Tak tek tak tek
Akhir-akhir ini, suara
itu sering terdengar di telinga kita, bukan?
Saya sendiri baru ngeh
kalau mainan saya zaman kecil itu kini jadi mainan viral di kalangan anak-anak
waktu acara Pesantren Liburan. Ada anak yang bawa. Terus kok di pinggir jalan
banyak yang jualan mainan ituh. Kalau dulu namanya Tek-Tek an. Kalau sekarang
lebih famous dengan nama Lato-lato.
Pagi ini pun ada flyer
tentang peringatan untuk tidak membawa dan memainkan Lato-lato di lingkungan
sekolah. Imbauan dari Walikota Semarang, Bu Itha kalau Lato-lato banyak
mendatangkan kemudharatan daripada manfaat. Ya benar juga sih, karena hasil saya
bertanya ke anak-anak tetangga yang memainkan lato-lato kebanyakan mereka
mengalami cedera di bagian tangan, jadi lebam kebiruan gitu karena kena bola lato-lato
yang memang sakit rasanya kalau kena tangan. Apalagi baru-baru ini ada kasus
anak yang harus kehilangan fungsi indra penglihatannya karena matanya kena lato-lato. Innalillahi wa Inna ilaihi raji'un...
Banyak juga video
beredar di media sosial dampak negatif dari permainan ini terutama yang
membahayakan kesehatan, seperti kepala jadi benjol kena lemparan bola lato-lato,
tangan jadi memar, dan lainnya.
Sebenarnya kalau
ngomongin manfaat, asal dipakai dengan cara yang TEPAT dan tidak berlebihan,
tidak sekadar buat gaya-gayaan karena permainan ini sedang viral, lato-lato
bisa menjadi sarana pengalihan dari aktivitas screen time pada anak-anak. Yang
dulunya suka bergerombol buat mabar (main game bareng, battle main game)
kini sering kita jumpai mereka ngumpul untuk unjuk kebolehan main lato-lato.
Saya sependapat dengan
seorang editor buku anak lulusan Psikologi UNS ini, Kak Diah Cemut.
Doi menyampaikan
pendapatnya seperti ini, “Untuk positifnya, pertama, bisa bermain 'permainan
fisik'. Bukan gadget. Tangannya kan gerak tuh. Jadi fisiknya ikut gerak. Lebih
bagus daripada main gadget aja. Mata juga lebih sehat karena nggak kelamaan
natap layer. Kalau anak jaman dulu ada permainan tradisional. Tapi sekarang
udah jarang yang main engklek kan? Kedua, suaranya mungkin bagi kita yang
denger terasa bising. Tapi bagi pemain, itu kayak suara mengasyikkan. Berarti
gerakannya udah pas, sehingga menghasilkan suara yang nyaring. Kalau nggak
nyaring berarti ada yang salah dalam memainkannya. Ketiga, mencoba hal baru dan menjawab
tantangan. Coba tanya ke dalam hati kecilmu, kamu pasti juga ada rasa penasaran
untuk memainkannya kan? Kok ternyata nggak bisa sekali mainin langsung bisa.
Ada kalanya harus kepentok dulu, sakit dulu, terus latihan terus hingga jago.
Nah, anak akan belajar untuk menchallenge diri.”
Masya Allah, jawaban
yang awesome sekali, bukan?
Kalau saya sendiri,
Alhamdulillah, Dzaky tidak tertarik untuk memiliki ataupun memainkannya. Dia
lebih memilih beli lego daripada lato-lato. Hehe.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam,
Keisya Avicenna