TARBIYAH RAMADHAN
Keisya Avicenna
Tuesday, September 01, 2009
0 Comments
Ramadhan adalah bulan tarbiyah. Bulan ini bagaikan madrasah kolosal yang mendidik hamba-hamba Allah yang mu'min untuk menjalani tarbiyah islamiyah mutakamilah (pendidikan Islam yang sempurna); meliputi tarbiyah ruhiyah (ruhani), aqliyah (intelektual), dan jasadiyah (phisik). Tarbiyah ramadaniyah diikuti seluruh kaum muslimin; dari pejabat hingga rakyat, kaya atau miskin, tua ataupun muda, remaja maupun dewasa . tidak memandang suku bangsa warna kulit atau pun bahasa, semua yang mengaku beriman sama-sama mengikuti perintah Allah berpuasa Ramadhan.
Esensi utama dari tarbiyah ramadhan adalah menghubungkan manusia dengan Rabbul Alamin. Menghidupkan hati nurani dan mengisi jiwa dengan nilai-nilai keimanan yang tinggi. Melalui dua program utama: Taqarrub ila-Llah (mendekatkan diri kepada Allah) dengan ibadah total siang dan malam hari, serta Taqarrub ila minhajillah (mendekatkan diri dengan konsepsi Allah) dengan interakasi yang intensif dengan Al Qur-anul karim. Gelar kesarjanaan yang akan diperoleh mereka yang mengikuti program pendidikan ini adalah "Taqwa". Firman Allah,
"Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (Al Baqarah: 183)
Karunia Yang Maha Pendidik Ramadhan adalah karunia istimewa dari Allah Rabbul Alamin. Salah satu sifat Allah yang tercermin dalam nama-Nya, "Ar Rabb" adalah "Yang Maha Mendidik".
Mendidik adalah menumbuh kembangkan dengan bimbingan dan pimpinan sedikit demi sedikit hingga mencapai kesempurnaan. Allah memberikan pimpinan, bimbingan, untuk tumbuh bagi seluruh makhluqnya yang ada di alam semesta. Setiap makhluq telah diprogram sedemikian rupa sehingga mencapai kesempuranaan dalam melaksanakan peran hidupnya. Sebatang pohon mangga telah ditentukan kejadiannya mulai dari tumbuhnya benih, biji, batang , cabang, ranting.
Allah menentukan jumlah daunnya yang rimbun dan buah mangga yang akan dihasilkannya. Bahkan di mulut siapa mangga tersebut akan berkhidmat telah ditentukan Allah. Itulah taqdir kauni (ketentuan Allah) di alam semesta yang ukuran-ukurannya pasti.
Secara fisik manusia pun memperoleh bimbingan rabbaniyah ini. Dia tumbuh berkembang seperti halnya makhluk Allah lain. Dari setetes airmani yang berisi jutaan spermatozoa, terjadi zygote pada sel telur ibu, tumbuhlah embrio manusia. Di dalam rahim ibu janin bayi hidup dan berkembang, kemudian menjadi bayi yang sempurna kejadiannya dan tidak sempurna. Setelah itu bayi pun dilahirkan Allah dari perut ibunya. Bayi mungil itu terus tumbuh berkembang menjadi kanak-kanak, selanjutnya menjadi remaja, kemudian dewasa. Seiring perkembangan phisik, intelektualitas pun berkembang sehingga manusia kian dewasa kian pintar.
Manusia yang dipanjangkan usianya kelak menjadi tua, kemudian sangat tua sehingga pikun. Kemampuan akalnya pun berkurang. Tidak ada yang kekal dan bertahan hidup terus. Pada akhirnya dia harus menghadap Allah untuk mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya. Kesemuanya dalam program Ilahiyah yang sangat akurat. Namun manusia bukan hanya makhluk yang bersifat jasmani dan fikiran belaka. Dia merupakan paduan jasmani ruhani. Bimbingan Allah dan tarbiyahnya untuk membangun ruhani khas dan istimewa. Itulah tarbiyah rabbaniyah (ketuhanan) yang disampaikan Allah berdasarkan wahyu yang diturunkan-Nya kepada hamba-hamba pilihan yaitu para Nabi dan Rasul Alaihimus Salaam.
