Bisnis Online Modal 1 M Bersama ISC
Wow? 1 M? 1 Milyar? ISC itu apa, sih? Modalnya
segitu amat? Penasaran, ya? Baca dulu cerita di bawah ini dan temukan
jawabannya…
Banyak Cerita dari Warung Pertama
26 Oktober 2003, warung kecil di teras rumah itu sudah
tegak berdiri. Babe dan Ibuk membuatkan saya sebuah warung kecil untuk saya
kelola. Waktu itu, dokter memutuskan bahwa saya harus cuti sekolah saja satu
tahun agar kondisi fisik dan mental saya benar-benar siap ketika nanti harus kembali
ke sekolah. Kejadian MOS tidak menyenangkan saat saya kelas 1 SMA itu terbayang
dengan sangat jelas dan menyisakan trauma yang mendalam di saat saya sudah naik
kelas 2 SMA dan melihat MOS adik kelas. Suara-suara teriakan senior itu
tiba-tiba memenuhi kepala saya, segala bentakan dan hukuman itu kembali jelas
tergambar. Hal tersebut membuat saya pingsan berkali-kali, membuat saya jadi
aneh, bahkan saya tidak kenal dengan saudari kembar saya sendiri.
Hingga akhirnya, untuk mengisi waktu dan agar saya
sibuk, Babe dan Ibuk membuatkan warung kecil untuk saya. Warung kelontong itu
berisi aneka sembako dan jajanan khas anak-anak. Waktu itu usia saya 16 tahun. Saya
belajar mengatur semuanya. Babe dan Ibuk hanya bertugas mengontrol sesekali.
Setiap Sabtu, Babe akan mengantarkan saya untuk kulakan ke pasar. Setidaknya,
duduk di warung sambil menulis puisi, menunggu warung sambal membaca buku atau
mendengarkan musik menjadi semacam “trauma healing” bagi saya secara
tidak langsung. Meskipun rasa sedih itu terkadang memenuhi relung hati, tatkala
diri ini melihat saudara kembar sendiri (Kak Etika) dengan ceria berangkat ke
sekolah dengan seragam putih abu-abunya. Menikmati masa-masa indah saat kelas 2
SMA. Sedangkan saya, sibuk menata hati dan pikiran, juga berusaha bagaimana
caranya saya bisa sembuh, melupakan segala peristiwa tidak menyenangkan itu,
dan bisa kembali belajar lagi di sekolah tanpa rasa trauma.
Seiring berjalannya waktu, saya menikmati ritme
“kerja” saya mengelola warung, itung-itung sekalian belajar bisnis. Saya
benar-benar belajar mengelola modal, menghitung pemasukan, menghitung laba,
mencatat jika ada tetangga yang terpaksa harus berutang, mengecek stok barang,
membuat list belanjaan, mengenali produk yang lebih laris, dan banyak hal yang
saya pelajari. Saya pun belajar bagaimana berinteraksi dengan konsumen, ramah
saat melayani mereka, pokoknya saya menikmati semuanya.
Warung itu hanya berjalan setahunan, karena
Alhamdulillah, saya bisa kembali lagi bersekolah di SMA yang sama. Bersyukur
sekali karena rasa trauma itu sudah memudar bahkan nyaris hilang. Saya mencoba
untuk memaafkan dan berdamai dengan masa lalu. Saya pun menjadi siswa
berprestasi di sekolah sebagai wujud pembuktian kalau saya sudah benar-benar
sembuh, saya juga aktif di organisasi seperti OSIS dan ROHIS.
Menjadi Wanita Mandiri Financial
Waktu berjalan dengan sungguh istimewa, saya
menikmati masa-masa SMA dengan ceria. Saya memiliki banyak sahabat yang berhati
mulia. Lulus SMA, saya diterima di Universitas Sebelas Maret (Solo). Saya
ngekos dan mulai terbiasa berjuang untuk mandiri secara finansial, tidak ingin
minta uang saku terus ke orang tua. Saya pun mulai berjualan snack di kos juga menitipkannya
di beberapa kos teman, jualan pulsa, ngelesi privat, dll. Saya lulus kuliah di
2010 dan langsung bekerja di sebuah bimbingan belajar.
Saya menikah di 2012 dengan laki-laki lulusan
Teknik Industri UNDIP yang melanjutkan kuliah bisnis nongelar di Bogor. Bassic
keilmuan beliau adalah business development. Kami sering menghabiskan
malam untuk berdiskusi tentang dunia bisnis, tentang keteladanan Rasulullah
dalam berbisnis, dan rencana-rencana kami ke depan.
