Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, September 29, 2009

Sabarlah, Kita Akan Kembali Pada-Nya

Tuesday, September 29, 2009 0 Comments
Dalam surat Al-Baqarah, Allah dua kali menggandengkan kata ”sabar” dengan keyakinan akan kembalinya kita kepada Allah SWT. Yang pertama ada pada ayat ke 45 & 46.
”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS 2: 45-46).
Dan yang berikutnya ada pada ayat 155-156.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS 2 : 155-156). Arti Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un itu seperti yang sudah kita ketahui bersama: ”Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.” Kalimat itu dinamakan kalimat istirja’ yang disunatkan dibaca ketika mendapat musibah.
Kalimat tersebut tentu saja bukanlah sebuah mantra yang dibaca tanpa makna. Tapi kalimat itu sendiri adalah kalimat mendalam yang memberikan kesejukan, hiburan, kekuatan, dan sugesti ketika musibah datang. Sugesti itu tidak akan datang sendirinya tanpa kita memahami dan menghayati maknanya.
Kesadaran bahwa kita akan kembali pada-Nya memang merupakan sebuah penyejuk. Dalam surat Az-Zumar ayat 10 Allah berfirman, ”… Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” Janji Allah tentang pahala tanpa batas ini tidak akan terealisasi kecuali setelah kita kembali pada-Nya. Selama kita masih di dunia, kematian menjadi batas bagi pahala yang kita dapat. Tapi setelah kita kembali pada-Nya, dalam kehidupan surga yang abadi (QS 98 ayat , itulah saat yang mungkin pahala tanpa batas terealisasi.
Dan ingat juga tentang apa yang telah Allah janjikan bagi orang yang sabar,”Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl : 96)
Kita akan kembali pada Allah yang kekal, meninggalkan segala sesuatu yang akan lenyap. Karena itu, kenapa kita bersedih atas apa yang akan binasa? Kenapa kita tidak mengharapkan pahala yang kekal dan yang lebih baik dari yang kita kerjakan?
Maka sabarlah, kita akan kembali pada-Nya.

Friday, September 11, 2009

Abi dan Ummi

Friday, September 11, 2009 0 Comments
Dulu, sebelum terlahir, aku takut turun ke dunia ini
Dunia adalah sesuatu yang asing bagiku
Yang mungkin bisa menjerumuskanku
Atau bahkan membinasakanku

Aku takut karena aku lemah
Aku takut karena aku buta
Aku takut karena aku tak berdaya

Lalu kuadukan semua gundahku pada Tuhanku

Kata Tuhanku, aku tak perlu takut
Karena Dia telah mengutus dua malaikat untukku

Kata Tuhanku, merekalah yang mengemban penuh amanah atas diriku

Merekalah nanti yang akan mengajari dan menuntunku
Merekalah jua nanti yang akan menjaga dan melindungiku
Bahkan mereka rela mempertaruhkan apapun
Demi amanahnya padaku

Abi, Ummi, tahukah kalian siapakah mereka itu ?

Mereka adalah engkau wahai Abi dan Ummi ku...

Ya... kalian berdualah malaikatku

Ajari aku apapun yang seharusnya aku tahu ...
Jangan ajari aku apa yang tak seharusnya aku tahu ...

Ajari aku mengenal Tuhanku
Agar aku bisa berterima kasih pada-Nya

Aku masih lemah Abi, maka kuatkanlah diriku ...
Aku masih buta Ummi, maka bukalah mata hatiku ...

10 hari terakhir RAMADHAN..

Friday, September 11, 2009 0 Comments
Bulan Ramadhan merupakan momentum peningkatan kebaikan bagi orang-orang yang bertaqwa dan ladang amal bagi orang-orang shaleh. Terutama, sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Sebagian ulama kita membagi bulan ini dengan tiga fase: fase pertama sepuluh hari awal Ramadhan sebagai fase rahmat, sepuluh di tengahnya sebagai fase maghfirah dan sepuluh akhirnya sebagai fase pembebasan dari api neraka. Sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Salman Al Farisi: "Adalah bulan Ramadhan, awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka."