Dengan Al Islam, Al Qur-an, Sunnah, dan warisan peradaban Islam - Allah mendidik manusia mencapai kesempurnaan hidupnya. Wahyu Allah sebagai pedoman hidup mempunyai keistimewaan sebagai pembimbing hati dan jiwa manusia mencapai derajat mulia yaitu taqwa.
Al Qur-an adalah kitabut tarbiyah wal hidayah yang tiada bandingnya dalam membentuk akhlaq dan pekerti manusia. Telah terbukti selama 15 abad lamanya. Al
Qur-an merupakan pedoman hidup orang bertaqwa. Bersifat universal, berlaku sepanjang masa untuk setiap manusia di seluruh penjuru Dunia.
"Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan-jalan keselamatan, dan dengan Kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang dengan seidzin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. " (Al Maaidah: 16)
Allah mendidik manusia secara khas dengan dua cara:
Pertama : tarbiyah talqiniyah dengan mengutus Jibril untuk mengajarkan Dien-Nya kepada hamba-hamba pilihan (para Nabi dan Rasul). Secara talqiniyah Jibril memahamkan pada hati Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam pengertian ayat yang diturunkan kepada beliau.
"Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasan ayat-ayat itu." (Al Qiyamah: 17-20)
Kedua: tarbiyah khafiyah, yaitu proses kehidupan yang dipenuhi aneka ragam pengalaman batin yang mematangkan hidup para utusan Allah dan para pengikut mereka yang setia yaitu hamba-hamba Allah yang mu'min. Nabi Yusuf misalnya, sampai menjadi pemimpin suatu negara setelah mengelami ujian penderitaan. Dicampakkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, dijadikan budak belian, lulus dari godaan wanita cantik dan kaya, serta masuk penjara. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Apalagi pengalaman para Nabi dan Rasul,
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur-an itu bukan cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (Yusuf: 111)
Nabi Muhammad ditempa Allah dengan tarbiyah khofiyah dalam berbagai situasi dan kondisi yang mematangkan jiwa beliau sehingga pantas menerima hidayah untuk disampaikan kepada segenap manusia. Bentuk tarbiyah kepada Nabi ini menjadi lebih istimewa tatkala Al Qur-an telah diturunkan dan ditalqinkan kepada beliau oleh Malaikat Jibril. Kadang-kadang Allah pun mendidik langsung Rasul-Nya dengan menurunkan wahyu tanpa perantaraan Jibril.
Hakikat Madrasah Ramadhaniyah
Puasa Ramadhan adalah tarbiyah khafiyah dan talqiniyah yang sangat istimewa dalam membangun kesempurnaan jiwa manusia. Ramadhan bagaikan madrasah, dimana Allah sendiri bertindak sebagai Guru Maha Pendidik yang mengarahkan setiap murid menuju kesempurnaan ruhaniyah. Madrasah ini berlangsung selama sebulan penuh, maksimal 720 jam atau 2.592.000 detik. Setiap detiknya sangat berharga sehingga dapat berlipat ganda antara 10 sampai 700 kali lipat.
Bahkan di setiap Ramadhan ada malam Lailatul Qadar (kl 12 jam) yang lebih baik nilainya dari 1000 bulan atau dari 720.000 Jam. Ini artinya setiap 1 jam pada malam itu lebih baik dari 60.000 jam, atau setiap 1 detiknya lebih baik dari 60.000 detik dalam timbangan Allah. Jika anda saat itu berdzikir dengan sekali mengucapkan "Laa ilaha illa-Llah" secara ikhlas, maka nilainya lebih baik dari mengucapkan dzikir yang sama 60.000 kali di hari yang lain.
Cobalah hitung bila itu merupakan sholat atau membaca Al Qur-an.
