Jejak Karya

Jejak Karya
Showing posts with label ide bermain. Show all posts
Showing posts with label ide bermain. Show all posts

Monday, March 16, 2020

22 IDE KREATIF PRAKTIK BAIK LITERASI BACA-TULIS ALA DNA WRITING CLUB

Monday, March 16, 2020 12 Comments



Sekilas tentang DNA WRITING CLUB


DNA
 Writing Club adalah sebuah komunitas literasi yang diperuntukkan bagi anak-anak usia SD dan SMP yang berdiri sejak November 2013. DNA Writing Club menjadi sebuah wadah sekaligus sarana untuk mengasah keterampilan menulis khususnya bagi anak-anak dan remaja  di Kota Semarang, Jawa Tengah. DNA Writing Club didirikan dengan berbekal tiga buah cita-cita yang diharapkan ada dalam diri anak-anak dan remaja yang bergabung dalam komunitas yang memiliki motto “Creative writer wanna be…”  ini, yakni :
  1. Dapat meningkatkan rasa percaya diri pada anak-anak karena percaya diri merupakan salah satu modal awal anak-anak dalam menemukan dan meningkatkan potensi serta produktivitas amal dalam diri dan kehidupannya.
  2. Anak-anak semakin termotivasi untuk lebih berprestasi serta semakin cinta akan ilmu dan senantiasa meningkatkan kompetensi dirinya.
  3. Anak-anak semakin semangat untuk menjadi pribadi yang gemar membaca, bercerita, dan berkarya lewat rentetan kata. 


DNA singkatan dari Dream‘N Action, di mana dalam komunitas ini anak-anak diajak untuk berani bermimpi setinggi langit sekaligus beraksi secara nyata untuk mewujudkan impian-impian tersebut, terutama impian di dunia literasi. 

22 Ide Kreatif Praktik Baik Literasi Baca-Tulis ala DNA WRITING CLUB

Read Aloud (membacakan buku  dengan suara nyaring/lantang)
Ayah-Bunda dapat memilihkan buku sesuai usia anak, seperti picture book, cerpen atau dongeng, lalu menyampaikan isi buku/teks, kata demi kata dengan intonasi yang menarik dan penuh ekspresi. Tujuan kegiatan ini diantaranya :
  • Mendekatkan anak dengan keindahan bahasa tulis sekaligus seni visual (gambar/ilustrasi yang ada di dalam buku)
  • Mengenalkan unsur-unsur dan elemen cerita, seperti judul, tokoh, karakter, alur/jalan cerita, dialog/percakapan yang terjadi di antara tokoh-tokohnya, deskripsi, serta bagaimana sebuah ketegangan/klimaks/masalah dibangun. Hasilnya, muncul ketertarikan pada anak-anak dengan buku, juga aktivitas membaca dan menulis.
  • Selain mengasah keterampilan literasi anak, kegiatan ini juga dapat meningkatkan bonding orang tua dan anak.

Membaca buku cerita secara mandiri.
Menurut Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, membaca adalah bagian dari empat komponen keterampilan berbahasa meliputi : keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Membaca bukanlah sekadar meningkatkan keterampilan berbahasa. Membaca adalah sebuah proses pembaruan pikiran, di mana seseorang akan menerima suatu hal yang dapat membantu terbentuknya sel otak baru dalam setiap penyerapan informasi. Membaca banyak sekali manfaatnya bagi anak-anak.

Penyusun : Mbak Watiek Ideo

Belajar menulis sinopsis/ringkasan cerita
Ayah-Bunda dapat mengajak anak membaca buku/naskah yang dipilihkan Ayah-Bunda atau ketika anak sudah level mampu ‘membaca secara mandiri’, anak bebas memilih buku/naskah sendiri sesuai persetujuan orang tua. Anak-anak lalu diminta menuliskan kembali apa yang telah dibaca dengan kalimat mereka sendiri, tanpa intervensi dari Ayah-Bunda. Setelah itu, jadikan sinopsis/ringkasan cerita yang telah anak-anak buat tersebut sebagai bahan diskusi yang seru dan menyenangkan.