Dari ummul mukminin, Aisyah ra., menceritakan tentang kondisi Nabi saw. ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan: "Beliau jika memasuki sepuluh hari terkahir Ramadhan, mengencangkan ikat pinggang, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya."

Apa rahasia perhatian lebih beliau terhadap sepuluh hari terakhir Ramadhan? Paling tidak ada dua sebab utama:

Sebab pertama, karena sepuluh terkahir ini merupakan penutupan bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannnya atau akhirnya. Rasulullah saw. berdo'a:

"اللهم اجعل خير عمري آخره وخير عملي خواتمه وخير أيامي يوم ألقاك"

"Ya Allah, jadikan sebaik-baik umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik amalku adalah pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik hari-hariku adalah hari di mana saya berjumpa dengan-Mu Kelak."

Jadi, yang penting adalah hendaknya setiap manusia meangakhiri hidupnya atau perbuatannya dengan kebaikan. Karena boleh jadi ada orang yang jejak hidupnya melakukan sebagian kebaikan, namun ia memilih mengakhiri hidupnya dengan kejelekan.

Sepuluh akhir Ramadhan merupakan pamungkas bulan ini, sehingga hendaknya setiap manusia mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan mencurahkan daya dan upaya untuk meningkatkan amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan ini.

Sebab kedua, karena dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan di duga turunnya lailatul qadar, karena lailatul qadar bisa juga turun pada bulan Ramadhan secara keseluruhan, sesuai dengan firman Allah swt.

إنا أنزلناه في ليلة القدر

"Sesungguhnya Kami telah turunkan Al Qur'an pada malam kemulyaan."

Allah swt. juga berfirman:

شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان

"Bulan Ramadhan,adalah bulan diturunkan di dalamnya Al Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk dan pembeda -antara yang hak dan yang batil-."

Dalam hadits disebutkan: "Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan di dalamnya ada lailatul qadar, malam lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa diharamkan darinya maka ia diharamkan mendapatkan kebaikan seluruhnya. Dan tidak diharamkan kebaikannya kecuali ia benar-benar terhalang -mahrum-."

Al qur'an dan hadits sahih menunjukkan bahwa lailatul qadar itu turun di bulan Ramadhan. Dan boleh jadi di sepanjang bulan Ramadhan semua, lebih lagi di sepuluh terakhir Ramadhan. Sebagaimana sabda Nabi saw.:

"التمسوها في العشر الأواخر من رمضان".

"Carilah lailatul qadar di sepuluh terakhir Ramadhan."

Pertanyaan berikutnya, apakah lailatul qadar di seluruh sepuluh akhir Ramadhan atau di bilangan ganjilnya saja? Banyak hadits yang menerangkan lailatul qadar berada di sepuluh hari terakhir. Dan juga banyak hadits yang menerangkan lailatul qadar ada di bilangan ganjil akhir Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda:

"التمسوها في العشر الأواخر وفي الأوتار"

"Carilah lailatul qadar di sepuluh hari terakhir dan di bilangan ganjil."

"إن الله وتر يحب الوتر"

"Sesungguhnya Allah ganjil, menyukai bilangan ganjil."

Oleh karena itu, kita rebut lailatul qadar di sepuluh hari terakhir Ramadhan, baik di bilangan ganjilnya atau di bilangan genapnya. Karena tidak ada konsensus atau ijma' tentang kapan turunya lailatul qadar.

Di kalangan umat muslim masyhur bahwa lailatul qadar itu turun pada tanggal 27 Ramadhan, sebagaimana pendapat Ibnu Abbas, Ubai bin Ka'ab dan Ibnu Umar radhiyallahu anhum. Akan tetapi sekali lagi tidak ada konsensus pastinya.

Sehingga imam Ibnu Hajar dalam kitab "Fathul Bari" menyebutkan, "Paling tidak ada 39 pendapat berbeda tentang kapan lailatul qadar."