Tarbiyah khafiyah rabbaniyah diberikan dengan latihan intensif menahan lapar dan haus, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Tidak itu saja, ruhani mu'min diisi dengan menjauhi maksiat seluruh anggota tubuh; mata, telinga, mulut, perut, dan lain-lain yang mengurangi nilai keutamaan puasa. Kemudian mengisi diri dengan ibadah wajib dan sunnah, sholat-sholat fardhu, rawatib, qiyamul-lail, memperbanyak sodaqoh, infaq, dan melakukan amal khairat (kebaikan) sebanyak-banyaknya. Maka akhlaq yang mulia diharapkan menjadi tumbuh berkembang.
Sifat-sifat yang baik menjadi menetap dan sifat buruk pun lenyap.
Dalam Madrasah ini Allah menghendaki setiap mu'min yang mengikuti program Ramadhan ini meningkatkan interaksinya secara maksimal dengan Al Qur-an. Mereka harus membaca Al Qur-an sebanyak-banyaknya, mentadabburkan isinya seolah-olah Allah berbicara langsung kepada dirinya, kemudian mengamalkannya sekuat kemampuan. Jadikan amaliyah Ramadhan sebagai titik mula pelaksanaan ibadah yang kelak akan menjadi aktifitas yang berkesinambungan dan terpelihara.
Al Qur-an yang ditalqinkan kepada Nabi Muhammad dahulu kini berada di hadapan kita. Tinggal memahaminya dengan tafsir Al Qur-an, hadits, ataupun peri kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya. Baik dengan mengkajinya sendiri atau pun dengan bertalaqqi kepada ahlinya. Karena itulah Bulan Ramadhan disebutkan sebagai bulan turunnya Al Qur-an.
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dengan yang bathil)." (Al Baqarah: 185)
Turunnya Al Qur-an ke dalam jiwa kita hanya akan menjadi kenyaatan manakala dalam kondisi berpuasa dan di malam hari Ramadhan kita menempa diri dengan Kitabullah.
Oleh Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam Bulan Ramadhan dibagi tiga fase. Sepuluh hari pertama dilimpahi dengan rahmat (kasih sayang) Allah yang tiada terhingga. Sepuluh hari berikutnya dipenuhi dengan lautan ampunan bagi hamba-hamba Allah yang taat dan bertaubat. Sedangkan sepuluh hari terakhir merupakan saat-saat pembebasan dari api neraka.
Semakin hari keberkahan Ramadhan semakin kentara. Terutama bagi mereka yang benar-benar mengikuti program tarbiyah rabbaniyah. Namun orang-orang yang mengikutinya pun semakin terseleksi. Para peserta tarbiyah ramadaniyah mulai dapat dibedakan, mana yang sungguh-sungguh dan mana yang sekedar ikut-ikutan.
Pada sepuluh malam terakhir, Nabi mengencangkan ikat pinggang (menjauhi istri) dan mengkonsentrasikan diri di Masjid untuk beri'tikaf di dalamnya. Nabi menjadikan masjid sebagai pusat aktifitas beliau sehingga melakukan apa pun di masjid selama 10 hari.
Beliau lebih khusyu dalam shalatnya, lebih banyak membaca Kitabullah, lebih banyak bersedekah kepada fakir miskin.
Beliau selalu menganjurkan Ummatnya untuk beri'tikaf, bahkan dalam hadits-hadits tentang lailatul Qadar, beliau bersabda, "Sesungguhnya pernah ditampakkan kepadaku lailatul qadr, kemudian dijadikan aku lupa, atau aku lupa kepadanya, maka hendaklah kalian mencarinya pada sepuluh yang akhir; di malam-malam yang ganjil. Dalam riwayat yang lain hendaklah kalian mencarinya pada tiap-tiap malam yang ganjil". (Bukhari Muslim).
