungguh berdosa besar!
Untukmu para tenaga
medis, terima kasih tak terhingga saya ucapkan. Insya Allah, hadiah syahid
karena engkau adalah pahlawan kemanusiaan akan kau dapatkan, berpulang dalam
keadaan husnul khatimah. Aamiin Ya Rabb.
Sampai tanggal 17 April
ini, data kasus positif Covid-19 di Indonesia hampir mencapai angka 6000,
dengan kasus pasien meninggal mendekati angka 600. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Beberapa daerah
sudah menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), tentu saja banyak
yang terdampak, terutama dari segi ekonomi. (Hiks… semoga Allah mampukan.
Semoga Allah kuatkan. Bersama kesulitan, pasti ada kemudahan). Benar sekali yang
engkau bilang di suratmu itu, Corona… semoga hati-hati ini bisa lebih
berempati, saling menanggung beban, juga saling meringankan.
Dear Corona,
Banyak sekali hikmah yang bisa diri ini ambil, tatkala menjalani
aktivitas #dirumahaja selama 1 bulan ini. Kami sekeluarga semakin sering
melakukan aktivitas bersama. Hari Sabtu yang biasanya menjadi “Sabtu tanpa Abi”
bagi Dzaky karena tiap Sabtu Abi harus kuliah di Jogja, berangkat jam 3 pagi
sebelum Dzaky bangun dan pulang lagi ke Semarang jam 10 malam saat Dzaky sudah
tidur. Sekarang, menjadi “Sabtu Bersama Abi” karena kampus libur. Dzaky dan Abi
bisa berolahraga tiap pagi dan melakukan kegiatan bersama. Seperti mencuci
mobil/motor bersama, membersihkan kandang burung, bermain bersama, dan banyak
lagi. Sabtu bersama Abi menjadi momen istimewa untuk Dzaky. Demikian juga
dengan saya. Saya menjadi punya banyak kelas online sebagai sarana mengisi
kegiatan belajar di rumah. Saya belajar
menulis naskah nonfiksi, belajar menulis cerita anak, belajar penyuntingan
naskah, kajian persiapan Ramadan, kajian pekanan bersama sahabat “ngerumpi
berfaedah”, setoran hafalan, bahkan sampai belajar memasak. Satu aktivitas yang
paling mencolok, berbeda dari hari-hari sebelumnya adalah saya jadi rajin
memasak sekaligus rajin food preparation
(food prep). Belanja langsung untuk kebutuhan minimal 3 hari, lalu meracik
menu harian. Masya Allah, seru sekali rasanya dan tentu saja jadi sarana untuk
berhemat.
Dear Corona,
Waktu
adalah milik-Nya yang patuh, setiap detik berjalan menurut Titah Tuhannya.
Sebagai manusia biasa, tentu saja tidak ada yang tahu kapan semua ini akan
berakhir, hanya Allah Yang Maha Tahu. Diri ini hanya bisa melangitkan doa,
semoga pandemi karena “aksimu” ini segera berlalu.
Demikian
balasan surat dariku, segera selesaikan tugasmu dan kembalilah kepada
Penciptamu.
Salam,
Nungma
***
Saat
ini adalah saat di mana Allah menguji kesabaran kita, menguji keteguhan hati
kita, bahkan menguji keimanan kita. Dampak dari pandemi ini sungguh luar biasa.
Saya bisa melihat kondisi orang-orang di sekitar tempat tinggal saya. Ada
beberapa bahkan “dirumahkan” tanpa pesangon, ada yang jadi pekerja harian, dan
banyak lagi. Namun, mereka tak lantas patah arang lalu menghalalkan segala cara
untuk mengais rezeki atau hanya berdiam diri mengharap uluran tangan dermawan.
Sebagian besar dari mereka justru lebih kreatif, mencoba mencari solusi
terbaik. Ada yang kini berjualan online
lauk pauk, berjualan snack, delivery
order sayur mayur juga kebutuhan rumah tangga, dan banyak lagi. Yups, semua
kini tengah berjuang untuk tetap bertahan. Saya pun kini merindukan banyak hal.
Inilah 3 hal yang ingin
saya lakukan after covid-19 nanti. Saya benar-benar kangen untuk bisa segera menunaikannya.
Mudik
ke Klaten dan Wonogiri
Biasanya kalau sudah merasa kangen rumah,
kami sekeluarga segera pulang tanpa pikir panjang. Jarak tempuh tidak sampai 3
jam, betapa kemudahan akses perjalanan via tol cukup membantu kami melepas
rindu. Namun, rindu ini harus menciptakan jarak terlebih dahulu… Ah, jauh di
mata namun dekat dalam doa. I miss you full, 2 kota tercinta!
Foto Lebaran di Wonogiri (2019) |
Umroh
bersama keluarga
Seharusnya bulan April ini, keluarga kakak
ipar dan ibu mertua menunaikan ibadah umroh. Kalau saya dan suami rencana
riilnya insya Allah masih tahun 2022, setelah target perkuliahan dan pekerjaan
suami selesai, dari segi dana juga lebih longgar. Namun, karena pandemi ini dan
terjadi penundaan jadwal keberangkatan umroh, tidak mustahil bagi Allah, jika
Haromain sudah benar-benar resmi dibuka nantinya dan Allah “memberi rezeki dari
arah yang tidak disangka-sangka”, kami bisa umroh bersama-sama. Masya Allah,
ingin sekali rasanya. Mengajak Titi Ya (ibuk saya) juga, plus keluarga Mamiko
juga Dedoy. Tidak ada yang tidak mungkin
jika Kun Fayakuun-Nya telah bekerja sepenuh energi cinta.