Ada yang berpendapat ia turun di malam dua puluh satu, ada yang berpendapat malam dua puluh tiga, dua puluh lima, bahkan ada yang berpendapat tidak tertentu. Ada yang berpendapat lailatul qadar pindah-pindah atau ganti-ganti, pendapat lain lailatul qadar ada di sepanjang tahun. Dan pendapat lainnya yang berbeda-beda.

Untuk lebih hati-hati dan antisipasi, hendaknya setiap manusia menghidupkan sepuluh hari akhir Ramadhan.

Apa yang disunnahkan untuk dikerjakan pada sepuluh hari akhir Ramadhan?

Adalah qiyamullail, sebelumnya didahului dengan shalat tarawih dengan khusyu'. Qira'atul qur'an, dzikir kepada Allah, seperti tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, istighfar, do'a, shalawat atas nabi dan melaksanakan kebaikan-kebaikan yang lainnya.

Lebih khusus memperbanyak do'a yang ma'tsur:

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : قُلْت : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَرَأَيْت إنْ عَلِمْت أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ، مَا أَقُولُ فِيهَا ؟ قَالَ : قُولِي : اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah, bahwa beliau berkata: "Saya berkata: Wahai Rasul, apa pendapatmu jika aku mengetahui bahwa malam ini adalah lailatul qadar, apa yang harus aku kerjakan? Nabi bersabda: "Ucapkanlah: "Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa'fu 'anni." (Ya Allah, Engkau Dzat Pengampun, Engkau mencintai orang yang meminta maaf, maka ampunilah saya." (Ahmad dan disahihkan oleh Al-Albani)

Patut kita renungkan, wahai saudaraku muslim-muslimah: "Laa takuunuu Ramadhaniyyan, walaakin kuunuu Rabbaniyyan. Janganlah kita menjadi hamba Ramadhan, tapi jadilah hamba Tuhan." Karena ada sebagian manusia yang menyibukkan diri di bulan Ramadhan dengan keta'atan dan qiraatul Qur'an, kemudian ia meninggalkan itu semua bersamaan berlalunya Ramadhan.

Kami katakan kepadanya: "Barangsiapa menyembah Ramadhan, maka Ramadhan telah mati. Namun barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak akan pernah mati."

Allah cinta agar manusia ta'at sepanjang zaman, sebagaimana Allah murka terhadap orang yang bermaksiat di sepanjang waktu.

Dan karena kita ingin mengambil bekalan sebanyak mungkin di satu bulan ini, untuk mengarungi sebelas bulan selainnya.

Semoga Allah swt. menerima amal kebaikan kita. Amin

تقبل الله منا ومنكم صالح الأعمال.

Monday, September 07, 2009

TANYAKU TENTANG MALAM DAN SIANG

Monday, September 07, 2009 0 Comments
Belum cukup ku bertanya kepada bulan...
Tentang makna kehadiran malam...
Baginya, malam tetap menghadirkan selaksa cinta
Dalam hamparan langit yang terkadang kelam, tertutup awan
Malam baginya menjadi isyarat tuk tetap membagi untaian senyum
Dalam guratan sabit yang tercipta dari dirinya...

Siang dalam definisi mentari...
Adalah saat dia mulai memadukan gelora warna semangat yang terpancar sampai ke bumi
Merekahkan kuncup bunga...bermekaran elok nan rupawan...

Siang menjadi saat tuk kembali merangkai asa
Meski letih terkadang tercipta...
Tapi inilah hakikat perjuangan sesungguhnya!!!!

Siang bukanlah saat di mana nafas harus tersengal
Bukan pula saat raga menjadi lemah dan payah....
Tapi siang ibarat keberanian seorang ’penunggang kuda’ yang terus memacu kuda putihnya, meski di padang gersang
Membentang luas sekalipun...
Menatap arah langkah ke depan
Menggapai suatu tujuan...
Tegar hadapi segala rintangan yang menghadang

Siang-malamku....
Bukanlah saat dimana ku menghamburkan waktuku
Tapi, siang-malamku adalah waktu terbaikku
Untuk senantiasa mengabdi pada Rabb-Ku...

