10 KULINER KHAS WONOGIRI, MESKI NDESO TAPI NAGIH 'n NGANGENIN
Keisya Avicenna
Friday, July 10, 2020
2 Comments
Sudah hampir 5 bulan aku tidak pulang
ke kampung halaman, tentu saja rindu ini sangat menghebat. Wonogiri, kota
kelahiranku. Kota yang menyimpan banyak kenangan istimewa juga kisah-kisah seru
penuh cinta.
Tidak hanya rindu pada kakak jangkung
kesayangan plus pakde kesayangannya Dzaky, yakni Pakde Doy, juga kangen
jalan-jalan di car free day dan
nongki-nongki di alun-alun Kota Wonogiri bersama Pakde Doy dan Bude Wid. Tapi,
rindu ini pun menghebat pada kuliner Wonogiri. Makanan dan camilan khas Wonogiri ini menambah kekayaan kuliner Indonesia, yang meskipun dari
“ndeso” tapi dijamin nagih dan ngangenin.
Terasa sakit luar biasa
Kalau kamu ke Wonogiri
Kuliner ini wajib dicoba
10 Kuliner Wonogiri
Pindang
Ceprot “Mbah Sinem Ngadirojo”
Kalau di Semarang, Pindang itu sejenis ikan yang biasanya kemasan jualannya diletakkan di besek. Tapi, kalau di
Wonogiri, pindang itu terbuat dari tepung gaplek, ada campuran kikil, jeroan,
dan daging kambing. Apalagi kalau dimakan dengan nasi hangat plus sambil bawang
huh-hah. Dijamin terus-terusan nambah. Makanan ini sering disebut dengan pindang
ceprot. Meskipun di Pasar Pokoh yang lokasinya lumayan dekat dengan rumah ada
yang jual, tapi sejak dulu favorit keluargaku itu pindang ceprotnya Mbah Sinem
yang lokasi rumahnya di Ngadirojo. Meski jauh, tapi kami rela ke rumah beliau
untuk menikmati cita rasa pindang ceprot yang gurih dan manis, pokoknya lumer
banget di lidah. Pindang ini dibungkus dengan daun jati. Cita rasa dagingnya
juga nampol abis. Kabar baiknya, kata Pakde Doy, sekarang sudah banyak yang
jadi “reseller” pindang ceprotnya Mbah Sinem di kawasan kelurahan kami.
Asyiiiik… bisa lebih gampang dan praktis untuk dapat menikmati salah satu
kuliner favoritku ini.
Mbah Sinem dengan pindang kambing ceprotnya. Alhamdulillah, usaha kuliner ini juga dibantu anaknya, jadi turun-temurun. |
Masya Allah, kangen banget makan ini. Sumber foto: IG @kulinerwonogiri |
Bakmi
Sambal dan Gethuk “Mbokde Warni”
Ini salah satu produk yang cukup
melegenda. Masih satu RT denganku. Bakmi yang dijual bukanlah mie telor atau
bakmi biasa tapi “mie pentil” yang ukurannya besar dan panjang seperti karet
pentil (karet yang biasanya dipakai untuk bahan bikin ketapel itu lho).
Biasanya dijual lengkap dengan sayur dan sambal kacang yang pedasnya bikin lidah
membara. Sambal kacangnya diuleg atau ditumbuh secara manual, tidak diblender.
Jadi, rasanya masih natural. Hihi. Pokoknya, lebih endes deh daripada sambal
kacang blenderan. Selain, bakmi sambel, jajanan favoritku di Mbokde Warni yaitu
gethuk. Gethuk ini masih dibuat dengan peralatan tradisional, ditumbuk dengan
alu dan lumpang besar. Aku sudah pernah lihat proses pembuatannya. Oh ya, rasa
gethuknya manis, gula merahnya khas terasa.
Mie pentil tanpa sambal kacang. Kalau Titi Ya menyebutnya "mie intip" |
Geti Wijen dan Ampyang Kacang “Bu Parti”
Geti wijen ini terbuat dari campuran wijen,
gula jawa, dan jahe. Setiap mudik Wonogiri, aku selalu minta tolong Pakde Doy
untuk memesankan geti wijen dan ampyang buatannya Bu Parti karena kualitas rasa
dan pemilihan bahan tidak perlu diragukan lagi. Apalagi Bu Parti adalah ibu
dari sahabat karibnya Pakde Doy sejak SD hingga sekarang. Geti wijen yang
rasanya manis, gurih, dan menghangatkan ini selalu jadi oleh-oleh favorit yang
aku bawa kembali ke Semarang, termasuk ampyang kacang yang renyah dan legit di
lidah. Aiiih, #autongiler mbayangin makan dua camilan manis ini.
Geti Wijen Bu Parti |
Ampyang kacang |
Mete Wonogiri
Mere adalah salah satu camilam terkenal di
Wonogiri. Mete dengan kualitas
super, utuh bukan tempelan, tidak penguk, kriuk banget, dan rasanya super endolita.
