KEGIATAN LITERASI UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA ANAK
Salah satu langkah yang dapat
digunakan untuk mengukur kualitas sumber daya manusia di suatu negara dapat
dilakukan dengan mengukur kualitas literasi masyarakat negara tersebut.
Negara-negara maju menggunakan pengukuran literasi sebagai batu pijakan bagi
proses perbaikan di bidang pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia.
Budaya literasi membutuhkan
beberapa kompetisi dasar seperti Creativity
(kreativitas), Communication
(komunikasi), Collaboration
(kolaborasi), dan Critical Thinking
(berpikir kritis), juga bermodalkan HOTS (High
Order Thinking Skill). Konsep HOT Skills meliputi
konsep mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Perkembangan konsep ini didasarkan pada sifat anak-anak yang
cenderung mempunyai daya ingat dan daya pikir yang kuat. Jika diterapkan dalam
mendidik anak, konsep HOT Skills dipercaya
mampu menumbuhkan keterampilan berpikir kritis.
Kegiatan literasi selama ini identik dengan
aktivitas membaca dan menulis. Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003
menyebutkan bahwa literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi
dalam masyarakat.
Menurut UNESCO, literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya.
Deklarasi UNESCO itu juga menyebutkan bahwa literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Kemampuan-kemampuan itu perlu dimiliki oleh setiap
individu dan itu
bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.
Ada
enam jenis literasi yang perlu kita ketahui termasuk kegiatan yang dapat
dilakukan oleh anak-anak untuk mengasah kemampuan berpikir kritis mereka yaitu
:
1.
Literasi
Baca dan Tulis
Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan
kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami
informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk
mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi
di lingkungan sosial. Kegiatan literasi ini yang nantinya akan lebih banyak
saya bahas karena setiap hari menjadi aktivitas yang saya tekuni bersama DNA Writing Club.
Contoh kegiatan literasi baca dan tulis:
Belajar
menulis cerita
Menulis adalah cara
terbaik bagi anak-anak untuk mempelajari hal-hal baru dan mengingatnya.
Anak-anak yang belajar menulis cerita sejak dini akan mampu belajar dengan
mudah, efektif, berpikir secara sistematis, dan lebih percaya diri.
Menurut Ary Nilandari,
menulis dapat membantu anak mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Ya, benar
sekali. Anak-anak yang terbiasa menulis sejak dini, akan terbiasa membaca
kehidupan di sekelilingnya secara
kritis.
Dua anak yang melakukan
perjalanan dan kunjungan ke suatu tempat yang sama, ketika diminta untuk
menuliskan hasil pengamatan dan observasinya di tempat tersebut, akan
menghasilkan dua buah tulisan yang berbeda. Dari sini, mereka belajar tentang
perspektif atau sudut pandang.
Menulis adalah salah satu
cara memberikan tanggapan dengan perspektif atau sudut pandang masing-masing. Anak-anak
belajar bahwa lingkungan di sekitar mereka begitu kompleks dengan beragam sudut
pandang.
Read aloud (membacakan buku secara nyaring/suara lantang)
Orang tua dapat
memilihkan buku sesuai usia anak, seperti picture
book,
cerpen atau
dongeng, lalu menyampaikan isi buku/teks, kata demi kata
dengan intonasi
yang menarik dan penuh ekspresi.
Membaca buku cerita secara mandiri.
Membaca bukanlah sekadar meningkatkan keterampilan berbahasa.
Membaca adalah sebuah proses pembaruan pikiran, di mana seseorang akan menerima
suatu hal yang dapat membantu terbentuknya sel otak baru dalam setiap
penyerapan informasi. Membaca banyak sekali
manfaatnya bagi anak-anak.
Sebagai
orang dewasa yang ada di sekitar anak-anak, tugas kita adalah to educate (mendidik), to empower (menguatkan), dan to enrich (memperkaya cara pandang) anak-anak.
Tujuan literasi tidak dapat tercapai tanpa adanya
peranan orang tua di rumah. Hal-hal yang dapat dilakukan orangtua untuk
menunjang pembiasaan menulis dan membaca seorang anak adalah membacakan buku
dan membuat perpustakaan di rumah.
Rasa cinta anak terhadap buku bukan timbul secara
mandiri, tapi karena distimulasi oleh orang-orang yang ada disekilingnya.
Orangtua yang gemar membaca akan diikuti oleh anak-anaknya, karena pada
dasarnya anak mengamati dan mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtuanya.