(Minggu, 19 Juli 2009...dalam perjalanan ke Bulevard UNS)

20 ciri gagal dibulan RAMADHAN

Monday, September 07, 2009 0 Comments
1. Tidak mempersiapkan diri semaksimal mungkin jauh hari sebelum Ramadhan
2. Gampang mengulur shalat fardhu
3. Malas menjalankan ibadah-ibadah sunnah
4. Kikir dan rakus pada harta benda
5. Malas membaca Al-Qur’an
6. Mudah mengumbar amarah
7. Gemar bicara sia-sia dan dusta
8. Memutuskan tali silaturohim
9. Menyia-yiakan waktu
10. Labil dalam menjalani hidup
11. Tidak semangat mensyiarkan Islam
12. Khianat terhadap amanah
13. Rendah motivasi hidup berjamaah
14. Tinggi ketergantungannya pada makhluk
15. Malas membela dan menegakkan kebenaran
16. Tidak mencintai kaum dhuafa
17. Salah dalam memaknai akhir Ramadhan
18. Terlalu sibuk mempersiapkan lebaran, sementara I’tikaf diabaikan
19. Menganggap dan menjalani Idul Fitri sebagai hari kebebasan berbuat Jahiliyah lagi
20. Tidak mengalami peningkatan keharmonisan dalam keluarga


Nah, dari ke-20 ciri-ciri gagal di bulan Ramadhan. Apakah salah satu dari ciri-ciri tersebut ada pada diri kita? Hanya diri kita sendiri yang bisa menjawabnya. Dan apakah pada ramadhan tahun ini kita juga mendapat maghfirah(ampunan)-Nya? Yah semua itu yang bisa menjawab hanya diri kita masing-masing. Dan kitapun berharap pastilah Ramadhan kali ini lebih baik dari Ramadhan tahun kemarin.

Tuesday, September 01, 2009

TARBIYAH RAMADHAN

Tuesday, September 01, 2009 0 Comments
Ramadhan adalah bulan tarbiyah. Bulan ini bagaikan madrasah kolosal yang mendidik hamba-hamba Allah yang mu'min untuk menjalani tarbiyah islamiyah mutakamilah (pendidikan Islam yang sempurna); meliputi tarbiyah ruhiyah (ruhani), aqliyah (intelektual), dan jasadiyah (phisik). Tarbiyah ramadaniyah diikuti seluruh kaum muslimin; dari pejabat hingga rakyat, kaya atau miskin, tua ataupun muda, remaja maupun dewasa . tidak memandang suku bangsa warna kulit atau pun bahasa, semua yang mengaku beriman sama-sama mengikuti perintah Allah berpuasa Ramadhan.
Esensi utama dari tarbiyah ramadhan adalah menghubungkan manusia dengan Rabbul Alamin. Menghidupkan hati nurani dan mengisi jiwa dengan nilai-nilai keimanan yang tinggi. Melalui dua program utama: Taqarrub ila-Llah (mendekatkan diri kepada Allah) dengan ibadah total siang dan malam hari, serta Taqarrub ila minhajillah (mendekatkan diri dengan konsepsi Allah) dengan interakasi yang intensif dengan Al Qur-anul karim. Gelar kesarjanaan yang akan diperoleh mereka yang mengikuti program pendidikan ini adalah "Taqwa". Firman Allah,
"Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (Al Baqarah: 183)
Karunia Yang Maha Pendidik Ramadhan adalah karunia istimewa dari Allah Rabbul Alamin. Salah satu sifat Allah yang tercermin dalam nama-Nya, "Ar Rabb" adalah "Yang Maha Mendidik".
Mendidik adalah menumbuh kembangkan dengan bimbingan dan pimpinan sedikit demi sedikit hingga mencapai kesempurnaan. Allah memberikan pimpinan, bimbingan, untuk tumbuh bagi seluruh makhluqnya yang ada di alam semesta. Setiap makhluq telah diprogram sedemikian rupa sehingga mencapai kesempuranaan dalam melaksanakan peran hidupnya. Sebatang pohon mangga telah ditentukan kejadiannya mulai dari tumbuhnya benih, biji, batang , cabang, ranting.