Belajar menulis resensi buku: kelebihan dan kelemahan buku.
Menulis sinopsis menjadi unsur atau bagian dalam penulisan resensi. Dalam kegiatan ini, difokuskan hanya mencari kelebihan dan kelemahan isi buku, bisa dilihat dari penokohannya, alur ceritanya, konfliknya, membandingkan dengan buku dengan tema sejenis, redaksional/tata penulisannya, dll.

Story Telling (Mendongeng)
Ayah-Bunda dapat menuturkan cerita dengan bahasa lisan secara menarik dan interaktif, bisa dengan alat peraga (boneka, wayang kertas, dll), maupun tanpa alat peraga. Ayah-Bunda dapat menyampaikan cerita yang dimodifikasi dengan intonasi suara/vokal, ekspresi/mimik wajah, gesture (gerak tubuh), dan dramatisasi yang memikat. Anak-anak yang biasa didongengi akan cenderung terampil bercerita dan berbicara, juga lebih percaya diri dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Kegiatan mendongeng juga sangat bermanfaat untuk menanamkan karakter positif pada anak melalui cerita-cerita sederhana namun penuh makna.

Kegiatan story telling di DNA Writing Club
NOTE : Pada kegiatan read aloud dan mendongeng, anak-anak tidak hanya sekadar dibacakan atau diceritakan. Namun juga mengajak anak-anak berdiskusi tentang isi buku/cerita yang disampaikan. Ayah-Bunda dapat merangsang dan menumbuhkan 'critical thinking' (keterampilan berpikir kritis) pada anak-anak, seperti bertanya mengenai tokoh, alur cerita, konflik dalam cerita. Ayah-Bunda juga dapat mendiskusikan tentang kata-kata yang mungkin tidak dimengerti/tidak dipahami oleh anak-anak. Anak-anak juga bisa diminta menceritakan pengalamannya yang berkaitan dengan persoalan atau peristiwa dalam cerita tersebut. Jadi, kegiatan literasi (khususnya literasi baca) di sini tidak hanya sekadar kegiatan membaca, namun lebih dari itu, dengan berdiskusi tentang teks/naskah cerita dan mengaitkannya dengan pengalaman anak-anak.

Belajar Mendongeng
Anak-anak belajar menciptakan 3 warna suara sebagai modal awal: suara rendah, suara tinggi, dan suara netral (suara asli yang dimiliki anak). Lalu anak-anak belajar menciptakan tokoh dan alur cerita sederhana. Berimajinasi sesuai kemampuan anak-anak. Bisa juga Ayah-Bunda membuatkan panggung boneka sesuai kreativitas masing-masing. Kegiatan ini dapat melatih rasa percaya diri anak dan bisa menjadi aktivitas yang sangat seru namun edukatif dan rekreatif.

Bermain peran (role playing)
Role playing merupakan kegiatan di mana anak-anak akan memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama bersama saudara atau Ayah-Bunda. Bagi anak-anak yang memainkan peran sebagai orang lain, maka ia dapat menempatkan dirinya sendiri seperti watak dari karakter yang dimainkan itu.

Kegiatan role playing dan bermain boardgame

Kegiatan ini dapat menjadi sarana mengenal jenis-jenis karakter tokoh, mendalami berbagai ekspresi emosi, mengasah kemampuan verbal/lisan, mengasah empati  dan meningkatkan rasa percaya diri ketika seorang anak mampu belajar mendalami karakter tertentu. Ayah-Bunda bisa memberikan penjelasan mengenai pembagian peran, deskripsi masing-masing tokoh yang harus diperankan, bahkan bisa melakukan riset sebelumnya untuk mendalami karakter tokoh masing-masing.

Kegiatan ini bisa dengan alat peraga dan benda penunjang, misalnya dengan menggunakan boneka puppet, boneka jari, topeng, dan kostum tertentu. Bisa juga tanpa menggunakan alat peraga dan benda penunjang.