Setelah 6 bulan menikah, di 2013, saya resign
dari pekerjaan saya dan mendirikan bimbingan belajar sendiri untuk anak-anak
usia SD. Sang waktu terus berjalan, akhirnya usaha rumahan tersebut berkembang
menjadi bimbingan belajar sekaligus les menulis cerita dan komunitas penulis
cilik yang saya beri nama DNA Writing Club. Saya dibantu beberapa kakak
mentor. Ya, saya akhirnya bertekad, bahwa menjadi penulis dan mentor
kepenulisan menjadi jalan juang dan jalan rezeki saya. Dari sini, saya
mendapatkan penghasilan dan menjadikan rumah sebagai “kantor” saya. Saya juga
menjadi guru ekstrakurikuler “Penulis Cilik” di beberapa sekolah. Selain itu,
saya pun mengelola toko buku online juga lapak @supertwinshop bersama
saudari kembar saya. Ya, seiring berkembangnya teknologi, bisnis online
merupakan bisnis yang cukup menjanjikan dalam mendatangkan pundi-pundi rupiah.
Asal tidak melanggar syariat dan tentu saja selalu memerhatikan adab.
Ada catatan menarik yang selalu saya highlight dalam
ingatan saya, hasil diskusi dengan suami. Bahwa sebagai seorang
muslim, menjalankan sebuah bisnis bukan sekedar mencari keuntungan, menumpuk
kekayaan, ataupun bebas finansial. Menjalankan bisnis adalah tentang
mendapatkan keridhoan dari Allah SWT. Tentang memberikan kebermanfaatan ke
sebanyak mungkin orang di sekitar kita,
sebagaimana hadits Nabi bahwa ‘sebaik-baik dari kita adalah yang paling banyak
memberikan kebermanfaatan kepada orang lain’. So, agar bisnis yang dikelola dapat memberikan kebermanfaatan kepada sebanyak
mungkin manusia maka bisnis harus terus tumbuh dan berkembang (sustainable business growth).
Awal Februari
kemarin, suami mengikuti workshop bisnis bersama Coach Fahmi di Malang. Saya
pun kecipratan banyak ilmu dan energi positif terutama dalam hal bisnis dan
perjuangan menjadi seorang pengusaha yang penuh barokah.
Agar bisnis dapat terus tumbuh dan berkembang
serta menjadi jalan kebaikan bagi pelakunya dengan mendapatkan ridho dari Allah
SWT maka ada 5 hal atau 5 aspek yang wajib
diaplikasikan, yaitu:
Aspek Legalitas
Pengalaman para pelaku bisnis yang mengalami
masalah bukan saat awal bisnis berjalan, melainkan saat bisnis sudah berjalan
tahunan atau bahkan belasan tahun. Bahkan masalah timbul dengan rekan kerja (partner). Hal ini disebabkan karena
kurangnya perhatian para pelaku bisnis terkait aspek sistem kerjasama bisnis. Tidak adanya sistem dan model kerjasama yang jelas dan transparan di depan, menjadi
awal bibit perpecahan bisnis saat bisnis sudah mulai membesar. Hal ini
memberikan pembelajaran kepada para pelaku bisnis untuk memberikan perhatian
yang lebih intens terkait legalitas bisnis, perjanjian bisnis dengan partner,
dan segala aspek legal yang dibutuhkan dalam membangun dan membesarkan bisnis
yang akan dikerjakan. Hal ini agar kelak tidak menjadi
kendala dan hambatan dalam membesarkan bisnis.
Aspek Profesionalitas
Sebuah hadits yang sudah sangat cukup untuk menjadi
pegangan bagi para pelaku bisnis: “Jika suatu urusan
diserahkan pada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.” (HR Bukhari). Maka
profesional dalam mengelola bisnis adalah sebuah keharusan. Jadi, memperbesar kompetensi dan memperbanyak jam terbang adalah menjadi
sebuah keharusan bagi para pelaku bisnis agar bisnisnya dapat segera menjadi
besar dan sangat besar.
Aspek
Strategi
Business Plan ibarat sebuah peta
dalam sebuah perjalanan. Dengan adanya peta yang jelas, membuat orang yang akan melakukan perjalanan menjadi tenang, terarah dan tidak
kagetan dengan semua halangan yang ditemui saat perjalanan dalam mencapai
tujuan akhir. Begitu juga dalam berbisnis, adanya business plan yang
baik dan mendetail akan menjadi panduan bagi para pebisnis dalam melakukan step
by step eksekusi untuk menuju tujuan dari bisnis yang dilakukan.
