Kembara Cinta Bersua Belahan Jiwa
***
Menjelang penghujung
akhir tahun 2011, sebentar lagi aku akan membuka gerbang kehidupan di tahun
baru 2012. Sudah seharusnya aku melakukan evaluasi atas pencapaian maupun cita-cita
yang belum tercapai. Aku pun mulai menciptakan “terminal” dalam diriku,
‘pemberhentian sejenak’, untuk sejenak merenung, memahami, dan belajar memaknai
lebih dalam. Menengok masa lalu untuk kemudian membuat sebuah resolusi yang
harus aku ikhtiarkan maksimal untuk menjejak nyata di tahun mendatang. Ada lima
resolusi terbesar di tahun 2012 yang akan aku uraikan dalam untaian aksara yang
tengah menemaniku bermetamorfosis kali ini. Aksara-aksara yang menemaniku
membuat notulensi akhir tahun yang kelak menjadi blue print kehidupanku di tahun 2012.
Sebagai insan ciptaan
Allah Swt, kita harus selalu menatap harapan terbaik di masa depan. Ya, karena
hidup ini hanya terdiri dari tiga bagian: masa lalu, masa kini dan masa depan.
Masa lalu adalah pelajaran terbaik, masa kini adalah prestasi terbaik dan masa
depan adalah cita-cita terbaik. Jika kita selalu mengisi hati kita dengan
penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan, kita tidak
memiliki hari ini untuk kita syukuri. Tetaplah bersyukur dan bersyukur, walau
mungkin kita melihat sebongkah cahaya kecil di atas bukit kegelapan.
Sesungguhnya Allah Swt mengabulkan doa-doa dalam prasangka hamba-Nya. Kata-kata
syukur selalu didahului oleh sabar. Sabar itu lebih mudah dilakukan. Banyak
orang yang berhasil sabar dalam kedukaan, namun amat sulit untuk menemukan
orang yang mampu mensyukuri nikmat Allah dalam kesempitan yang ia alami.
Inilah resolusi pertama
dan merupakan resolusi terbesarku di tahun 2012…
“Ya Rabb, jika masih ada
sedikit kebaikan dariku dan Kau menganggapku telah pantas, datangkanlah
seseorang yang akan menjadi partnerku mengarungi hidup ini. Datangkanlah dengan
cara yang bersih, sederhana. Jika dia jauh, maka dekatkanlah. Jika dia telah
dekat, maka sampaikanlah waktunya. Ya Rabbi… Engkau Mahatahu apa yang tepat dan
terbaik untukku, untuk dunia dan akhiratku.”
Sebuah doa yang akhir-akhir ini sering aku
panjatkan. Doa yang tak pernah henti membasahi lisan ini. Usiaku sekarang sudah
genap 24 tahun. Berdasarkan apa yang pernah aku tuliskan dalam “life mapping”, aku berencana menikah di
usia 24 tahun dan menikah merupakan salah satu impian terbesarku di tahun 2012.
Ya, menikah adalah resolusi terbesarku di tahun 2012. Bismillah, senantiasa aku
meluruskan niat. Menikah itu ibadah dan menikah adalah separuh dien, salah satu hal yang merupakan
sunah Rasulullah Saw. Akhirnya, aku pun mulai menyusun dan menuliskan
kriteria-kriteria sosok “lelaki idaman” yang aku damba kelak untuk menjadi
seorang imamku, selama-lamanya. Seorang suami sekaligus ayah dari anak-anakku
kelak.
[*]
“Nung, bagaimana kabar
ta’arufmu?” tanya seorang sahabat dekatku.
“Ikhwannya tiba-tiba
mbatalin, ukh, tanpa alasan yang jelas,” jawabku.
Ini kali ketiga
ta’arufku belum membuahkan hasil. Sedikit kecewa memang, tapi aku tepis rasa
itu dengan menyibukkan diri dalam kegiatan yang positif.
Sampai detik ini aku
senantiasa yakin bahwa bersabar akan penantian pasti membuahkan hasil yang
istimewa. Dan sungguh benar janji Allah Swt, "Wanita yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang
keji untuk wanita yang keji pula, sedangkan wanita yang baik untuk laki-laki
yang baik dan laki-laki yang baik juga diperuntukkan bagi wanita yang baik…” (QS. An-Nur: 26).