Belajar menulis puisi

IBU
Karya : Fathiyah Amatullah Alfirdausi

Ibu…
Kau menyayangiku dari kecil
Kau membesarkan diri ini dengan cinta
Kau yang merawatku ketika sakit
Kau yang selalu ada untukku
Menjadi malaikat penjagaku

Ibu…
Aku tidak akan melupakan cinta dan kasih sayangmu
Aku tidak akan pernah bisa membalas semua jasamu

Ibu…
Aku sangat mencintaimu
Semoga kau sehat selalu
Semoga aku bisa membuatmu bangga
Semoga aku pun bisa membuatmu bahagia

Puisi di atas adalah salah satu puisi karya anak DNA Writing Club.
Ayah-Bunda dapat memberikan contoh puisi yang bisa didapatkan dari majalah (seperti Majalah Bobo) atau bisa buatan Ayah-Bunda sendiri atau bisa browsing di internet dengan tetap mencantumkan nama penulisnya. Belajar menulis puisi dapat memacu kreativitas anak-anak dan berlatih membuat diksi/pilihan kata yang indah. Puisi yang ditulis nanti bisa kok dikirim ke media, seperti Majalah Bobo atau koran lokal.

Belajar menulis pantun
Pantun merupakan jenis puisi lama yang berasal dari kata patuntun. Jadi pada dasarnya, kata-kata yang terangkai dalam pantun diharapkan dapat menjadi penuntun hidup bagi orang yang mendengar maupun membacanya. Tidak hanya sekadar berisi nasihat bahkan ada yang bersifat hiburan (pantun jenaka), penyampaian pantun pun memiliki ciri khas. Pernah lihat Jarjit di Upin-Ipin saat berpantun, kan? Hihi. Nah, kurang lebih gaya berpantun seperti itu.

Adapun ciri-ciri pantun, yaitu: satu bait terdiri dari empat baris, satu baris terdiri dari 8-12 suku kata, baris pertama disebut sampiran, dan baris kedua disebut isi.

Contoh pantun karya Abdul Majid Miftahurroyan (Royyan, anak DNA Writing Club):

BELAJAR IPA PENUH SUKA CITA
Di belakang rumah terdapat kolam
Kolam diisi dengan ikan lohan
Mari kawan belajar di alam
Agar kita lebih mengenal Tuhan

Tokoh wayang lima namanya Pandawa
Janaka anak nomor tengah
Metamorfosis sangat istimewa
Telur jadi kupu-kupu, sungguh indah

Warung Bu Lis jual aneka masakan
Warungnya unik di atas sampan
Belajar IPA sungguh menyenangkan
Jadi ilmuwan di masa depan

Selamat berpantun ria bersama anak-anak tercinta ya, Ayah-Bunda!

Belajar menulis surat
Pasti kalau libur sekolah seperti sekarang ini, anak-anak akan merindukan suasana belajar di sekolahnya maupun keseruan bermain di sekolah bersama teman-temannya. Nah, Ayah-Bunda dapat mengajak anak-anak menulis surat yang ditujukan untuk sahabat, guru, maupun siapa saja yang dikehendaki anak. Ayah-Bunda dapat menjelaskan tata cara penulisan surat dan bagian-bagian surat, seperti gambar di bawah ini:

Bagian-bagian surat pribadi


Belajar menulis dengan mengoptimalkan panca indra
Anak-anak belajar mensyukuri kelima panca indra yang telah dianugerahkan oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam hidup mereka. Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium atau membau, kulit untuk meraba, dan lidah untuk merasakan. Dalam kegiatan ini, Ayah-Bunda dapat menjelaskan jenis-jenis panca indra dan fungsinya. Lalu, anak-anak diajak mengamati rumah dan seisinya untuk mengasah kepekaan panca indra mereka dengan “membaca lingkungan terdekatnya”. Lalu ditulis apa yang berhasil mereka temukan dengan panca indra masing-masing. Seru sekali, bukan?

Belajar menulis dengan mengenal dan mengasah emosi
Ayah-Bunda dapat menggunakan kartu emosi (bisa browsing printable emosi ya, Ayah-Bunda) untuk mengenalkan jenis-jenis emosi kepada anak-anak, seperti senang, sedih, marah, takut, terkejut, semangat, kecewa, malu, penasaran, dll. Setelah itu, Ayah-Bunda bisa mengarahkan anak-anak untuk melakukan identifikasi dan ekspresi emosi dengan mempraktikkan lalu menuliskannya. Seperti :
  • Emosi senang, ciri-cirinya: tersenyum ceria, matanya berbinar, loncat-loncat kegirangan.
  • Emosi sedih, ciri-cirinya: meneteskan air mata, wajahnya tampak murung, menangis tersedu-sedu, dan lain-lain.