Aspek
Rasionalitas
Banyak yang menyampaikan bahwa bisnis yang baik itu
adalah bisnis yang diekskusi bukan bisnis yang selalu dikalkulasi. Eksekusi
bisnis adalah penting, tapi akan lebih powerfull alias berdaya jika eksekusi dilakukan berdasarkan kalkulasi yang terukur. Fokuskan sumber daya kita hanya pada bisnis-bisnis yang mampu untuk dilakukan. Termasuk faktor risiko juga harus diperhatikan, jangan sampai kita masuk ke ranah bisnis
yang meskipun secara potensi return sangat tinggi, tapi secara risiko kita belum
sanggup mengelolanya.
Aspek Etik
Adab sebelum amal dan ilmu sebelum amal, sebaiknya menjadi panduan
yang harus kita pegang erat-erat saat memulai bisnis. Bahwa bisnis bukan
sekedar mencari kekayaan, bisnis adalah menebar kebermanfaatan. Bisnis akan
menjadi berkah saat banyak orang lain di sekitar kita yang
mendoakan bisnis kita. Bisa jadi membesarnya sebuah bisnis karena doa
orang-orang di sekitar kita. Maka memastikan bahwa bisnis kita
adalah bagian dari sinergi solusi dari permasalahan orang, faktor kehalalan
produk, dan melalui proses-proses yang tidak melanggar ketentuan Allah SWT
adalah sebuah keharusan.
Ekonomi Bangkit Bersama ISC dengan Semangat Gotong
Royong
Tak dipungkiri, pandemi Corona yang telah berusia
setahun di Indonesia berdampak besar pada kehidupan ekonomi masyarakat kita.
Sering saya dapat curhatan dari sesama kaum ibu rumah tangga. Kebanyakan mereka
ingin mendapatkan penghasilan tambahan untuk men-support nafkah dari
suami, agar dapur dapat selalu ngebul. Bahkan ada juga di antara mereka
yang suaminya kena PHK dan otomatis semua harus putar otak agar tetap bisa survive
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Saya hanya terus meyakini, bahwa di setiap musibah
pasti bertabur hikmah. Di balik setiap ujian, pasti tetap saja ada peluang
tercipta. Allah tidak akan membebani seseorang di luar kesanggupan
hamba-Nya. Sebagai muslim, kita harus benar-benar meyakini hal itu.
Bersyukur saat ini, ada sebuah perusahaan yang
berkantor pusat di MTH Square, Suite
319 Jl. Otto Iskandardinata No. 390, Jakarta Timur 13330. Namanya PT Indo Supply Chain (ISC), didirikan di tahun 2017 dengan
cita-cita membantu masyarakat untuk mendapat kehidupan yang lebih baik.
Perusahaan ini memiliki visi menjadi perusahaan multinasional, yang menawarkan pola kerja baru dimana
pelanggan menjadi mitra dengan basis pemberdayaan. ISC bisa menjadi jawaban dan
salah satu solusi terbaik dari segala permasalahan ekonomi yang terjadi
sekarang ini. Para ibu rumah tangga bisa menjalankannya tanpa mengesampingkan
peran utama mereka.
ISC memberikan alternatif solusi untuk mendapatkan sumber penghasilan dari
penjualan langsung produk-produk kebutuhan dasar dengan dasar kemitraan dan semangat
gotong royong. 2019, ISC telah memiliki 4 cabang, yaitu di Bandung,
Semarang, Surabaya dan Bali. Selama pandemi ini, ISC juga semakin giat
memberdayakan mitra dan UKM-UKM untuk bekerja sama dengan lebih baik lagi. Akhir
2020, ISC semakin berkembang hingga Karawang, Tasikmalaya, Cirebon, Pekalongan,
Yogyakarta, Solo, Sidoarjo, dan Malang. Semakin banyak cabang ISC di beberapa
wilayah tentu saja kebermanfaatannya semakin luas, tidak hanya untuk mitra ISC
itu sendiri namun juga untuk para pelaku UKM. Wow, keren, ya!
Lalu, apa saja sih
produk yang dijual di ISC?