Satu hal terpenting
yang terus-menerus aku upayakan sampai sekarang adalah evaluasi diri dan
mencoba lebih mengenal diri sendiri. Ini
langkah awal untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas diri karena
“dia” akan datang sesuai kondisi iman di hati.
Jika ada sisa harapan
dalam hidupku di jalan-Nya, aku berharap segera usai penantianku akan anugerah
separuh dien-Nya. Menikah dengan lelaki pilihan-Nya di tahun 2012 ini. Lelaki
yang AMANAH, yang benar-benar terpilih TEPAT dan TERBAIK untuk menemani hidupku
selamanya (dunia dan akhirat) dan mempunyai keluarga yang sakinah, mawwadah,
warohmah, dakwah, dan amanah. “Bersinergi
untuk sebuah kemaslahatan…”
Ya Rabbi, jiwaku takkan lelah menghitung lembaran yang telah
terlewati, hati takkan risau, jua tak ingin berkeluh. Semoga “dia” (yang tengah
Engkau persiapkan) adalah sosok yang TEPAT dan TERBAIK untukku, untuk dunia dan
akhiratku. Aamiin.
Ya
Allah, aku tahu Engkau sedang merancang skenario terbaik untukku. Maka satu
saja pintaku, kuatkanlah aku apapun skenario-Mu untukku. Akupun belajar percaya
bahwa semua hal dalam hidup ini ada dalam aturan-Nya. Musim kehidupan inipun
berjalan sesuai dengan sunatullah dan sama sekali tidak dapat diprediksi.
Ketika kita berupaya untuk selalu bersyukur atas setiap musim yang kita alami,
Insya Allah akan membuat kehidupan ini menjadi lebih bermakna. Allah Swt yang lebih
mengetahui sesuatu itu baik atau buruk.
Ada setiap waktu untuk
setiap tujuan yang telah Allah Swt tetapkan bagi makhluk-Nya. Masing-masing
‘musim’ yang diberikan-Nya kepada makhluk-Nya memiliki keberkahan tersendiri.
Mereka akan tetap datang kepada kita tanpa peduli apakah kita menginginkan
musim itu atau tidak. Setiap musim selalu Allah Swt ciptakan pada waktu yang
tepat. Dan Allah Swt akan membuat segala sesuatunya indah TEPAT pada waktu dan kondisi TERBAIK
yang telah ditentukan-Nya. Adapun yang patut kita lakukan hanyalah
bersyukur dalam segala kelapangan dan kesempitan.
Ya
Rabb, inilah langkah kembaraku dengan motivasi tertinggi merengkuh
keridhoan-Mu… Berikanlah hamba kemudahan. Aamiin Ya Rabbal’alamiin…
“Yakin, Allah Swt pasti akan menjawab
semuanya dengan sangat indah pada saat yang TEPAT dan TERBAIK!” Inilah salah
satu puncak keyakinan aku. Dan waktu pun terus berjalan teriring asa yang terus
membumbung tinggi ke singgasana Arsy-Nya…
[*]
Dari pelataran sunyi masih tak letih diri
mengeja pinta…
Dalam larik-larik do’a untuk Sang Maha Cinta
“Ya Allah, datangkanlah padaku seseorang yang Kau
janjikan untuk menemani dan meneguhkan hidupku”
Semesta pun mengiring bahagia.
Atas kabar istimewa yang tak lama lagi akan
menyapa
: terbukanya sati rahasia langit
Untukmu yang telah disiapkan-Nya
Kaulah sosok terpilih yang kan menemaniku
berjuang bersama
Menapak di jalan cinta dalam balut ridho-Nya.
26
September 2012
Namun adakah
yang layak untuk ditangisi kalau semua dijalani dengan semangat tinggi dan niat
yang bersih? Tidak ada kesusahan bagi orang yang menempuh perjalanan dengan
keikhlasan. Karena Allah tidak pernah ingkar dengan janji-Nya. It can be a
MIRACLE if you believe. TEPAT dan TERBAIK!
Semakin mantap hati ini setelah berhari-hari shalat
istikharah, meminta pertimbangan Babe dan Ibuk serta kakak-kakak, akhirnya
seusai dirosah aku beranikan diri menghadap ustadzah bagian kemahasiswaan. Aku
bilang ke beliau untuk mengambil cuti dari ma’had selama satu semester dengan
beberapa alasan yang aku utarakan.