Allah menentukan jumlah daunnya yang rimbun dan buah mangga yang akan dihasilkannya. Bahkan di mulut siapa mangga tersebut akan berkhidmat telah ditentukan Allah. Itulah taqdir kauni (ketentuan Allah) di alam semesta yang ukuran-ukurannya pasti.
Secara fisik manusia pun memperoleh bimbingan rabbaniyah ini. Dia tumbuh berkembang seperti halnya makhluk Allah lain. Dari setetes airmani yang berisi jutaan spermatozoa, terjadi zygote pada sel telur ibu, tumbuhlah embrio manusia. Di dalam rahim ibu janin bayi hidup dan berkembang, kemudian menjadi bayi yang sempurna kejadiannya dan tidak sempurna. Setelah itu bayi pun dilahirkan Allah dari perut ibunya. Bayi mungil itu terus tumbuh berkembang menjadi kanak-kanak, selanjutnya menjadi remaja, kemudian dewasa. Seiring perkembangan phisik, intelektualitas pun berkembang sehingga manusia kian dewasa kian pintar.

Manusia yang dipanjangkan usianya kelak menjadi tua, kemudian sangat tua sehingga pikun. Kemampuan akalnya pun berkurang. Tidak ada yang kekal dan bertahan hidup terus. Pada akhirnya dia harus menghadap Allah untuk mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya. Kesemuanya dalam program Ilahiyah yang sangat akurat. Namun manusia bukan hanya makhluk yang bersifat jasmani dan fikiran belaka. Dia merupakan paduan jasmani ruhani. Bimbingan Allah dan tarbiyahnya untuk membangun ruhani khas dan istimewa. Itulah tarbiyah rabbaniyah (ketuhanan) yang disampaikan Allah berdasarkan wahyu yang diturunkan-Nya kepada hamba-hamba pilihan yaitu para Nabi dan Rasul Alaihimus Salaam.

Dengan Al Islam, Al Qur-an, Sunnah, dan warisan peradaban Islam - Allah mendidik manusia mencapai kesempurnaan hidupnya. Wahyu Allah sebagai pedoman hidup mempunyai keistimewaan sebagai pembimbing hati dan jiwa manusia mencapai derajat mulia yaitu taqwa.
Al Qur-an adalah kitabut tarbiyah wal hidayah yang tiada bandingnya dalam membentuk akhlaq dan pekerti manusia. Telah terbukti selama 15 abad lamanya. Al
Qur-an merupakan pedoman hidup orang bertaqwa. Bersifat universal, berlaku sepanjang masa untuk setiap manusia di seluruh penjuru Dunia.
"Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan-jalan keselamatan, dan dengan Kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang dengan seidzin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. " (Al Maaidah: 16)
Allah mendidik manusia secara khas dengan dua cara:
Pertama : tarbiyah talqiniyah dengan mengutus Jibril untuk mengajarkan Dien-Nya kepada hamba-hamba pilihan (para Nabi dan Rasul). Secara talqiniyah Jibril memahamkan pada hati Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam pengertian ayat yang diturunkan kepada beliau.
"Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasan ayat-ayat itu." (Al Qiyamah: 17-20)
Kedua: tarbiyah khafiyah, yaitu proses kehidupan yang dipenuhi aneka ragam pengalaman batin yang mematangkan hidup para utusan Allah dan para pengikut mereka yang setia yaitu hamba-hamba Allah yang mu'min. Nabi Yusuf misalnya, sampai menjadi pemimpin suatu negara setelah mengelami ujian penderitaan. Dicampakkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, dijadikan budak belian, lulus dari godaan wanita cantik dan kaya, serta masuk penjara. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Apalagi pengalaman para Nabi dan Rasul,
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur-an itu bukan cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (Yusuf: 111)