Rasulullah menekankan pentingnya mencari Lailatiul qadr karena bila seseorang beribadah di malam itu dengan ikhlas dan khusyu nilainya sama dengan beribadah 60.000 kali di bulan yang lain. Siapa saja yang bersungguh-sungguh mencapai puncak penghambaan tentu akan berusaha mendapatkan nilai tertinggi yang dapat mengangkat derajatnya di sisi Allah. Maka Nabi dan para sahabat beliau telah mencapai gelar muttaqin karena mendaya gunakan peluang Ramadhan untuk beramal seikhlas mungkin.
Esensi utama dari tarbiyah ramadhan adalah menghubungkan manusia dengan Rabbul Alamin. Menghidupkan hati nurani dan mengisi jiwa dengan nilai-nilai keimanan yang tinggi. Melalui dua program utama: Taqarrub ila-Llah (mendekatkan diri kepada Allah) dengan ibadah total siang dan malam hari, serta Taqarrub ila minhajillah (mendekatkan diri dengan konsepsi Allah) dengan interakasi yang intensif dengan Al Qur-anul karim. Gelar kesarjanaan yang akan diperoleh mereka yang mengikuti program pendidikan ini adalah "Taqwa". Firman Allah,
"Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (Al Baqarah: 183)
Karunia Yang Maha Pendidik Ramadhan adalah karunia istimewa dari Allah Rabbul Alamin. Salah satu sifat Allah yang tercermin dalam nama-Nya, "Ar Rabb" adalah "Yang Maha Mendidik".
Mendidik adalah menumbuh kembangkan dengan bimbingan dan pimpinan sedikit demi sedikit hingga mencapai kesempurnaan. Allah memberikan pimpinan, bimbingan, untuk tumbuh bagi seluruh makhluqnya yang ada di alam semesta. Setiap makhluq telah diprogram sedemikian rupa sehingga mencapai kesempuranaan dalam melaksanakan peran hidupnya. Sebatang pohon mangga telah ditentukan kejadiannya mulai dari tumbuhnya benih, biji, batang , cabang, ranting.
Allah menentukan jumlah daunnya yang rimbun dan buah mangga yang akan dihasilkannya. Bahkan di mulut siapa mangga tersebut akan berkhidmat telah ditentukan Allah. Itulah taqdir kauni (ketentuan Allah) di alam semesta yang ukuran-ukurannya pasti.
Secara fisik manusia pun memperoleh bimbingan rabbaniyah ini. Dia tumbuh berkembang seperti halnya makhluk Allah lain. Dari setetes airmani yang berisi jutaan spermatozoa, terjadi zygote pada sel telur ibu, tumbuhlah embrio manusia. Di dalam rahim ibu janin bayi hidup dan berkembang, kemudian menjadi bayi yang sempurna kejadiannya dan tidak sempurna. Setelah itu bayi pun dilahirkan Allah dari perut ibunya. Bayi mungil itu terus tumbuh berkembang menjadi kanak-kanak, selanjutnya menjadi remaja, kemudian dewasa. Seiring perkembangan phisik, intelektualitas pun berkembang sehingga manusia kian dewasa kian pintar.
Manusia yang dipanjangkan usianya kelak menjadi tua, kemudian sangat tua sehingga pikun. Kemampuan akalnya pun berkurang. Tidak ada yang kekal dan bertahan hidup terus. Pada akhirnya dia harus menghadap Allah untuk mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya. Kesemuanya dalam program Ilahiyah yang sangat akurat. Namun manusia bukan hanya makhluk yang bersifat jasmani dan fikiran belaka. Dia merupakan paduan jasmani ruhani. Bimbingan Allah dan tarbiyahnya untuk membangun ruhani khas dan istimewa. Itulah tarbiyah rabbaniyah (ketuhanan) yang disampaikan Allah berdasarkan wahyu yang diturunkan-Nya kepada hamba-hamba pilihan yaitu para Nabi dan Rasul Alaihimus Salaam.