“Anti yakin dengan keputusan anti untuk cuti
dari dirosah?” tanya Ustadzah menanyakan sekali lagi.
Aku pun mengangguk mantab. Ustadzah pun mengizinkan
dan menyerahkan selembar kertas permohonan cuti untukku. Bismillah, aku ikuti
kata hati. Aku merasa akan banyak hal luar biasa yang akan aku alami setelah
mengambil salah satu keputusan besar ini. Pulang dari ma’had aku sempatkan untuk bermuhasabah sejenak di masjid kampus.
Merenung hingga tanpa terasa mataku pun berembun…
“Ya Allah,
Engkaulah yang Maha Kuasa. Jika Engkau menghendaki sesuatu, tiada sesuatu pun
di bumi dan di langit yang menghalangi-Mu. Apapun yang Engkau kehendaki akan
terjadi. Jika Engkau menghendaki untuk memudahkan suatu urusan, tidak ada
seorang pun yang mampu menyulitkan-Mu. Engkau berkuasa atas segala sesuatu.”
27
September 2012
Setelah menjalankan amanahku sebagai seorang
pengajar di Ganesha Operation Wonogiri serta owner Istana Belajar SUPER yang aku
peruntukkan untuk adik-adik yang ingin les privat bersamaku, kembali malam itu aku
disibukkan menyapa dan silaturahim dengan beberapa rekan hebat aku di dunia
maya.
Sampai akhirnya, ada chat dari seorang kakak
tingkatku (beliau sudah menikah dan dikaruniai seorang anak) :
“Nung, dah
proses belum?”
“Belum, Mas. Ada
apa, nih?”
“Mau nggak Nung aku
kenalin dengan sahabatku?”
“Gimana Mas kriterianya?”
dst…
Singkat cerita, setelah proses editan panjang
biodataku yang 11 halaman itu aku pun mengirimkan biodataku kepada ‘perantara’
yang tak lain adalah kakak tingkatku itu. Bismillah, ikhtiar ibadah dan
perjuangan menggenapkan setengah Dien…
Biodata dari sang ikhwan pun aku dapatkan
tanggal 2 Oktober 2012. Keesokan harinya aku langsung konsultasikan kembali
kepada MR (Murobbiyah). MR-ku pun setuju dan sangat merestui.
Eits, tapi ada cerita menarik pada tanggal 2
Oktober itu.
Sesaat setelah aku membuka kiriman biodata di
emailku, kemudian aku buka, dan kursor di Doralepitoku langsung aku tarik ke
halaman paling akhir. Syok! 20 halaman euy! Sedangkan biodataku hanya 11
halaman. Masya Allah, keren! Itu ungkapan pertamaku. Eh, tapi ketakjubanku (akan
skenario Allah) tidak berhenti sampai di situ. Aku belum berani baca nama serta
data dirinya. Aku baca dulu visi dan misi pernikahan sosok ikhwan di biodata
itu, cita-cita beliau pasca menikah, dsb. Wow! Dan ada 3 huruf yang membuat aku
benar-benar langsung lemas (tapi tidak sampai pingsan) saat ada tulisan IPK di
20 halaman itu. Sedangkan di biodata “For
The AMANAH of My Life”-ku pun aku menuliskan motto hidupku IPK:
[I]nspiratif [P]restatif [K]ontributif. Sedangkan ikhwan itu mempunyai impian
ingin mendirikan sebuah Istana IPK, istana yang [I]novatif [P]roduktif
[K[ontributif. Benar-benar speechless
aku. Hm, apakah ini salah satu petunjuk dari-Mu ya Rabb? Dan petunjuk itu
bernama IPK…
Aku sama sekali belum kenal apalagi bertemu
dengan sosok ikhwan itu, justru aku kenal dengan sosok-sosok luar biasa yang
beliau tuliskan di biodata 20 halaman itu. Ada satu hal lagi yang terasa sangat
istimewa bergemuruh di hatiku, sosok itu lahir di bulan yang sama dengan bulan
kelahiranku, bulan ke-2 (Februari) tertanggal 7. Wow!
Hingga terjadilah kesepakatan, kita akan
ta’aruf tanggal 7 Oktober 2012. Hm, tanggal 7 euy… Restu dari keluarga pun
sudah aku kantongi (aku tunjukkan biodata sang ikhwan kepada semua anggota
keluarga).