Hingga kini, aku dan Mbak Thicko masih jadi reseller mete super Wonogiri. Omset
kemarin saat Ramadan saja tembus lebih dari 40
juta.
Sampai sekarang pun masih banyak yang order. Tangan ini selalu gatel untuk
ambil lagi dan lagi kalau sudah mangku toples isinya mete. Penasaran
sama rasanya? Bisa kok kepoin instagram @metesupertwin.
Bisa langung order ke no di atas. Dijamin gak kaleng-kaleng. Banyak yang sudah membuktikannya! |
Cabuk
Warnanya hitam legam. Sekilas penampakan
luar kemasannya seperti pepes karena dibungkus daun pisang, tapi ukurannya
lebih kecil. Cabuk merupakan makanan tradisional yang terbuat dari ampas pembuatan minyak wijen. Warna hitamnya
terbuat dari merang padi yang dibakar. Selanjutnya, diolah bersama campuran
gula jawa, kemangi, cabe rawit, bawang putih, dan garam. Kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dibakar. Cabuk sangat nikmat
jika dinikmati bersama nasi hangat lengkap dengan trancam atau gudangan. Cabuk
merupakan salah satu makanan kesukaan almarhum Ahha Wok. Dulu, waktu Ahha masih
ada kami suka membeli cabuk di depan Toko Erlangga.
Pepes hitamnya Wonogiri eh bukan ding, Cabuk namanya. |
Sego
Bancakan “Mbak Vera”
Kuliner ini cukup ngehit di wilayah
Wonogiri, Sukoharjo, Solo, dan sekitarnya. Menu ini juga dapat dijumpai di angkringan. Sego atau nasi bancakan ini
dibungkus dengan daun jati. Isinya nasi putih dengan lauk telur rebus, mie
bihun goreng, tolo, gudangan, tempe-tahu bacem, oseng lombok ijo, juga cabuk.
Uwenak tenaaan. Menu nasi bancakan ini juga salah satu favoritnya Ahha Wok dan
kami sekeluarga. Kami sering beli di warungnya Mbak Vera. Menu ini tergolong
menu khas desa alias ndeso. Sego bancakan Wonogiri ini dijamin murah meriah isinya
berlimpah ruah dan endolita di lidah.
Sego bancakan Wonogiri |
Sate
Ayam Ponorogo “Pak Kabul”
Sate ayam legendaris ini asli Ponorogo tapi sangat ngehit di Wonogiri dan sudah ada
sejak aku kecil. Rasanya paling juara di antara semua sate ayam yang ada
di Wonogiri. Di Semarang pun, aku belum bisa menemukan yang rasanya bisa seenak
sate ayam ponorogonya Pak Kabul. Tak heran, jika para pelanggan harus rela
antri panjang saat membeli sate ayam ini. Lokasinya di dekat SD Negeri 6
Wonogiri.
Uwenak tenaaan. Sumber foto: tripjalanjalan.com |
Lontong
Opor “Mbah Beth”
Warung makan Mbah Beth terletak persis
di depan Stasiun Wonogiri. Menu favoritku adalah lontong opor. Inilah lontong
opor paling juara yang pernah aku rasakan. Habis sarapan lontong opor, bisa lho
lanjut berwisata ke Solo naik kereta api wisata Bathara Kresna. Semoga pandemi
segera berakhir dan kereta api ini bisa beroperasi lagi dan kita bisa
jelong-jelong lagi, deh!
Lontong Opor Mbah Beth |
Es
Campur Mutiara Sari Petodjo
Es campur paling uwenak dan suegeeer
yang sangat pas menghilangkan dahaga di kerongkongan. Dengan isian utama degan
yang diberi sirup dan mutiara, plus ditambah es, hmm… slruuup… perpaduan yang mak
nyuz banget. Lokasinya di ruko samping Toserba Luwes. Harganya juga ramah
di kantong. Pokoknya, kamu wajib coba!
Tahu
Kupat Wonogiri
Tahu kupat ini favoritku sejak dulu.
Bisa request level kepedasannya,
uniknya bisa )disajikan dengan bakso raksasa (sesuai permintaan pelanggan). Pokoknya nyammy banget, deh. Sulit ah terampau sulit diuraikan kelezatannya
dengan kata-kata. Kuahnya yang pedas dan gurih bikin kemecer. Taburan kacang tanah yang kriuk-kriuk, juga kupatnya yang maregi. Lokasi warungnya di jalan depan
Luwes Wonogiri.
Ah, ini baru 10 jenis makanan
dan camilan yang aku tulis, masih banyak yang lainnya. Ada tempe benguk, jangan lombok ijo, emping khas Wonogiri, sego thiwul, dan banyak lagi.
Sumpah, jadi makin rindu pulang.
Kangeeeeeeeeen…
Kota
Sukses itu Wonogiri
Pak
Joko nama bupatinya
Sungguh menghebat rindu ini
Semoga Corona segera sirna