Berkegiatan
bersama DNA dan kumpul komunitas
Perjumpaan fisik selalu menjadi hal yang
ditunggu-tunggu untuk belajar hal baru juga melepas rindu karena lama tak
bertemu. Sudah sebulan lebih rindu ini membelenggu. Hari-hari belajar dan
bermain bersama anak-anak DNA, hari-hari berkumpul bersama sahabat pengajian
atau sahabat komunitas, menjadi hari-hari yang istimewa dan penuh cinta. Semoga
segera tiba masa di mana Pemerintah memberikan pengumuman resmi kalau semuanya
bisa beraktivitas normal lagi. Aamiin Ya Rabb.
***
Di penghujung tulisan ini, saya copas-kan
tulisan dari Ustaz Cahyadi Takariawan. Semoga bisa jadi bahan perenungan
khususnya buat diri ini.
Keluhan
hamba yang lelah dan jawaban Allah Yang Maha Penyayang dalam Al Qur'an
Oleh :
Cahyadi Takariawan
Ya Allah, apakah gerangan yang sedang
menimpa kami saat ini?
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan.”
(QS. Al-Baqarah : 155).
Mengapakah kami harus diuji dengan
wabah corona seperti ini?
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: ”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji
lagi?”
(QS. Al-Ankabut : 2)
Untuk apa sesungguhnya ujian ini, ya
Allah?
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang
menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allah; barangsiapa yang beriman kepada
Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya.”
(QS. At-Taghabun : 11)
Namun, mengapa harus terjadi pada
kami?
“Dan sesungguhnya Kami telah menguji
orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang
benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
(QS. Al-Ankabut : 3)
Dari mana datangnya musibah ini, ya
Allah?
“Dari mana datangnya ini?” Katakanlah:
“Itu dari dirimu sendiri.”
(QS. Ali Imran: 165).
Tapi ya Allah, wabah ini sungguh
buruk bagi kami…
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal
ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia
amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah : 216)
Telah sesak nafas kami, berat hidup
kami, gara-gara wabah ini…
“Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya.”
(QS. Al-Baqarah : 286)
Kami tidak bisa bekerja ya Allah,
kami dikurung di rumah saja, kami tidak bisa berbuat apa-apa….
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan
janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling
tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
(QS. Ali Imran : 139)
Terkadang, wabah ini memberikan
tekanan yang demikian dahsyat kepada kami. Rasanya kami telah menyerah kalah.
Sebagian dari kami bahkan telah berputus asa.
“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir.”
(QS. Yusuf : 87)
“Tidak ada orang yang berputus asa dari
rahmat Rabbnya, kecuali orang-orang yang sesat.” (QS. Al-Hijr: 56)
Kami menjadi gelisah, tidak tenang,
karena beban berat yang kami hadapi akibat wabah ini…
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah
hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’du: 28).
Di saat sempit seperti ini, masih
adakah jalan keluar bagi kami? Masih adakah pintu rezeki untuk menyambung hidup
kami ya Allah?
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang
dihadapinya), dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.”
(QS. Ath-Thalaq: 2-3).
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya”
(QS. Ath-Thalaq: 4).
Tapi, perusahaan sudah memotong gaji
kami. Bahkan sebagian dari kami, sudah tidak memiliki pekerjaan lagi. Siapa
yang akan memberikan rezeki kepada kami?
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun
di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”
(QS. Hud: 6)
Sudah lebih dari sebulan kami
menjalani kebijakan stay at home. Rasanya sudah tidak kuat untuk terus menerus
dikurung di dalam rumah. Lelah ya Allah. Sungguh kami tidak tahu, sampai kapan
suasana ini….
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah
kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah
kepada Allah supaya kamu beruntung.”
(QS. Ali Imran : 200)
Mengapa Engkau menyuruh kami untuk
bersabar?
“Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
(QS. Ali Imran : 146)
Adakah balasan atas kesabaran kami ya
Allah?
“Sesungguhnya Kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
mereka kerjakan.”
(QS. An-Nahl : 96)
Alhamdulillah. Seberapa banyakkah
pahala yang akan Engkau berikan kami?
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar : 10)
Subhanallah… Lalu bagaimana nasib
kami kelak di akhirat ya Allah ?
“Sedang para malaikat masuk ke
tempat-tempat mereka dari semua pintu (surga), (sambil mengucapkan): ‘Selamat
untuk kalian atas kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”
(QS. Ar-Ra’du : 23-24)
Alhamdulillah, alhamdulillah,
alhamdulillah. Sekarang kami tenang ya Allah. Kami ridha dengan ketentuan-Mu.
Kami bersabar dengan ujian-Mu.
“Allah ridha terhadap mereka dan merekapun
ridha kepada-Nya.”
(QS. Al-Bayyinah : 8)
“Dan keridhaan Allah adalah lebih besar;
itu adalah keberuntungan yang besar.”
(QS. At-Taubah : 72).
Masya Allah. Laa haula walaa quwwata illa billah…
Semoga tulisan Ustaz Cahyadi di atas bisa
semakin meneguhkan keimanan kita. Kepada-Nya lah segalanya bermuara.
***
Mari persiapkan diri sebaik-baiknya untuk
menyambut tamu istimewa, Ramadan mulia. Marhaban
Yaa Ramadan.
Subhanallah Masya Allah. Semoga corona segera berlalu dan bisa kumpul bersama keluarga juga umroh ya mak.
ReplyDeleteSubhanallah ... Allah punya jawaban atas semua keluh kesah hambanya. Semoga corona segera usai ya
ReplyDelete