[*]
Saat bunga-bunga iman bermekaran di taman
pengabdian. Saat kenangan yang tlah terukir menjadi notulensi hidup, menjadi
notulensi perenungan dalam bahasa qalbu tanpa mengizinkan cahaya hati menjadi
redup. Warna-warna optimis nan romantis akan selalu terlukis bersama do’a-do’a
kebahagiaan yang takkan pernah habis.
Insya Allah, sebentar lagi mengukir kenangan
baru. Menikmati hari-hari yang terasa begitu istimewa, dimana jantung berdetak
lebih cepat dari biasanya. Ya Rabbi, iringi setiap langkah yang terukir, setiap
nafas yang berembus dalam waktu yang terus bergulir, dengan keridhoan-Mu.
7
Oktober 2012
“Sebiru hari
ini…”
Senandung Edcoustic mengalun dari HP-ku. Hari
ini aku pakai setelan baju warna biru dengan kerudung warna senada. Tembang
nasyid itu pun cocok dengan suasana hati yang sedang mengharu-biru.
Sabtu ini terasa jauh lebih istimewa dibanding
Sabtu-Sabtu sebelumnya. Hari ini aku naik bis ke Solo dari Wonogiri. Tujuanku
ke rumah guru ngajiku. Sekitar jam 9 aku sudah sampai rumah beliau. Rencana
ta’aruf akan berlangusng pukul 10.00 WIB. Aku sengaja datang lebih awal untuk
mengkondisikan hatiku terlebih dulu.
Sekitar jam 10, kakak tingkatku mengabarkan
kalau kemungkinan mereka akan datang terlambat karena mau nyari tiket bis dulu
ke Bogor untuk sahabatnya itu.
Makin deg-degan lah diri ini. Sekitar jam 11
mereka baru datang. Laki-laki asing itu mengenakan celana jeans biru dengan
atasan kemeja batik, pakai sepatu kets dan tas sporty. Dari tasnya ada raket
badminton yang menyembul ke luar. Ups, rasanya pengen ketawa. Tapi, aku tahan.
Proses ta’aruf pun dimulai. Diawali dengan prolog oleh guru ngajiku lanjut
kakak tingkatku. Setelah itu, aku yang memulai duluan. Aku bertanya beberapa
hal, salah satunya terkait keinginanku untuk tetap bekerja pasca menikah.
Alhamdulillah, beliau mengiyakan. Aku juga sampaikan beberapa kekuranganku.
Saat aku balik bertanya, apa ada yang ingin ditanyakan dan dikonfirmasi? Beliau
menjawab, “biodata anti sudah cukup jelas dan lengkap. Insya Allah, setelah
minta izin keluarga, pekan depan saya berniat untuk menemui orang tua anti
untuk melanjutkan proses ini.”
Dhuaaar!!!
Serasa disambar petir di siang bolong. Hmm,
ini ikhwan main gerak cepat saja. Tapi, itulah yang aku dambakan selama ini.
Proses yang nggak bertele-tele, indah, mudah, dan semoga full barokah.
Pertemuan yang terasa sangat singkat.
Pertemuan 1 jam antara aku dengan calon suamiku. Saling bercerita tentang
pribadi masing-masing dan mimpi-mimpi di masa depan. Ta’aruf visioner. Ta’aruf yang cukup singkat namun produktif.
[*]
Mulai
hari itu, tiap kali menulis status di FB, aku awali dengan kalimat
“Maka
nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
[*]
"Nanti kalau Sis ditanya, kok yakin
mau nikah sama Norma kenapa Sis? Akan Sis jawab: karena hasil perenungan 1
malam, pertemuan 1 jam dengan masing-masing 1 orang pendamping dan ada
persiapan 1 bulan menuju sebuah ikatan suci berbekal hadiah hafalan 1 surat
yaitu surat Ar-Rahmaan, demi menanti sebuah janji dari 1-1 nya Dzat yang tak
pernah ingkar atas janji-Nya..."
"NORMA itu 5 huruf. TEPAT juga 5
huruf. SISWADI itu 7 huruf dan TERBAIK juga 7 huruf. Dan dulu ketika aku
ditanya 'kapan menikah?' Pasti jawabanku: 'Insya Allah, Allah Swt pasti akan
menjawab dengan sangat indah pada saat yang TEPAT dan TERBAIK!"