Dengan Al Islam, Al Qur-an, Sunnah, dan warisan peradaban Islam - Allah mendidik manusia mencapai kesempurnaan hidupnya. Wahyu Allah sebagai pedoman hidup mempunyai keistimewaan sebagai pembimbing hati dan jiwa manusia mencapai derajat mulia yaitu taqwa.
Al Qur-an adalah kitabut tarbiyah wal hidayah yang tiada bandingnya dalam membentuk akhlaq dan pekerti manusia. Telah terbukti selama 15 abad lamanya. Al
Qur-an merupakan pedoman hidup orang bertaqwa. Bersifat universal, berlaku sepanjang masa untuk setiap manusia di seluruh penjuru Dunia.
"Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan-jalan keselamatan, dan dengan Kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang dengan seidzin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. " (Al Maaidah: 16)
Allah mendidik manusia secara khas dengan dua cara:
Pertama : tarbiyah talqiniyah dengan mengutus Jibril untuk mengajarkan Dien-Nya kepada hamba-hamba pilihan (para Nabi dan Rasul). Secara talqiniyah Jibril memahamkan pada hati Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam pengertian ayat yang diturunkan kepada beliau.
"Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasan ayat-ayat itu." (Al Qiyamah: 17-20)
Kedua: tarbiyah khafiyah, yaitu proses kehidupan yang dipenuhi aneka ragam pengalaman batin yang mematangkan hidup para utusan Allah dan para pengikut mereka yang setia yaitu hamba-hamba Allah yang mu'min. Nabi Yusuf misalnya, sampai menjadi pemimpin suatu negara setelah mengelami ujian penderitaan. Dicampakkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, dijadikan budak belian, lulus dari godaan wanita cantik dan kaya, serta masuk penjara. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Apalagi pengalaman para Nabi dan Rasul,
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur-an itu bukan cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (Yusuf: 111)
Nabi Muhammad ditempa Allah dengan tarbiyah khofiyah dalam berbagai situasi dan kondisi yang mematangkan jiwa beliau sehingga pantas menerima hidayah untuk disampaikan kepada segenap manusia. Bentuk tarbiyah kepada Nabi ini menjadi lebih istimewa tatkala Al Qur-an telah diturunkan dan ditalqinkan kepada beliau oleh Malaikat Jibril. Kadang-kadang Allah pun mendidik langsung Rasul-Nya dengan menurunkan wahyu tanpa perantaraan Jibril.
Hakikat Madrasah Ramadhaniyah
Puasa Ramadhan adalah tarbiyah khafiyah dan talqiniyah yang sangat istimewa dalam membangun kesempurnaan jiwa manusia. Ramadhan bagaikan madrasah, dimana Allah sendiri bertindak sebagai Guru Maha Pendidik yang mengarahkan setiap murid menuju kesempurnaan ruhaniyah. Madrasah ini berlangsung selama sebulan penuh, maksimal 720 jam atau 2.592.000 detik. Setiap detiknya sangat berharga sehingga dapat berlipat ganda antara 10 sampai 700 kali lipat.
Bahkan di setiap Ramadhan ada malam Lailatul Qadar (kl 12 jam) yang lebih baik nilainya dari 1000 bulan atau dari 720.000 Jam. Ini artinya setiap 1 jam pada malam itu lebih baik dari 60.000 jam, atau setiap 1 detiknya lebih baik dari 60.000 detik dalam timbangan Allah. Jika anda saat itu berdzikir dengan sekali mengucapkan "Laa ilaha illa-Llah" secara ikhlas, maka nilainya lebih baik dari mengucapkan dzikir yang sama 60.000 kali di hari yang lain.
Cobalah hitung bila itu merupakan sholat atau membaca Al Qur-an.
Tarbiyah khafiyah rabbaniyah diberikan dengan latihan intensif menahan lapar dan haus, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Tidak itu saja, ruhani mu'min diisi dengan menjauhi maksiat seluruh anggota tubuh; mata, telinga, mulut, perut, dan lain-lain yang mengurangi nilai keutamaan puasa. Kemudian mengisi diri dengan ibadah wajib dan sunnah, sholat-sholat fardhu, rawatib, qiyamul-lail, memperbanyak sodaqoh, infaq, dan melakukan amal khairat (kebaikan) sebanyak-banyaknya. Maka akhlaq yang mulia diharapkan menjadi tumbuh berkembang.
