MBOLANG RIANG SEPUTAR TEMBALANG
Tak terasa ya, sudah hampir setengah tahun kita banyak
beraktivitas di rumah saja. Pandemi Corona ini membuat ruang gerak kita untuk
beraktivitas di luar menjadi sangat terbatas. Aku pun demikian. Jika tidak ada
hal penting, benar-benar penting, yang membuatku harus keluar rumah, aku lebih
memilih di rumah saja. Ya, salah satu alasan terbesarku karena Dzaky (3,5
tahun) bakal nginthilin kemana pun
aku pergi. Jadi dengan alasan demi menjaga kesehatan, mencegah penyebaran virus
Corona, juga karena menjalankan imbauan Pemerintah untuk selalu menerapkan
protokol kesehatan, maka di rumah saja adalah pilihan terbaik.
“Umma,
kapan kita jalan-jalan ke Cimory?”
“Umma,
kapan kita lihat kuda?”
“Ayo,
Umma, ke Giyi (Wonogiri,-red). Dek Ah sudah kangen Titi Ya.”
Beberapa pertanyaan dan pernyataan itu sering
terlontar dari mulut mungil Dzaky. Mungkin dia sudah merasakan kenapa kami
sekeluarga jarang pergi bersama-sama setiap akhir pekan, seperti sebelum
pandemi. Dulu setiap bulan, kami selalu mengegendakan untuk mbolang bersama
atau wisata keluarga.
Sebelum pandemi, kalau aku merasa kangen Wonogiri, homesick, kangen masakan ibu, aku akan
bilang suami. Jika suami tidak ada pekerjaan di hari Sabtu-Ahad, biasanya Jumat
sore kami meluncur dari Semarang menuju Wonogiri. Tapi untuk saat ini, semua
itu belum memungkinkan. Kasus positif Corona, di Semarang khususnya, masih
terus naik. Bahkan kemarin sempat baca berita, kalau Semarang menjadi kota dengan
kasus positif tertinggi di Indonesia. Innalillahi
wa inna ilaihi raji’un.
Meskipun masih masa pandemi, beberapa tempat wisata Semarang sudah buka. Kebanyakan
dengan alasan karena setiap orang itu butuh refreshing
untuk meningkatkan imunitas tubuh. Namun yang terpenting, harus disiplin
mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, kalau bisa lengkap dengan
pakai face shield, selalu cuci tangan
dengan sabun, selalu membawa hand
sanitizer, jika harus bepergian pastikan tubuh harus benar-benar dalam
kondisi sehat.
Ingin rasanya, kami kabulkan permintaan Dzaky untuk
sekadar piknik tipis-tipis ke Cimory, namun kami urungkan niat itu karena masih
teramat riskan. Apalagi di usia yang sekarang, fase Dzaky sedang kepo-keponya
terhadap banyak hal, pegang sesuatu yang dia ingin tahu lebih, terus tanpa
sadar pegang hidung dan mulutnya. Aaargh… situasi belum aman!
Refreshing
di sekitar UNDIP Tembalang
Akhirnya, sebagai alternatif wisata murah meriah,
pekan kemarin aku mengajak Dzaky berwisata ke kampus abinya, Universitas
Diponegoro (UNDIP). Hehe. Awalnya atas ajakan Mbak Desi untuk berolahraga sore
di waduk UNDIP Tembalang. Aku iya-in saja karena lokasinya cukup dekat.
Aku sempat menyiapkan kangkung dan wortel karena
rencananya setelah dari Waduk UNDIP, kami akan mampir ke Taman Rusia yang
lokasinya dekat dengan Laboratorium Terpadu UNDIP. Dzaky sangat excited karena dia suka sekali kegiatan
memberikan makan hewan-hewan. Setelah salat Asar, kami pun berangkat.
Aku
pun baru tahu lho, kalau di UNDIP Tembalang ada jembatan merah, terus ada waduk
juga. Hehe. Waduk ini ternyata mulai dibangun sejak tahun 2013 dan diberi nama
Waduk Pendidikan Diponegoro. Pembangunan waduk ini bertujuan untuk menjaga
keseimbangan ekosistem dan lingkungan, serta pengendali banjir di kawasan
kampus UNDIP Tembalang. Waduk ini juga bisa jadi tempat belajar bagi mahasiswa
jurusan Teknik Sipil, Teknik Lingkungan, Biologi, Kimia, maupun Perikanan dan
Kelautan. Selain itu, waduk ini juga difungsikan sebagai pembangkit listrik dan
tempat rekreasi.
Saat
kami di sana, ternyata ada banyak kegiatan yang dilakukan para pengunjung di
sekitar Waduk UNDIP. Ada yang memancing, ada yang jogging, ada yang main skateboard, ada yang main sepatu roda, ada
yang bersepeda, dan ada yang hanya duduk-duduk santuy sambil ngemil dan menikmati pemandangan. Kunjungan singkat
ke waduk UNDIP ini cukup membuat pikiran lebih fresh dan hati lebih bahagia. Alhamdulillah.