Kegiatan selanjutnya, anak-anak dapat menulis cerita pengalaman yang tak terlupakan, seperti pengalaman menyenangkan saat liburan bersama keluarga, pengalaman menyedihkan saat bertengkar dengan teman, pengalaman yang membuat kecewa karena kalah dalam suatu perlombaan, dan lain sebagainya.

Belajar melakukan identifikasi emosi

Belajar menulis artikel sederhana
Menurut Wikipedia, artikel adalah karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan di media online maupun cetak (melalui koran, majalah, buletin, dsb) dan bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur. Ada beberapa cara/teknik penulisan artikel. 

Ayah-Bunda dapat mengenalkan salah satu teknik penulisan artikel yakni deskripsi. Deskripsi berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. Penulisan artikel dengan teknik deskripsi adalah dnegan memberikan penjelasan secara detail. Ayah-Bunda dapat menentukan tema artikel, misalnya: permainan tradisional, Ayah-Bunda dapat membantu melakukan riset pustaka tentang pengertian permainan tradisional, jenis-jenisnya, tata cara permainannya, dll.

Kolaborasi membuat mading
Mading singkatan dari Majalah Dinding. Ayah-Bunda dapat memberikan penjelasan kepada anak-anak segala hal tentang mading. Mading merupakan salah satu jenis media tulis yang paling sederhana dan digunakan untuk komunikasi seperti media massa. Media ini disebut majalah dinding karena penyajian mading biasanya ditempel pada dinding. 

Contoh mading karya anak DNA Writing Club


Ayah-Bunda dapat menyiapkan karton besar atau styrofoam sebagai alas menempel karya anak-anak. Ayah-Bunda dapat melakukan diskusi terlebih dahulu bersama anak-anak mengenai tema mading, rubrik mading seperti: bahasan utama sesuai tema, cerpen, cerita mini, komik, tips, puisi, pantun, artikel, gambar, dll. Ayah-Bunda juga dapat membantu merancang layout atau tata letak dalam penyajian karya anak-anak pada mading tersebut serta menentukan bahan-bahan yang akan dipakai untuk menghias mading, misalnya dengan memanfaatkan majalah bekas atau barang bekas untuk membuat hiasan mading. Wah, asyik sekali pastinya!

Belajar membuat scrapbook
Scrapbook adalah seni menempel foto atau gambar di media kertas, dan menghiasnya hingga menjadi karya kreatif. Scrapbook juga bisa diartikan sebagai seni mendekorasi foto, bahan cetakan dan memorabilia dalam sebuah album dekorasi. Kegiatan ini sangat mengasyikkan yang merupakan penuangan ekspresi anak-anak dan perpaduan ketrampilan seperti menggunting, menempel kertas, menempel foto dan gambar, membuat hiasan-hiasan dengan bahan tertentu, dikolaborasikan dengan seni memadukan warna, motif, dan bentuk/layout sesuai kreativitas anak-anak. Ayah-Bunda dapat membantu menyiapkan alat dan bahan-bahan yang diperlukan, yakni: kertas background, foto-foto yang akan ditempel, perekat/lem, gunting craft, pemotong kertas, spidol warna-warni, pena kaligrafi dan brush pen (kalau ada), pelubang, berbagai aksesoris untuk hiasan seperti stiker, stempel, pita, renda, sticky note, tali warna-warni, dan lain sebagainya sesuai kebutuhan. Bisa juga menggunting gambar dan huruf/kata yang menarik dari majalah bekas. Langkah-langkah membuat scrapbook:
  • Menentukan tema scrapbook.
  • Mencetak foto sesuai tema. Foto bisa dicetak dalam berbagi ukuran, bisa juga divariasikan ada foto black and white, ada juga foto full colour. Atau gunakan foto yang sudah tersedia di rumah.
  • Menyiapkan bahan-bahan yang tersedia di rumah, seperti renda yang tidak terpakai, kain perca, kancing, daun kering, kertas/majalah bekas, manik-manik, dan masih banyak lagi.
  • Ayah-Bunda dapat membimbing anak-anak untuk menggunting foto sesuai keinginan dan menempelnya pada kertas yang lebih besar, seperti HVS warna, karton bekas minuman/makanan, atau bisa juga dengan alas koran atau majalah bekas.
  • Hias pinggiran kertas. Bisa dipotong dengan gunting craft atau bisa juga dihias dengan bahan-bahan yang sudah disiapkan.
  • Terakhir, satukan tiap halaman dengan pita atau tali.
Belajar membuat scrapbook bersama DNA Writing Club


Belajar membuat scrapbook pasti sangat menyenangkan.