Sifat-sifat yang baik menjadi menetap dan sifat buruk pun lenyap.
Dalam Madrasah ini Allah menghendaki setiap mu'min yang mengikuti program Ramadhan ini meningkatkan interaksinya secara maksimal dengan Al Qur-an. Mereka harus membaca Al Qur-an sebanyak-banyaknya, mentadabburkan isinya seolah-olah Allah berbicara langsung kepada dirinya, kemudian mengamalkannya sekuat kemampuan. Jadikan amaliyah Ramadhan sebagai titik mula pelaksanaan ibadah yang kelak akan menjadi aktifitas yang berkesinambungan dan terpelihara.
Al Qur-an yang ditalqinkan kepada Nabi Muhammad dahulu kini berada di hadapan kita. Tinggal memahaminya dengan tafsir Al Qur-an, hadits, ataupun peri kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya. Baik dengan mengkajinya sendiri atau pun dengan bertalaqqi kepada ahlinya. Karena itulah Bulan Ramadhan disebutkan sebagai bulan turunnya Al Qur-an.
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dengan yang bathil)." (Al Baqarah: 185)
Turunnya Al Qur-an ke dalam jiwa kita hanya akan menjadi kenyaatan manakala dalam kondisi berpuasa dan di malam hari Ramadhan kita menempa diri dengan Kitabullah.
Oleh Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam Bulan Ramadhan dibagi tiga fase. Sepuluh hari pertama dilimpahi dengan rahmat (kasih sayang) Allah yang tiada terhingga. Sepuluh hari berikutnya dipenuhi dengan lautan ampunan bagi hamba-hamba Allah yang taat dan bertaubat. Sedangkan sepuluh hari terakhir merupakan saat-saat pembebasan dari api neraka.
Semakin hari keberkahan Ramadhan semakin kentara. Terutama bagi mereka yang benar-benar mengikuti program tarbiyah rabbaniyah. Namun orang-orang yang mengikutinya pun semakin terseleksi. Para peserta tarbiyah ramadaniyah mulai dapat dibedakan, mana yang sungguh-sungguh dan mana yang sekedar ikut-ikutan.
Pada sepuluh malam terakhir, Nabi mengencangkan ikat pinggang (menjauhi istri) dan mengkonsentrasikan diri di Masjid untuk beri'tikaf di dalamnya. Nabi menjadikan masjid sebagai pusat aktifitas beliau sehingga melakukan apa pun di masjid selama 10 hari.
Beliau lebih khusyu dalam shalatnya, lebih banyak membaca Kitabullah, lebih banyak bersedekah kepada fakir miskin.
Beliau selalu menganjurkan Ummatnya untuk beri'tikaf, bahkan dalam hadits-hadits tentang lailatul Qadar, beliau bersabda, "Sesungguhnya pernah ditampakkan kepadaku lailatul qadr, kemudian dijadikan aku lupa, atau aku lupa kepadanya, maka hendaklah kalian mencarinya pada sepuluh yang akhir; di malam-malam yang ganjil. Dalam riwayat yang lain hendaklah kalian mencarinya pada tiap-tiap malam yang ganjil". (Bukhari Muslim).
Rasulullah menekankan pentingnya mencari Lailatiul qadr karena bila seseorang beribadah di malam itu dengan ikhlas dan khusyu nilainya sama dengan beribadah 60.000 kali di bulan yang lain. Siapa saja yang bersungguh-sungguh mencapai puncak penghambaan tentu akan berusaha mendapatkan nilai tertinggi yang dapat mengangkat derajatnya di sisi Allah. Maka Nabi dan para sahabat beliau telah mencapai gelar muttaqin karena mendaya gunakan peluang Ramadhan untuk beramal seikhlas mungkin.