Produk yang dijual di ISC secara umum adalah
produk kebutuhan sehari-hari. Produk yang tentu saja dipakai oleh banyak
kalangan berupa kebutuhan pokok atau kebutuhan sehari-hari. Seperti:aneka jenis
beras, tepung bumbu, bawang goreng, kecap, kopi robusta, minyak kelapa, cairan
pencuci piring, hand wash, deterjen cair, aneka sambal, aneka camilan ringan
baik yang siap makan maupun yang harus diolah dulu, seperti: macaroni, keripik
singkong, kacang disco, keripik pisang, dan masih banyak lagi bisa dicek
di https://iscglobe.com/produk
Bisnis ISC menawarkan
berbagai produk yang pastinya dibutuhkan setiap orang. Selain itu, ketika
menjadi Mitra ISC memiliki kesempatan untuk mendapatkan sumber penghasilan yang
menjanjikan dan dapat diwariskan.
Apa perbedaan cara belanja di ISC dengan cara belanja pada umumnya?
Seiring berkembangnya teknologi digital yang
demikian pesat, cara berbelanja pun beradaptasi yaitu dengan cara online. Mau
tidak mau, orang yang awalnya gaptek (gagap teknologi) pun harus belajar untuk
mengenal dan berinteraksi dengan internet. Banyak keuntungan dalam menjalankan bisnis online. Selain mudah, tidak
perlu modal yang banyak, jangkauannya luas, efektif dan efisien, fleksibel
(tidak harus punya bangunan toko misalnya), dan pasarnya luas.
Nah, di bawah ini adalah hal-hal yang membedakan cara belanja di ISC dengan cara belanja pada umumnya:
Ingin kenal lebih dekat dengan ISC bisa
saksikan video di bawah ini:
Bisnis Online Modal 1 M Bersama ISC
Lho, katanya bisnis online bersama ISC itu mudah?
Lha kok modalnya 1 M? Hmm… Bisnis online modal 1 M? Insya Allah, bisa! Sebelum
memulai bisnis online, hal yang penting untuk dimiliki adalah MODAL. Banyak
orang berpersepsi bahwa uanglah modal utama dalam berbisnis. Hmm, sayangnya
saya kurang setuju dengan hal tersebut. Kalau saya boleh bilang, memulai bisnis
cukup dengan modal 1 M. Apa? 1 Milyar?! Tenang Sahabat, 1 M yang saya maksud di
sini adalah “ME” atau diri kita sendiri. Modal
utama memulai bisnis adalah diri sendiri, bukan orang lain, bukan sekadar uang.
Modal ini berupa NIAT, MOTIVASI, dan AKSI.
Kesimpulannya, bisnis bersama ISC itu adalah bisnis tanpa modal, nggak perlu nyetok barang juga, jadi sangat
mudah dan memudahkan. So, tunggu apa lagi? Buruan belanja di ISC dan
join kemitraan bisnis bersama ISC. ISC telah banyak menawarkan banyak
keuntungan dan keunggulan. Tinggal kita siap dan mau beraksi tidak untuk
menjemput peluang emas ini. Semakin penasaran untuk berbelanja dan ingin
bergabung kemitraan dengan ISC, kan? Selengkapnya bisa cek dan ricek di webnya
ISC, ya…
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Tempaan “mental pebisnis atau pengusaha” sejak
usia 16 tahun di masa silam dengan segala pernak-perniknya itu, membuat diri
ini sekarang semakin paham hakikat menjadi seorang entrepreneur yang
sesungguhnya. Hingga detik ini, saya terus belajar dan selalu berusaha
mengaplikasikan 5 hal atau 5 aspek yang sudah saya tuliskan di atas, mulai dari aspek
legalitas, profesionalitas, strategi, rasionalitas, dan etik untuk mencapai
kesuksesan dan keberkahan.
Nah, untuk mencapai kesuksesan
tertinggi (ultimate success) dalam berbisnis yang merupakan sebuah ghayatul
ghayah (tujuan di atas tujuan) hanya dapat dicapai dengan: selalu melandasi
setiap aktivitas bisnis dengan ketaqwaan kepada Allah SWT (sharia base),
selalu memberikan keteladanan yang baik (uswah hasanah), selalu
memberikan kinerja dan karya terbaik (perfect performance), selalu
berpikir kreatif dan solutif (extraordinary thinking), membuat rencana
bisnis yang aplikatif dan terukur realisasinya (realizable). Paling
penting yaitu selalu menyandarkan setiap aktivitas bisnis hanya kepada Allah
SWT (tawakal).
Semoga bermanfaat. Salam sukses berkah berlimpah.
Tulisan ini diikutsertakan
pada Blogging Competition Indo Supply Chain bersama komunitas blogger Gandjel Rel