KETIKA MUSLIMAH HARUS “MELANGKAH” KE LUAR RUMAH
Rihlah adalah perjalanan intelektual,
perjalanan spiritual, perjalanan hati. Membuka mata, membuka kalbu, menenun
tafakur, membuang takabur, mengupgrade rasa syukur. Pada sebuah pencarian.
Mencari makna, mencari hakikat diri dan mencari keridhoan Ilahi Rabbi.
[*]
Pernahkah hatimu
berkecamuk tatkala kamu harus bepergian seorang diri? Atau kamu sudah terbiasa
mbolang sendirian?
Waktu itu, tahun 2011,
saya belum menikah, baru saja lulus kuliah tapi belum diwisuda. Saya punya
tekad untuk melakukan perjalanan seorang diri. Tujuan saya adalah kota Bandung.
Waktu itu, cita-cita saya ingin melanjutkan kuliah S2 di ITB (Institut
Teknologi Bandung).
Sahabat terbaik saya saat
SMA, namanya Gestin, waktu itu kuliah di ITB. Bismillah, berbekal doa dan restu
orang tua akhirnya saya berani mboleng sendiri ke Bandung. Saya naik kereta
dari Solo ke Bandung. Itu pertama kalinya saya naik kereta seorang diri untuk
menempuh perjalanan ke luar kota yang cukup jauh. Sesampai di Bandung, saya
dijemput Gestin. Lalu dari stasiun, kami naik angkot untuk menuju kos-kosannya.
Selama di Bandung, banyak
pengalaman seru yang saya dapatkan. Waktu itu, saya selalu ikut Gestin ke
kampus. Dia ada jadwal kuliah, saya menjelajah ITB. Saat itu bertepatan dengan
tanggal 22 April. Nah, ada peringatan Hari Bumi di sebuah area terbuka. Saya
lupa lamanya. Ada Dik Doank hadir sebagai pembicara dan ada beragam pameran
yang ditampilkan oleh para penyelenggara. Seru sekali rasanya.
Perjalanan mbolang
selanjutnya yang sendirian dengan menempuh jarak jauh bahkan luar pulau adalah
ketika saya ke Makassar (5-8 September 2019). Waktu itu, saya naik pesawat
sendirian dari Semarang, transit ke Surabaya, baru terbang lagi ke Makassar.
Deg-degan rasanya tapi seruuuuu. Alhamdulillah, suami mengizinkan karena tidak
mungkin juga beliau menemani saya menghadiri acara 4 hari 3 malam karena ada
Dzaky, ada kuliah (saat itu juga pas ujian), dan banyak amanah lain yang tidak
bisa ditinggalkan. Sehingga saya pun “terpaksa” harus berangkat seorang diri.
Kalau untuk saat ini,
sudah ada sih rencana traveling, tapi bareng-bareng keluarga. Untuk lokasi
terdekat paling jelajah Jogjakarta, agak jauhan dikit pengen explore Malang,
kalau ke luar negeri pengen umroh ke Mekah-Madinah. Bismillah, semoga Allah
kabulkan.
[*]
Lalu, apa saja sih yang harus dilakukan ketika muslimah harus melangkah keluar rumah atau bepergian?
1. Tidak bepergian kecuali bersama dengan mahramnya.
Sahabat SUPERTWIN, salah satu di antara
petunjuk Islam bagi wanita Muslimah ialah larangan bepergian kecuali disertai
laki-laki mahramnya. Sebab yang namanya bepergian tentu ada hal-hal yang
memberatkan, bahkan ada kalanya banyak diwarnai hal-hal yang membahayakan,
hal-hal yang tidak diinginkan bahkan kesulitan. Tidak selayaknya seorang
muslimah mengalami dan menghadapi hal-hal seperti itu sendirian, tanpa disertai
mahramnya. Mahram yang siap membantu membawakan barang-barang bawaan ataupun
menyingkirkan bahaya.
“Janganlah wanita bepergian selama tiga hari kecuali
bersama mahramnya.” [HR. Bukhari]
“Tidak diperbolehkan bagi wanita yang beriman
kepada Allah Swt. dan hari akhirat bepergian dengan jarak perjalanan tiga malam
kecuali bersama mahramnya.” [HR. Muslim]
Hadist-hadits yang menyebutkan masalah ini
sangat banyak. Hadits-hadits tersebut menegaskan syarat adanya mahram yang
menyertai perjalanan wanita, kecuali dalam kondisi-kondisi tertentu yang
memaksa.
Islam yang hanif menghendaki untuk
melindungi wanita dan menjaganya dengan berbagai cara serta sarana, yang pada
akhirnya ada manfaat yang kembali kepada wanita tersebut. Dari uraian ini kita
bisa mengambil beberapa faedah, di antaranya:
a. Diharamkannya
wanita bepergian selain haji dan umrah tanpa disertai mahram atau
suaminya asalkan ada jaminan keamanan bila disertai wanita lain yang dapat
dipercaya. Pendapat ini berbeda dengan pendapat orang yang mensyaratkan mahram
atau suami.
b. Perhatian
Islam terhadap wanita untuk menjaganya, tidak mengundang kekhawatiran apabila
ada gangguan terhadap dirinya.