Lokasi
selanjutnya, kami menuju Taman Rusa. Sesampai di lokasi, ada 2 keluarga (bapak,
ibu, dan anak-anak mereka) sedang asik dengan rusa. Dulu pas terakhir ke sini,
rusanya baru segelintir, belum sebanyak sekarang. Aku pun seketika merasa so amazing. Hehe.
“Umma,
minta kangkungnya,” pinta Dzaky.
Dzaky
pun menjulurkan tangannya dan rusa-rusa itu saling berebut untuk menikmati
kangkung yang diberikan Dzaky. Ada seorang anak yang dari tadi memandang Dzaky
dengan tatapan mupeng (muka pengen, -red). Hehe. Aku bisikkan ke telinga Dzaky,
“Boleh ya, berbagi kangkung ke kakak itu.
Kakak itu ingin memberi makan rusa kayak Dzaky. Tapi, dia nggak bawa kangkung.”
Alhamdulillah, Dzaky mengiyakan. Dzaky mau berbagi kangkung. Mata anak
laki-laki itu berbinar-binar tatkala beberapa tangkai kangkung berpindah ke
tangan mungilnya. Dia pun semakin asik memberi makan rusa bersama Dzaky. Ibunya
turut mengucapkan terima kasih kepada kami.
Masya
Allah, banyak yang bisa kami pelajari dan lakukan saat mengunjungi Taman Rusa.
Kami tidak perlu repot-repot datang ke kebun binatang apabila ingin melihat
rusa. Taman Rusa ini terletak di
belakang Laboratorium Terpadu, dekat dengan Pojok Tanaman Langka, tak jauh dari
Fakultas Peternakan.
Taman
ini bisa menjadi media rekreasi dan edukasi bagi keluarga. Bagiku, kegiatan
sore itu sekaligus bisa mengasah fitrah keimanan dan fitrah belajarnya Dzaky.
Aku pun memancing dialog dengan Dzaky.
UmmaMa: “Siapa pencipta rusa,
Dzak?”
Dzaky: “Allah.”
UmmaMa: “Masya Allah, ya. Indah sekali
salah satu hewan ciptaan Allah ini.”
Terus
aku jelaskan tentang rusa. Rusa itu berkaki empat dan memiliki tanduk di
kepalanya. Kadang orang menyebut rusa dengan nama sambar atau menjangan. Rusa
termasuk dalam keluarga mamalia (hewan yang berkembang biak dengan beranak) dan
termasuk jenis hewan herbivora (pemakan dedaunan). Ya, aku jelaskan sebatas
yang aku tahu dan Dzaky sangat senang menyimak penjelasanku.
Dzaky: “Kok rusa juga suka wortel,
Ma? Kayak kelinci.”
UmmaMa: “Iya, rusa juga suka
wortel, selain suka kangkung karena rusa pemakan tumbuhan. Tuh lahap sekali,
kan makan wortelnya.”
Menurut
informasi, rusa yang ditangkarkan di Taman Rusa UNDIP ini merupakan rusa asli
Indonesia berjenis langka yakni rusa timor. Nama latinnya Cervus timorensis, yang kini ditetapkan menjadi fauna identitas
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Keberadaan taman rusa ini juga sangat
bermanfaat sebagai sarana penelitian civitas akademika, selain sebagai upaya
melindungi populasi rusa langka di Indonesia. Taman rusa ini berada di bawah
pengelolaan Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP. Taman rusa ini juga
menjadi bukti bahwa UNDIP adalah kampus yang ramah lingkungan dan peduli dengan
keberlangsungan hidup satwa langka di Indonesia. Wow, masya Allah, ya!
Dulu,
di taman rusa ini ada petugas yang menyediakan pakan, lho. Tapi, kemarin pas
nggak ada. Insya Allah, pakan kami aman
kok, Pak. Nah, yang perlu diperhatikan pengunjung saat memberi pakan rusa
adalah jangan sampai memberikan pakan yang masih dibungkus plastik, ya, misal
seplastik-plastiknya disodorin ke rusa. Selain itu, juga jangan memberikan
pakan yang masih terikat tali rafia. Kasihan kan rusanya kalau nggak sengaja
makan plastik atau keloloden tali
rafia.
Setelah
kangkung dan wortel yang kami bawa habis, aku, Dzaky, Mbak Desi, dan Mbak Riza
asik berfoto-foto di dekat patung sapi. Ada 3 patung sapi yang cukup ikonik di
situ. Ada tulisan berisi informasi yang menyebutkan kalau patung sapi itu
dulunya ada di Pleburan terus dipindah ke Tembalang. Hijrah ceritanya. Hehehe.
Waaah…
alhamdulillah, seru sekali, wisata sore kami yang gratis dan ekonomis ala
UmmaMa dan Dzaky kali ini. Semoga pandemi ini segera berakhir, ya, setidaknya
kasus positif akibat virus Corona semakin menurun, bahkan Allah hilangkan virus
ini dari muka bumi. Aamiin ya Rabb. Karena bagi Allah, tidak ada yang mustahil.
Kun!
Fayakuun! Jadi! Maka, terjadilah!
Yuk,
tak henti langitkan doa, semoga pandemi ini sirna dan kita bisa berwisata,
menjelajah keindahan bumi Allah ini bersama keluarga dengan hati bahagia!