Memulai dari diri sendiri merupakan langkah awal
untuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak. Orangtua juga dapat membuat
sebuah perpustakaan yang dapat dijangkau oleh anak. Letakkan buku di tempat-tempat
yang mudah dijangkau oleh anak-anak.
2.
Literasi Numerasi
Literasi
numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk bisa memperoleh,
menginterpretasikan, menggunakan, dan mengomunikasikan berbagai macam angka dan
symbol matematika untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks
kehidupan sehari-hari; bisa menganalisis informasi yang ditampilkan dalam
berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) untuk mengambil keputusan.
Kegiatan
literasi numerasi yang dapat dilakukan dengan anak, antara lain:
Praktik
berbelanja di pasar, belajar menghitung benda tertentu, belajar membaca tabel
juga grafik, dan masih banyak kegiatan lain yang bisa disesuaikan dengan usia
dan tahap tumbuh kembang anak.
- Literasi Sains
Literasi
sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi
pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil
simpulan berdasarkan fakta, memahami karakteristik sains, membangun kesadaran
bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual dan budaya,
serta meningkatkan kemauan untuk terlibat dan peduli dalam isu-isu yang terkait
sains.
Alhamdulillah,
di Semarang ada Komunitas Ilmuwan Cilik yang sering mengadakan kegiatan praktik
sains untuk anak-anak mulai usia 5 tahun. Tentu saja, hal ini sangat bermanfaat
untuk menumbuhkan kemampuan anak-anak dalam berpikir kritis. Selain itu,
kegiatan sains bisa kok diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan
peralatan sederhana yang ada di sekitar kita. Misalnya saja, ketika mengenalkan
konsep mengapung-melayang-tenggelam dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di
dapur, mengenalkan pertumbuhan tanaman dengan menanam biji kacang hijau, dan
banyak lagi.
- Literasi Digital
Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan
untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam
menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya
secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka
membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Anak-anak sekarang adalah anak generasi alfa yang
akrab dengan dunia digital bahkan sejak sebelum mereka lahir. Karena itu,
pengetahuan dan pemahaman tentang literasi digital ini patut dimasukkan dalam
kurikulum pembelajaran mereka. Salah satu yang pernah menjadi proyek saya dan
anak-anak DNA Writing Club adalah membuat konten positif di media sosial. Waktu
itu, kami membuat proyek short movie di channel You Tube “DNA Writing Club”.
Alhamdulillah, dari kegiatan ini anak-anak belajar untuk mengeksplorasi potensi
mereka masing-masing, mengasah kemampuan berdiskusi untuk menyusun naskah
skenario, belajar bekerja sama, dan banyak lagi.
- Literasi Finansial
Literasi
finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman
tentang konsep dan risiko, keterampilan, dan motivasi dan pemahaman agar dapat membuat
keputusan yang efektif dalam konteks finansial. Tujuannya untuk meningkatkan
kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi
dalam lingkungan masyarakat. Anak-anak harus diajarkan bijak mengelola keuangan
sejak dini. Misalnya, orang tua
memberikan pengarahan mengenai penggunaan dan pengaturan uang saku, mengajarkan
budaya menabung, berhemat, dan banyak lagi.
- Literasi Budaya dan Kewargaan
Literasi
budaya adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap
kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi
kewargaan adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban
sebagai warga masyarakat.
Dalam
literasi ini, anak-anak dapat didorong untuk mengenal keanekaragaman budaya di
Indonesia, berlatih berpikir kritis dalam menyikapi perbedaan, menyelami makna “Bhinneka
Tunggal Ika”, dan banyak kegiatan kreatif lainnya yang bisa dilakukan orang tua
bersama anak di rumah.
Nah, seluruh elemen
mempunyai peranan penting untuk meningkatkan budaya literasi. Membentuk
masyarakat menjadi pribadi literat di segala jenjang merupakan tugas bersama
dan saling terikat. Kegiatan ini tidak bisa dikerjakan secara parsial.
Pemerintah, masyarakat,
guru, orang tua, pustakawan, penulis, penerbit dan segala pemangku kebijakan
dan kepentingan mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan kualitas
literasi masyarakat Indonesia. Sebagus apapun program pemerintah, jika tidak didukung
oleh masyarakat yang di bawah tentu tidak akan menghasilkan.
Semakin tinggi kesadaran
masyarakat untuk membangun budaya literasi, maka kemampuan berpikir kritis akan
semakin terasah. Akhirnya, diharapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional
dapat diwujudkan bersama.