Belajar membuat ‘Origami Berkisah’
DNA punya kegiatan seru yang saya beri nama ‘Origami Berkisah’. Origami adalah seni melipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain. Kali ini, cukup dengan menggunakan bahan kertas lipat warna-warni, atau kalau tidak ada bisa menggunakan koran bekas atau kertas bekas yang tersedia di rumah. Banyak tutorial sederhana untuk membuat origami di media sosial. Ayah-Bunda bisa mempelajarinya terlebih dulu baru mempraktikkan bersama anak-anak. 


Contoh 'Origami Berkisah'

Mengapa namanya ‘Origami Berkisah’? Karena selain membuat origami yang bermanfaat untuk mengasah motorik halus, anak-anak juga belajar menulis cerita dari origami yang telah dibuat. Bahan yang diperlukan: kertas lipat, karton tebal atau kertas buku gambar untuk menempelkan origami yang telah dibuat. Misal, kalau mau membuat fabel (cerita yang tokoh-tokohnya hewan/tumbuhan), Ayah-Bunda dapat mengajak anak-anak membuat origami seperti ikan, burung, kupu-kupu, gunung, pohon, dll.  Lalu origami itu bisa dijadikan tokoh cerita atau setting tempat (misal : membuat origami rumah). Aha! Seru sekali, bukan?

Bermain kata
Ayah-Bunda dapat menjelaskan tentang 3 jenis kata (sebenarnya ada banyak jenis kata): kata benda, kata sifat, dan kata kerja. Ayah-Bunda lalu menuliskan di beberapa potongan kertas: 10 kata benda, 10 kata sifat, dan 10 kata kerja (jumlahnya boleh lebih dari 10). Lalu, anak-anak diminta menyortir kata-kata itu sesuai kategori masing-masing, bisa dengan cara ditempelkan di papan atau tembok. Kegiatan lain bisa dengan sortir kata berdasarkan abjad. Ayah-Bunda dapat menuliskan beragam kata yang diawali huruf A-Z, lalu anak-anak diminta mengumpulkan kata-kata itu sesuai abjadnya. Variasi permainan ini, setelah anak-anak mengumpulkan kata-kata, anak-anak juga bisa belajar merangkai kata itu menjadi kalimat sederhana, bahkan bisa dikembangkan menjadi cerita sederhana. Misal: memilih kata benda, kata sifat, dan kata kerja masing-masing satu kata secara acak. Lalu 3 kata yang dipilih itu dirangkai dalam kalimat-kalimat atau dirangkai menjadi cerita sederhana.

Menulis diary (catatan harian)
Ayah-Bunda, menulis diary itu banyak sekali lo manfaatnya:
  • Membuat hati dan pikiran lebih tenang.
  • Sarana berlatih mengontrol emosi secara positif.
  • Memudahkan untuk berekspresi, terutama mengekspresikan perasaan yang terpendam dan mengeksplorasi emosi. Manfaatnya anak-anak akan lebih mudah memberi makna kepada peristiwa-peristiwa yang terjadi dan lebih mudah mengenal diri sendiri.
  • Mempertajam ingatan dan melatih fokus. Dengan menulis diary, tidak hanya otot tangan yang bekerja saat menulis, tapi saraf otak juga akan terlatih dan akan semakin kuat. Saat proses menulis, anak-anak akan recalling (mengingat kembali) rangkaian peristiwa yang mereka alami secara berurutan. Hal ini akan melatih anak-anak untuk berpikir secara rapi dan terstruktur.
  • Mengembangkan kreativitas. Dengan menulis diary, anak-anak akan termotivasi untuk berekspresi tanpa batas sehingga akan menstimulus timbulnya ide-ide kreatif.

Kegiatan menulis diary ini tidak harus selalu dengan menggunakan tulisan tangan atau kata-kata, kok. Ayah-Bunda bisa mengajarkan anak-anak untuk ber-diary dengan menggunakan berbagai ekspresi yang diinginkan seperti menggambar atau hanya sekadar coretan-coretan tangan. Yuk, semangat menulis diary dari sekarang!