Sahabat SUPERTWIN, kita bisa baca di QS. Al Hasyr [59]: 7, yang
artinya: Allah Swt. berfirman: “Apa yang dikatakan
Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah.”
Apa yang Rasulullah SAW perintahkan
kepadamu maka kerjakanlah dan apa yang dilarangnya, jauhilah. Sesungguhnya
beliau hanya memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kejelekan.
Kita bisa saksikan kenyataan di sekitar
kita, semakin banyak muslimah mengadakan bepergian tanpa didampingi oleh
mahramnya. Amalan semacam ini tak lain hanya akan membawa kerugian bagi
muslimah tersebut baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu agama Islam yang
hanif memberikan benteng kepada mereka (kaum muslimah) dalam rangka menjaga
dirinya, kehormatannya, dan agamanya.
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwasanya ia
mendengar Nabi SAW bersabda : “Janganlah seorang wanita melakukan
bepergian kecuali bersama mahramnya dan janganlah seorang laki-laki masuk
menjumpainya kecuali disertai mahramnya.” Kemudian seseorang bertanya : “Wahai Rasulullah ! Sungguh aku ingin keluar
bersama pasukan ini dan itu sedangkan istriku ingin menunaikan haji.” Maka
bersabda Rasulullah SAW: “Keluarlah
bersama istrimu (menunaikan haji).” (HR. Muslim dan Ahmad)
Abu Maryam dalam bukunya Al Manhiyat
mengatakan : “Mahram bagi wanita adalah
siapa saja yang diharamkan menikah dengannya secara mutlak (selamanya) seperti
ayah, saudara laki-laki, keponakan laki-laki, dan yang dihukumi sama dengan
mereka melalui susuan, demikian pula suami dari putri-putrinya (menantu) yang
telah bercampur dengan mereka (yakni menantu tersebut telah melakukan jima’
dengan putrinya sebagaimana layaknya suami istri). Termasuk dalam hitungan
mahram bagi wanita adalah suaminya.”
Keluarnya wanita sendirian akan memberikan
dampak yang negatif bagi kaum laki-laki maupun bagi dirinya sendiri,
lebih-lebih bila ia keluar dengan ber-tabarruj,
menampakkan perhiasan bukan pada mahramnya. Maka syariat melarang mereka untuk
banyak keluar rumah tanpa ‘uzur yang syar’i, memerintahkan kepada mereka untuk
taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan agar mereka menjaga dirinya, agamanya, dan
kehormatannya dari kehinaan dan kerendahan yang akan menimpanya.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, maka
apabila keluar, syaithan akan menghiasinya.” (HR. Tirmidzi).
Hadits Rasulullah SAW di atas merupakan
peringatan kepada kaum wanita agar tidak banyak keluar rumah tanpa disertai
mahram. Islam melarang mereka agar tidak terjerumus pada perbuatan-perbuatan
yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya yaitu sebab-sebab yang akan
mengantarkan pada perbuatan zina.
2. Memperhatikan adab
keluar rumah
Wahai
muslimah jelita, bila ada kepentingan darurat yang
mengharuskan kita untuk keluar rumah ada beberapa adab yang harus kita
perhatikan. Hm, apa ya adab-adabnya?
a. Kenakanlah hijabmu yang syar’i.
b. Jangan memakai wangi-wangian.
c. Ketika berjalan , berjalanlah
sewajarnya saja.
d. Apabila engkau berjalan bersama
saudaramu ataupun temanmu sesama wanita sementara di sana ada lelaki maka
tahanlah untuk berbicara.
e. Apabila engkau telah menikah
minta izinlah kepada suamimu ketika keluar rumah.
f. Bila jarak perjalanan yang
ditempuh adalah jarak bepergian (luar kota) maka engkau harus didampingi
mahrammu.
g. Hindarilah dari berdesak-desakan
dengan lelaki.
h. Berhiaslah dengan rasa malu
i. Tundukkanlah pandangan matamu
Sahabat SUPERTWIN, al Iffah (harga diri), rasa malu, dan kelembutan adalah sesuatu
yang bernilai tinggi, nilainya tidak dapat ditakar dengan harga dunia beserta
seluruh isinya dan hal ini merupakan kekhususan bagi wanita Muslimah yang tak
dimiliki oleh wanita lain. Oleh karena itu,
Allah dan Rasul-Nya melalui syari’at yang agung menetapkan aturan-aturan
yang dapat mempertahankan eksistensi dari kekhususan ini dan semuanya itu
diletakkan dengan hikmah yang tinggi.
Marilah senantiasa memohon kepada Allah
Swt. agar memperlihatkan kepada kita al
haq dan membimbing kita untuk mengikutinya dan memperlihatkan kepada kita al bathil dan membimbing kita untuk
menjauhinya. Ya Allah, tuntunlah kami ke jalan-Mu yang lurus. Aamiin...