Kita semua tahu, suasana Ramadan tahun ini sungguh-sungguh
berbeda karena efek pandemi Corona. Tak ada tarawih di masjid, tak ada kegiatan
TPQ, tak ada acara buka bersama di luar, tak ada majelis taklim tatap muka, yang
paling terasa adalah tak ada mudik ke kampung halaman. Sediiiiiih banget
rasanya… Tapi, kita tak bisa menolak kenyataan atas segala takdir yang telah
Allah gariskan. Jalani saja semuanya dengan lapang dada, dengan kesabaran
teristimewa, serta tak henti langitkan doa, semoga Allah mampukan kita semua.
Ramadan sudah separuh perjalanan,
bagaimana kabar iman? Bagaimana kabar tilawah kita? Kabar ibadah-ibadah harian
kita? Semoga tak ada hari berlalu kecuali segalanya bertambah dan menjadi lebih
baik, baik kualitas maupun kuantitasnya. Aamiin.
Ramadan sudah separuh
perjalanan. Biasanya jelang 10 hari terakhir, banyak persiapan yang saya
lakukan, salah duanya: kegiatan “Mukhoyyam Qur’an (MQ)” dan “Mudik Lebaran”.
Biasanya, setelah MQ, saya akan diantar mudik ke Wonogiri dulu oleh suami. Lalu
suami akan kembali ke Semarang untuk i’tikaf dan baru akan mudik sekitar H-2
atau bahkan H-1 Lebaran karena masih jadi panitia pembagian zakat. Biasanya
(lagi), saya sudah mulai persiapan packing keperluan saya, suami, dan Dzaky
untuk mudik. Mulai dari pakaian, buku, mainannya Dzaky, oleh-oleh, dll. Tapi
kini, koper masih tertata rapi di atas lemari. Rencana mudik yang harus ditunda
dulu, sampai pandemi Corona berlalu…
Persiapan lebaran kali ini, tak ada persiapan
khusus sebenarnya, kegiatan MQ akan tetap berjalan meski nanti via virtual.
Padahal tahun kemarin bisa mabit (menginap) di masjid bersama sahabat-sahabat salihahku.
1 hari bisa tilawah minimal 10 juz. Bisa setor hafalan baru minimal setengah
juz. Bisa berlama-lama dengan Al Qur’an tanpa kepikiran nanti masak buat menu
buka atau sahur apa (karena sudah disediakan panitia). Tentu saja, Ramadan kali
ini berasa ada yang kurang. Setelah MQ, bisa lanjut mudik, menghabiskan 10 hari
terakhir Ramadan di rumah Wonogiri. Bisa menikmati santap sahur dan buka
bersama keluarga tercinta. Sudah kangen banget sama kuliner Wonogiri dan Klaten. Hiks…
Rencananya lebaran nanti, kami sekeluarga akan nge-ZOOM bareng-bareng baik keluarga Wonogiri maupun Klaten, juga sahabat-sahabat dan sanak keluarga.
Lebaran 2019 di Wonogiri |
Jadi #autonyanyi lagunya keluarga DNA Adhitya…
Bulan mulia kini tlah tiba
Terasa berbeda karena Corona
Bulan mulia kini tlah tiba
Terasa berbeda karena di
rumah aja
Ramadanku kini di rumah aja
Tarawih di rumah
Bersama keluarga
Indah penuh berkah
Meski di rumah aja
Banyak tilawah
Banyak sedekah
Perbanyak ibadah
Mohon ampunan-Nya
Bersama-sama kita berdoa
Hilanglah Corona
Bangkitlah Indonesia!
Ramadanku kini di rumah aja
Tarawih di rumah
Bersama keluarga
Indah penuh berkah
Meski di rumah aja
#CENUNGMERENUNG
Metamorfosis
Cinta Di Ramadan Mulia
Fase 1: TELUR
“Inilah faseku bermula. Bersiap hadapi sekian proses
yang akan aku jalani. Awal untuk sebuah akhir yang indah, itu harapku!”
Fase 2: LARVA
“Aku terlihat begitu menjijikkan. Bahkan aku pun tak
mengenali bayanganku sendiri di cermin. Tapi, syukur adalah sebuah
keterterimaannya aku pada diriku sendiri. Karena itu artinya, aku menghargai
sebuah karya cipta Maha Agung. Dan inilah fase hidupku untuk mengumpulkan bekal
sebanyak-banyaknya. Bersiap menghadapi fase penuh penempaan selanjutnya.”
Fase 3: KEPOMPONG
“Inilah fase terberat yang memperkaya jiwaku akan
arti kesungguhan, kesabaran, keikhlasan, perjuangan, dan kebeningan hati. Fase
muhasabah dan penemuan hakikat diri. Inilah fase paling menentukan. Karena
ujian terus datang membadai. Inilah faseku untuk menjadi pribadi yang lebih
baik, pribadi yang berharap layak menyandang gelar insan bertaqwa. Aku ingin
meraih gelar itu agar kepakan sayapku sempurna…”
Fase 4: KUPU-KUPU
“Atas kesabaran yang berhasil aku kumpulkan, tibalah
masa di mana aku membuka kulit kepompongku. Belajar membuka sayapku yang masih
terasa rapuh. Hangat sang mentari pun membakar semangatku. Jiwa-jiwa terlahir menjadi
pribadi yang baru. Ya, aku yakin! Aku pasti mampu merentangkan sayapku
kuat-kuat. Terbang menghiasi taman melati surga, senantiasa menjadi penyejuk
bagi siapapun yang melihatku dalam tatapan cintanya. Menebarkan pesona
teristimewa sebagai tanda kesyukuranku pada Sang Pencipta…”
Selamat bermetamorfosis di bulan Ramadan dengan
semangat “Mengetuk Pintu Ar Rayyan”! Yuk, optimalkan hari-hari terakhir Ramadan
dengan amalan-amalan istimewamu! Selepas Syawal, semoga kita semua layak menyandang predikat
insan bertaqwa. Aamiin Ya Rabbal’alamiin…
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna