[Nostalgia Putih-Abu] : SPARKLING SMANSA
Keisya Avicenna
Tuesday, February 09, 2016
2 Comments
Biarkan satu halaman terbuka
setiap hari…
Renungkanlah rahasia yang ada di
dalamnya…
Masa SMA bagiku menjadi masa yang penuh
warna. Saat aku merasakan desiran hati yang berbeda (terserang virus merah
jambu, hihihi), saat aku mendapatkan
ujian hidup yang luar biasa dari-Nya, saat aku belajar berorganisasi, saat aku
menemukan sahabat-sahabat sejati, saat aku mengenal indahnya Islam, saat aku
memutuskan mengenakan hijab untuk pertama kalinya, saat aku belajar menemukan
jati diri dan menentukan visi-misi hidupku di masa depan.
Pernak-Pernik Bintang 1
Bisa masuk dan
diterima di SMA paling kece, paling favorit, paling WOW di Kota Wonogiri adalah
sebuah kebanggaan dan kebahagiaan yang luar biasa! Itu juga yang aku rasakan.
Meskipun keputusanku dan saudari kembarku diprotes teman-teman dekat yang
memutuskan untuk melanjutkan sekolah di SMA favorit Kota Solo. Akhirnya,
setelah musyarawarah dengan Mas Dhody (kakak laki-lakiku yang pernah merasakan
ngekos di Solo waktu sekolah di SMK N 1 Solo), Babe, sama Ibuk, diputuskan kalau si kembar (SUPERTWIN)
SMA-nya di Wonogiri saja. Baru nanti kalau kuliah boleh ke luar kota Wonogiri.
Tak perlu bersusah payah untuk bisa diterima di SMA N 1 Wonogiri (SMANSA).
Nilai rata-rataku Ujian Nasional SMP (mungkin dulu istilahnya EBTANAS) 9,…
(sembilan koma sekian… *lupa) dengan nilai Matematika sempurna (10).
Alhamdulillah, saat pengumuman penerimaan siswa/siswi baru, aku dan kembaranku
dinyatakan LOLOS SELEKSI. Seragam dengan bordiran bintang 1 di lengan kiri pun
aku dapatkan.
Seperti biasa, jadi
siswa baru itu harus ikut MOS (Masa Orientasi Siswa atau Masa Orientasi Sekolah).
Barang PR-nya ya ampuuun… super ugal-ugalan. Bikin tas dari karung tepung
segitiga biru-lah, bawa roti dengan merk X, air mineral merk Y, harus kunciran
dengan pita sejumlah 7, dan masih banyak lagi. Yang bikin nganyelke itu
peraturan seniornya…
Pertama, senior selalu benar!
Kedua, jika senior melakukan
kesalahan, kembali ke peraturan pertama!
Bah, apa pula?!
Peraturan macam apa itu?
Setiap pagi harus
sudah kumpul sebelum jam 6 pagi. Otomatis Ibuk dan Babe pun ikutan rempong.
Setelah aku dan kembaranku sarapan, Ibuk mbantuin nguncir dan Babe nganterin
sampai batas pengantar yang ditentukan.
Setelah peluit panjang
yang menyayat hati itu dibunyikan oleh Tim Disiplin, semua anak-anak baru haru
segera berbaris rapi di lapangan. Aku masuk di kelas 1.5, beda kelas dengan
kembaranku yang masuk di kelas 1.7.
Lalu, kami mengikuti
upacara pembukaan MOS. Setelah upacara selesai, ada cek barang PR,
bentak-bentakan nggak jelas yang sangat memekakkan telinga dan membuat ciut
nyali. Selama MOS 3 hari itu, ada 1 hari dimana aku mengalami perlakuan yang
tidak mengenakkan dari para senior putri (terutama salah satu senior cewek
tergalak). Aku dikerubung oleh beberapa senior yang teriak-teriak nggak jelas
di telingaku dan ternyata hal itu terekam di memory bawah sadarku.
MOS pun usai, ternyata
ada perubahan penempatan kelas. Akhirnya, aku dan kembaranku menjadi 1 kelas,
di kelas 1.3. Kami juga tidak tahu kenapa bisa jadi satu kelas. Ternyata
gurunya pun tidak sadar kalau ternyata kami berdua itu kembar. Dan…
cerita-cerita seru di kelas 1.3 pun dimulai. Ada beberapa ‘catatan harian
bintang 1’ yang tak bisa aku lupakan :
1.
Di kelas, aku dan kembaranku terkenal
cukup rajin, baik dalam hal mengerjakan PR, mengerjakan LKS (belum disuruh
mengerjakan saja, kita berdua sudah kerjakan di rumah. Hihihi *kesregepen). Alhasil, teman-teman
sekelas sering meminjam pekerjaan kami. Kalau pagi-pagi sebelum bel masuk berbunyi,
teman-teman yang lain pada rempong mengerjakan PR atau menyalin tugas, aku,
kembaranku, dan temanku yang namanya Uyun, kita malah asyik nangkring di meja
guru. Samping meja guru memang ada sebuah jendela, yang dari sana kita bisa
melihat lapangan basket, trotoar, jalan raya. Ehm, dan tentu saja, curi-curi
pandang dengan ‘someone special’ yang kita ‘taksir’. Hahaha. Astaghfirullah…
Kalau inget kejadian nongki-nongki di meja guru ini bikin aku ketawa sampai
mules.
2.
Di kelas 1.3 ini, aku dan kembaranku
membentuk sebuah Genk namanya ‘Genk BeRr’ dan kita berdua yang jadi bos-nya.
Hahaha. Anggota khusus adalah teman-teman sederet (bangku depan sampai
belakang) ditambah beberapa anggota lain yang turut meramaikan. BeRr sendiri
ntah apa filosofinya, yang jelas kita selalu ber-lajar ber-sama, ber-main
ber-sama, ber-senang-senang ber-sama, ulangan ber-sama (nyontek-nyontekan),
mbolos ber-sama, dll. Hahaha. Kacau! Parah! Memang, kelas 1.3 ini anggota
terbanyak memang cowok-cowok anggota basket SMA, yang sangat takluk dengan aku
dan kembaranku. Takluknya karena aku dan kembaranku sering membantu para cowok
itu saat mengerjakan ulangan. Hihihi. Betapa baiknya ya kita? *janganditiru!
Ini kebaikan yang salah dan menyesatkan.
3.
Aku dan kembaranku duduk di baris ke-3,
cowok-cowok biasanya suka duduk di barisan belakang. Saat ada guru yang
‘njelehi’, ‘bikin ngantuk, ‘ingin kabur rasanya’, aku dan kembaranku biasanya
menyiasati dengan membawa camilan dan kita taruh di laci. Saat ‘aman’,
diam-diam kita makan tu camilan atau permen. Nah, biasanya anggota Gank BeRr
yang lain berkirim surat untuk minta ‘sedekah camilan atau permen’ yang kita
punya. Hahaha.
4.
Aku dan kembaranku pernah mempelopori
aksi membolos satu kelas. Waktu itu, jam terakhir Bahasa Inggris dan kosong.
Akhirnya, aku dan teman-teman sepakat mendingan kita bolos aja. LKS yang
disuruh untuk mengerjakan pun sudah aku kerjakan. Teman-teman segera kami suruh
untuk menyalin dengan cepat lalu dikumpulkan. Ada dua teman cowok yang ‘mlipir’
keluar terlebih dulu untuk menangkap tas yang dilemparkan lewat jendela. Habis
itu, setiap dua orang ‘mlipir’ ke luar sekolah lewat pintu yang berbeda-beda.
Seru sekali waktu itu! Sayangnya, keesokan harinya, kita sekelas mendapatkan
hadiah amarah besar dari ibu wali kelas dan dihukum oleh Guru Bahasa Inggris.
Maafkan kenakalan kami, ya, Bu! *sungkem
5.
Kelas bintang 1 ini aku benar-benar
merasakan suka dukanya jadi seorang ‘secret admirer’ cowok kelas 1 juga tapi
kelasnya di bawah, dekat lapangan basket. Sering banget, pura-pura ke kamar mandi
bawah, hanya sekadar biar bisa curi-curi pandang atau mengunjungi teman SMP
yang sekelas dengannya. Padahal cowok itu dulu juga 3 tahun sekelas sama aku
waktu SMP. Tapi, di SMP aku nggak sedikit pun menaruh hati padanya. Fokusku
waktu SMP ya belajar, belajar, dan belajar. Nggak ngikut-ngikut teman, SMP udah
punya gebetan bahkan punya pacar. Ntahlah! Biarlah, benih-benih rasa suka itu
muncul dan aku tetap menjadi pengagum rahasianya dalam diam… *uhuk! (Waktu itu aku belum kenal ROHIS.
Lha wong kalau mentoring sering kabur. Aku masih jadi anak kelas 1 yang gaul
tapi rajin, seorang aktivis KIR. Hihihi.)
Dan… aktivitas nongki-nongki di
atas meja guru setiap pagi pun tetap menjadi rutinitas yang mengasyikkan.
Pernak-Pernik Bintang 2
Alhamdulillah, aku dan
kembaranku naik kelas 2 dengan nilai yang cukup memuaskan, masih ranking 5
besar. Di bintang 2 ini, aku dan kembaranku terpisah. Aku kelas 2.2 dan
kembaranku kelas 2.3. Dan pagi itu menjadi pagi yang kelabu dalam hidupku.
Hari pertama masuk
sekolah di kelas 2, aku diajak teman-temanku untuk melihat MOS anak-anak kelas
1 di lapangan basket. Entah kenapa, aku seperti merasa di-MOS lagi. Suara
terikan, bentakan, caci maki para senior yang sempat aku rasakan setahun silam,
seperti memenuhi telingaku. Sampai akhirnya, aku ambruk, pingsan, lalu
mengalami kejadian aneh dalam diriku. Aku trauma! Aku merasa aneh dengan semua
kondisi di sekelilingku. Babe dan Ibuk yang waktu itu kerja, dipanggil guru BK
untuk menjemputku. Sampai di rumah aku mencoret-coret majalah-majalahku.
Seperti orang ketakutan. Akhirnya, sore itu juga, orang tuaku membawaku ke
rumah sakit khusus syaraf di Solo. Setelah antri yang cukup panjang dan
melelahkan, aku pun diperiksa oleh seorang dokter yang rambutnya sudah memutih
tapi sangat sabar. Aku harus di CT-Scan. Singkat cerita, hasilnya menunjukkan
ada yang tidak beres dengan syaraf di bagian otak kecilku. Aku harus diopname
dan harus menjalani serangkaian test dan terapi. Tentu saja, biayanya sangat
tidak sedikit! Padahal waktu itu, rumahku sedang direnovasi. Akhirnya, semua
biaya yang sekiranya untuk renovasi rumah, digunakan untuk biaya pengobatanku.
Ibuk selalu ada di sampingku. Beliau rela cuti selama 22 hari agar bisa selalu
ada di dekatku. Babe, Mbak Thicko, dan Mas Dhody beberapa hari sekali naik bis
ke Solo untuk menengokku di rumah sakit. Saat sakit itu, beberapa teman
menengokku dan para tetangga juga. Akhirnya, setelah 22 hari aku harus
menjalani rawat inap, aku diperbolehkan pulang, tapi harus tetap rawat jalan.
Sampai akhirnya aku kembali ke sekolah. Dengan senang hati, teman-teman
menyambutku. Sayangnya, aku benar-benar tidak bisa konsentrasi mengikuti
pelajaran. Kepalaku pusing bukan kepalang. Akhirnya, aku ambruk lagi, sempat
tak sadarkan diri beberapa hari, dan
harus dirawat lagi. Hingga akhirnya, dokter pun memutuskan aku cuti sekolah
dulu satu tahun! Apaaa? Seketika aku langsung menangis. Aku sangat sedih.
Namun, keluargaku menguatkanku.
Singkat cerita, aku
pun dibuatkan sebuah warung kecil (26 Oktober 2003) oleh Babe dan Ibuk. Warung
yang harus aku kelola sendiri. Tujuannya agar aku punya kesibukan di rumah.
Meskipun saat itu, terkadang aku merasa sangat sedih. Bagaimana tidak? Setiap
hari aku melihat kembaranku pakai seragam putih abu-abu, menikmati masa SMA
yang penuh warna. Sedangkan aku, sibuk memikirkan gimana caranya agar aku cepat
sembuh dan bisa kembali ke sekolah. Waktu itu, setiap bulan, Babe tetap
membayar SPP-ku. Jadi, aku tetap tercatat sebagai siswa di SMA itu. Aku pun
belajar memaafkan saat para senior galak yang beberapa diantaranya sudah lulus
itu datang untuk menengokku dan minta maaf atas kesalahan mereka di masa lalu.
Warung kecilku di depan rumah. Sengaja fotoku disensor pakai remote TV. Hihihi. Coz aku belum pakai jilbab waktu itu. |
Hari-hari berlalu, aku
belajar meyakini bahwa segala yang menimpaku saat ini adalah kehendak-Nya,
jalan takdir-Nya yang begitu indah, dan aku harus sabar serta ikhlas menjalani
ini semua. Terkadang, untuk mengobati rasa kangen, aku berkirim surat ke
teman-teman SMA dan menitipkan surat-surat itu ke Mbak Thicko. Teman-teman juga
sering main dan menghiburku. Aku juga mengungkapkan isi hatiku dengan menulis
diary dan membuat puisi. Mbak Thicko juga sering membawakanku kaset-kaset
nasyid dan majalah juga buku yang ia pinjam dari kakak kelas. Salah satu buku
yang paling berkesan adalah novel Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) karya HelvyTiana Rosa. Dari tokoh Gita, aku pun bertekad dalam hati, suatu hari nanti aku
ingin mengenakan hijab. Waktu itu, Mbak Thicko memang sudah mulai aktif
mentoring, ikut majelis ta’lim sekolah, dan gabung di ROHIS. Dalam mentoring
itu, hanya Mbak Thicko dan Uyun yang belum berhijab.
Novel Ketika Mas Gagah Pergi yang dipinjamkan Mbak Thicko untukku |
Sampai akhirnya tahun
ajaran baru semakin dekat, aku menyiapkan mental sebaik mungkin. Karena
kenyataan yang akan aku hadapi adalah aku akan mengulang di kelas 2, otomatis
teman-teman seangkatan dulu akan naik ke kelas 3 (jadi kakak kelasku) dan yang
akan menjadi teman seangkatanku adalah adik kelas. Alhamdulillah, aku diterima
di kelas 2.3 dan sebangku dengan Meutika. Adik kelas yang sudah aku kenal sejak
SMP karena kami sama-sama les di bimbel BPG Nurul Islam.
Tidak terlalu sulit
bagiku untuk menyesuaikan diri. Teman-teman di 2.3 sangat asyik dan seru! Wali
kelas kami (Bu Rini) juga sangat care.
Beliau sudah aku anggap seperti ibuku sendiri. Aku pun ber-azzam, ketika naik kelas 3 nanti aku bisa ranking 3 besar dan itu
tandanya aku benar-benar sudah sembuh, aku akan mengenakan hijab. Aku sampaikan
keinginanku itu ke Mbak Thicko dan keluargaku. Semuanya setuju!
Di kelas 2 ini, aku
benar-benar punya banyak teman yang asyik dan menyenangkan, baik yang sekelas
maupun yang beda kelas. Aku pun mulai gabung di ROHIS (jadi tim MADING) dan
masuk OSIS (sebagai tim kreatif) tanpa melalui LDK (Latihan Dasar
Kepemimpinan). Aku juga ikut mentoring. Prestasi yang cukup membanggakan adalah
aku dan tim nasyid putri SMA N 1 Wonogiri berhasil mendapatkan juara 1 lomba
nasyid SMA tingkat Kabupaten Wonogiri. Selanjutnya, aku juga dipercaya untuk
membuat desain kaos kelas, lalu aku usulkan namanya ‘DEUX TROIS’ yang artinya
2.3.
Ini
desain sederhanaku yang aku buat dengan tulisan tangan…
Pernak-Pernik Bintang 3
18 Juni 2005…
Siapa sangka, dulu aku
begitu benci dengan MOS. Tapi, saat naik kelas 3 ini karena aku juga aktif di
OSIS dan terlibat dalam kepanitiaan MOS, aku terpilih untuk menjadi “TP” atau
“Tim Penilai”. Amanah maha berat yang harus aku sandang!
Ada yang berbeda
denganku hari itu. Ya, Norma yang dulu sudah bermetamorfosis. Ada kain putih
menutup kepalaku dan menjulur hingga menutupi dada. Naik kelas 3 SMA ini, aku
mantap mengenakan hijab. Sahabat yang pertama kali mengucapkan selamat dan
memelukku adalah Gestin. Ia pula yang memberikan satu stel seragam panjang
untukku lengkap dengan kerudung segi empat warna putih. Teman-teman OSIS
langsung heboh. Beberapa diantara mereka mengucapkan selamat dan teman-temanku
yang sudah berhijab terlebih dulu (kebanyakan anak OSIS yang merangkap ROHIS)
mendoakan aku semoga istiqomah. Bahagia sekali rasanya! Mungkin ini salah satu
hikmah yang bisa aku dapatkan atas sakitku beberapa waktu silam. Aku memiliki
banyak sahabat yang sangat peduli dan penuh kasih sayang.
Itu jilbab kaos Rabbani pertamaku... awal-awal pake kerudung. |
Taraaa... ^_^ *imut, kan? hihihi *krukupan kresek |
Amanah selama MOS aku
tunaikan dengan maksimal. Ujian pun tak berhenti begitu saja. Ujian setelah
berhijab justru jauh lebih berat. Aku menangkap ada sesuatu gelagat yang tidak
beres dengan tingkah seorang temanku. Dia ikhwan, amanahnya cukup mentereng di
OSIS juga ROHIS. Awalnya, ia mengirimkan surat padaku yang ia titipkan ke
Gestin. Aku anggap itu curhatan biasa, aku pun membalasnya karena posisinya
sejak SMP ikhwan itu memang adik kelasku. Hingga akhirnya, ia mengirimkan surat
ungkapan kekagumannya padaku beserta kaset Edcoustic dan buku karya Salim A
Fillah yang waktu itu memang lagi booming di kalangan anak ROHIS (Nikmatnya
Pacaran Setelah Pernikahan). Whuaaatz?
Singkat cerita, aku
mulai menata hati, menjaga hatiku dengan sebaik-baik penjagaan. Aku tidak
ingin, cintaku pada-Nya dinomorduakan. Meskipun rasanya sangat berat, aku
sangat bersyukur, ada banyak sahabat yang selalu mendukungku.
Kelas 3 ini aku jadi
warga 3 IPA 4, letak kelasnya di lantai 2. Aku pun benar-benar sibuk. Pulang
sekolah ada les di bimbel. Aku juga dapat amanah sebagai bendahara kelas yang
cukup ‘sangar’ ketika nagih uang LKS atau iuran wajib. Hihihi. Untungnya, aku
tidak perlu membayar LKS atau buku-buku. Gratis khusus untuk bendahara kelas.
Asyik, kan? *ngiritbanget!
Buku sakti kelas 3 IPA 4. hihihi |
Isi buku keuanganku, yang buatin Ibuk lho! |
Oh ya, aku punya guru
favorit yaitu Bu Rini (wali kelasku saat kelas 2.3 dulu). Bu Rini jadi guru
Fisika yang bisa menyulap pelajaran Fisika yang njlimet n bikin mumet itu jadi
pelajaran yang menyenangkan dan selalu bikin greget. Alhamdulillah, ulangan
Fisikaku selalu dapat nilai bagus. Di kelas 3 ini, nilai yang cukup mengenaskan
yaitu Kimia. Aku sering remidi, tak heran kalau aku pulang sekolah sering les
privat sama Gestin karena ia sangat jago dalam pelajaran Kimia.
Selain Bu Rini, guru
favoritku yaitu Pak Larno, guru Matematika yang kebanyakan teman-teman menyebut
beliau ‘guru killer’, guru yang selalu membawa spidol berkeliling kelas, spidol
itu akan beliau taruh di meja siswa, lalu ia harus menyelesaikan soal di papan
tulis. Kalau Pak Larno sudah memegang spidol dan berjalan berkeliling, aku
selalu menggoda teman sebangkuku Dian Novalia (Dinov). Ia pasti berkeringat
dingin. Tapi, aku suka cara beliau mengajar. Dari dulu memang aku sangat suka
pelajaran Matematika. Betapa menyenangkan bisa memecahkan soal-soal logaritma,
integral, dan aneka rumus yang kadang membuat teman-temanku ‘mabuk’. Hihihi.
Segala perjuanganku
untuk serius belajar di kelas bintang 3 ini, membuahkan hasil yang tak sia-sia.
Aku berhasil mengantongi nilai UN Bahasa Inggris dengan nilai sempurna 10!
Alhamdulillah… aku pun mulai sibuk untuk persiapan mengikuti SNMPTN. Universitas
Sebelas Maret adalah kampus pilihan sekaligus impianku. Karena setelah lulus
dari kelas 3, kembaranku pun memutuskan untuk memakai hijab dan ia diterima di
Fakultas MIPA UNS. Aku ingin menyusulnya. Hehehe.
Bersama teman-teman dikelas 3 IPA 4 SMANSA |
Hmm, ini ada beberapa
lagu kenanganku saat SMA, membuat masa putih abu-abuku semakin berkilau. Sparkling
SMANSA…
“Saat lonceng pagi datang..
getarkan relung hati kecilku…
akankah terasa lagi senja yang hadir seperti dulu?
getarkan relung hati kecilku…
akankah terasa lagi senja yang hadir seperti dulu?
Berlari mengejar angin…di tepi riuh
deburnya air..
menanti perahu layar pulang menepi..
MENJALA CINTA
takkan kudengar suaramu
nyanyikan KEAJAIBAN KECILMU…
tak kan kau dendangkan lagi… senandung syair hidupmu…
bayang dirimu menghilang… seiring kepak camar menjelang...
tiada yang lebih manis semanis engkau ada di sini…”
[ADA Band]
"Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang
Sebiru hati kita, bersama di sini
Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah
Bukankah hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan ilahi
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya
Hapus air mata meski kita kan terpisah
Selamat jalan teman
Tetaplah berjuang
Semoga kita bertemu kembali
Kenang masa indah kita
Sebiru hari ini
Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah..."
[EDCOUSTIC]
menanti perahu layar pulang menepi..
MENJALA CINTA
takkan kudengar suaramu
nyanyikan KEAJAIBAN KECILMU…
tak kan kau dendangkan lagi… senandung syair hidupmu…
bayang dirimu menghilang… seiring kepak camar menjelang...
tiada yang lebih manis semanis engkau ada di sini…”
[ADA Band]
"Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang
Sebiru hati kita, bersama di sini
Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah
Bukankah hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan ilahi
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya
Hapus air mata meski kita kan terpisah
Selamat jalan teman
Tetaplah berjuang
Semoga kita bertemu kembali
Kenang masa indah kita
Sebiru hari ini
Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah..."
[EDCOUSTIC]
“Dunia ini masih seluas yang kau impikan...
Tak perlu kau simpan luka itu, sedalam yang kau rasa
Memang ada waktu agar kau bisa kembali semula.
Percayalah padaku, kita kan bisa melewatinya…
Jangan bersedih, oh kawanku…aku masih ada disini
Semua pasti kan berlalu, aku kan slalu bersamamu…
Jalan hidup tak slamanya indah
Ada suka…Ada duka..
Jalani semua yang kau rasakan, kita pasti bisa!"
[EDCOUSTIC]
Dan inilah rentetan kalimat yang aku tuliskan di
ALBUM KENANGAN SMANSA 2005/2006 :
“Hidup memang penuh dengan goresan warna. Jadikan hidup ini selalu penuh dengan harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa. Bersiaplah menghadapi putaran waktu, hingga setiap langkah dan helaan nafas senantiasa bernilai ibadah kepada-Nya...”
“Hidup memang penuh dengan goresan warna. Jadikan hidup ini selalu penuh dengan harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa. Bersiaplah menghadapi putaran waktu, hingga setiap langkah dan helaan nafas senantiasa bernilai ibadah kepada-Nya...”
Tulisan ini diikutsertakan dalam event Giveaway Nostalgia Putih-Abu Mbak Arina