Nabi Muhammad ditempa Allah dengan tarbiyah khofiyah dalam berbagai situasi dan kondisi yang mematangkan jiwa beliau sehingga pantas menerima hidayah untuk disampaikan kepada segenap manusia. Bentuk tarbiyah kepada Nabi ini menjadi lebih istimewa tatkala Al Qur-an telah diturunkan dan ditalqinkan kepada beliau oleh Malaikat Jibril. Kadang-kadang Allah pun mendidik langsung Rasul-Nya dengan menurunkan wahyu tanpa perantaraan Jibril.

Hakikat Madrasah Ramadhaniyah

Puasa Ramadhan adalah tarbiyah khafiyah dan talqiniyah yang sangat istimewa dalam membangun kesempurnaan jiwa manusia. Ramadhan bagaikan madrasah, dimana Allah sendiri bertindak sebagai Guru Maha Pendidik yang mengarahkan setiap murid menuju kesempurnaan ruhaniyah. Madrasah ini berlangsung selama sebulan penuh, maksimal 720 jam atau 2.592.000 detik. Setiap detiknya sangat berharga sehingga dapat berlipat ganda antara 10 sampai 700 kali lipat.
Bahkan di setiap Ramadhan ada malam Lailatul Qadar (kl 12 jam) yang lebih baik nilainya dari 1000 bulan atau dari 720.000 Jam. Ini artinya setiap 1 jam pada malam itu lebih baik dari 60.000 jam, atau setiap 1 detiknya lebih baik dari 60.000 detik dalam timbangan Allah. Jika anda saat itu berdzikir dengan sekali mengucapkan "Laa ilaha illa-Llah" secara ikhlas, maka nilainya lebih baik dari mengucapkan dzikir yang sama 60.000 kali di hari yang lain.
Cobalah hitung bila itu merupakan sholat atau membaca Al Qur-an.
Tarbiyah khafiyah rabbaniyah diberikan dengan latihan intensif menahan lapar dan haus, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Tidak itu saja, ruhani mu'min diisi dengan menjauhi maksiat seluruh anggota tubuh; mata, telinga, mulut, perut, dan lain-lain yang mengurangi nilai keutamaan puasa. Kemudian mengisi diri dengan ibadah wajib dan sunnah, sholat-sholat fardhu, rawatib, qiyamul-lail, memperbanyak sodaqoh, infaq, dan melakukan amal khairat (kebaikan) sebanyak-banyaknya. Maka akhlaq yang mulia diharapkan menjadi tumbuh berkembang.
Sifat-sifat yang baik menjadi menetap dan sifat buruk pun lenyap.
Dalam Madrasah ini Allah menghendaki setiap mu'min yang mengikuti program Ramadhan ini meningkatkan interaksinya secara maksimal dengan Al Qur-an. Mereka harus membaca Al Qur-an sebanyak-banyaknya, mentadabburkan isinya seolah-olah Allah berbicara langsung kepada dirinya, kemudian mengamalkannya sekuat kemampuan. Jadikan amaliyah Ramadhan sebagai titik mula pelaksanaan ibadah yang kelak akan menjadi aktifitas yang berkesinambungan dan terpelihara.
Al Qur-an yang ditalqinkan kepada Nabi Muhammad dahulu kini berada di hadapan kita. Tinggal memahaminya dengan tafsir Al Qur-an, hadits, ataupun peri kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya. Baik dengan mengkajinya sendiri atau pun dengan bertalaqqi kepada ahlinya. Karena itulah Bulan Ramadhan disebutkan sebagai bulan turunnya Al Qur-an.
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dengan yang bathil)." (Al Baqarah: 185)