Belajar membuat komik
Ayah-Bunda dapat menyiapkan buku-buku komik sebagai referensi atau contoh, seperti Komik KKPK, WHY?, Komik Serial Ana, komik-komik Islami yang bisa dinikmati anak-anak, dan lainnya. Langkah-langkah pembuatan komik, Ayah-Bunda dapat mempelajarinya di sini.  atau tonton prosesnya di You Tube (klik saja)

Ayah-Bunda dapat menyiapkan buku khusus (buku sketsa) agar komik yang anak-anak buat dapat tersimpan rapi atau bisa juga nanti dipajang dalam kegiatan ‘pameran karya’ yang Ayah-Bunda adakan di rumah. Uhuy, keren, kan?

Belajar membuat komik di DNA Writing Club


Belajar menjadi Reporter Cilik
Kegiatan ini bisa menjadi sarana pengenalan salah satu profesi kepada anak-anak, yakni: reporter atau jurnalis/wartawan. Adapun penjelasan dan cara belajar menjadi reporter cilik dapat dibaca di sini.

Narasumber yang diwawancarai bisa Ayah-Bunda saja, atau keluarga terdekat yang berada di rumah, bisa kakak atau saudara yang lain.

Belajar membuat poster secara manual
Poster adalah suatu media publikasi yang memadukan antara gambar, tulisan, bahkan grafis untuk menyampaikan berbagai informasi. Biasanya poster bersifat persuasif atau mengajak. Nah, Ayah-Bunda dapat membantu anak-anak menentukan tema poster, misalnya poster tentang kesehatan, peduli terhadap lingkungan, semangat belajar, dll. Alat dan bahan yang harus disiapkan untuk membuat poster, yaitu: kertas gambar atau karton manila putih, pensil untuk menggambar, alat mewarnai (bisa cat poster, crayon, pensil warna, cat air, spidol, brush pen, dll.)


Contoh poster


Belajar menulis cerita pendek
Menulis adalah cara terbaik bagi anak-anak untuk mempelajari hal-hal baru dan mengingatnya. Anak-anak yang belajar menulis cerita sejak dini akan mampu belajar dengan mudah, efektif, berpikir secara sistematis, dan lebih percaya diri. 

Salah satu kegiatan fun writing yang dilakukan oleh DNA Writing Club adalah menulis dengan teknik free writing. Dalam metode free writing, anak-anak menulis secara bebas. Apa yang sedang terlintas di hati dan pikiran mereka, anak-anak bebas menuangkan dalam bentuk tulisan maupun cerita bergambar. Anak-anak tidak perlu pusing dan berpikir tentang seperti apa kalimat mesti disusun, kata apa yang ingin dipilih atau apakah penempatan tanda baca sudah benar. Ayah-Bunda juga dapat menentukan topik tulisan, lalu anak-anak diajak menulis selepas-lepasnya dan sebebas-bebasnya, namun dengan menetapkan batas waktu. Kegiatan ini dapat melatih kemampuan dan keterampilan menulis anak-anak.

Sebenarnya, masih banyak ide kegiatan yang bisa dilakukan, seperti membuat kliping, membuat kolase cerita, membuat jurnal literasi, dan lain sebagainya.

Ayah-Bunda, penanaman budaya literasi baca-tulis yang senantiasa diupayakan melalui beragam kegiatan juga menjadi salah satu alternatif cara menghindarkan ketergantungan anak-anak terhadap gawai atau televisi. Dengan semakin banyak bahan bacaan yang variatif dan menarik (yang disesuaikan dengan perjenjangan usia), membuat anak-anak akan semakin kaya kosakata dan ide-ide yang dapat dituangkannya dalam komunikasi lisan dan tulisan.

Horeee, meskipun sedang liburan di rumah, banyak kegiatan seru yang bisa mengasah keterampilan literasi baca-tulis untuk anak-anak. Semangat ya semuanyaaa! Semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Selalu jaga kesehatan dan tak henti langitkan doa, semoga 'badai Corona' segera berlalu.

Salam literasi!


Jika ada pertanyaan, bisa hubungi DNA Writing Club di 085647122033.