Turunnya Al Qur-an ke dalam jiwa kita hanya akan menjadi kenyaatan manakala dalam kondisi berpuasa dan di malam hari Ramadhan kita menempa diri dengan Kitabullah.
Oleh Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam Bulan Ramadhan dibagi tiga fase. Sepuluh hari pertama dilimpahi dengan rahmat (kasih sayang) Allah yang tiada terhingga. Sepuluh hari berikutnya dipenuhi dengan lautan ampunan bagi hamba-hamba Allah yang taat dan bertaubat. Sedangkan sepuluh hari terakhir merupakan saat-saat pembebasan dari api neraka.
Semakin hari keberkahan Ramadhan semakin kentara. Terutama bagi mereka yang benar-benar mengikuti program tarbiyah rabbaniyah. Namun orang-orang yang mengikutinya pun semakin terseleksi. Para peserta tarbiyah ramadaniyah mulai dapat dibedakan, mana yang sungguh-sungguh dan mana yang sekedar ikut-ikutan.
Pada sepuluh malam terakhir, Nabi mengencangkan ikat pinggang (menjauhi istri) dan mengkonsentrasikan diri di Masjid untuk beri'tikaf di dalamnya. Nabi menjadikan masjid sebagai pusat aktifitas beliau sehingga melakukan apa pun di masjid selama 10 hari.
Beliau lebih khusyu dalam shalatnya, lebih banyak membaca Kitabullah, lebih banyak bersedekah kepada fakir miskin.
Beliau selalu menganjurkan Ummatnya untuk beri'tikaf, bahkan dalam hadits-hadits tentang lailatul Qadar, beliau bersabda, "Sesungguhnya pernah ditampakkan kepadaku lailatul qadr, kemudian dijadikan aku lupa, atau aku lupa kepadanya, maka hendaklah kalian mencarinya pada sepuluh yang akhir; di malam-malam yang ganjil. Dalam riwayat yang lain hendaklah kalian mencarinya pada tiap-tiap malam yang ganjil". (Bukhari Muslim).
Rasulullah menekankan pentingnya mencari Lailatiul qadr karena bila seseorang beribadah di malam itu dengan ikhlas dan khusyu nilainya sama dengan beribadah 60.000 kali di bulan yang lain. Siapa saja yang bersungguh-sungguh mencapai puncak penghambaan tentu akan berusaha mendapatkan nilai tertinggi yang dapat mengangkat derajatnya di sisi Allah. Maka Nabi dan para sahabat beliau telah mencapai gelar muttaqin karena mendaya gunakan peluang Ramadhan untuk beramal seikhlas mungkin.

Si Kancil dan Siput

Tuesday, September 01, 2009 0 Comments
Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat sekali untuk dibuka. “Aaa....rrrrgh”, si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi jika menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, “Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan dan kepintaranku”.

Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, ia bertemu dengan seekor siput. “Hai kancil !”, sapa si siput. “Kenapa kamu teriak-teriak? Apakah kamu sedang bergembira?”, tanya si siput. “Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada semua penghuni hutan kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar”, jawab si kancil dengan sombongnya.

Siput“Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini”, kata si Siput. “Hahahaha......., mana mungkin” ledek Kancil. “Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?”, tantang si Siput. “Baiklah, aku terima tantanganmu”, jawab si Kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi.

Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar teman-temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil memanggil.

Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari. “Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari denganku”, tanya si kancil. “Tentu saja sudah, dan aku pasti menang”, jawab si siput. Kemudian si siput mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana si siput.

Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si kancil mencoba untuk memanggil si siput. “Siput....sudah sampai mana kamu?”, teriak si kancil. “Aku ada di depanmu!”, teriak si siput. Kancil terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada didepanmu!”

Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata kalau dia ada depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal.

Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu.

Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. “Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!”, teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. “Makanya jangan sombong, kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik”, kata si siput. “Iya, maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi”, kata si kancil.

Sunday, August 30, 2009

SERIAL CINTA

Sunday, August 30, 2009 0 Comments


Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat…!!!
Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia kembali tenang: seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar.
Seperti api menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Kau hanya bisa menari di sekitarnya saat ia mengunggun. Atau berteduh saat matahari membakar kulit bumi. Atau meraung saat lidahnya melahap rumah-rumah, kota-kota, hutan-hutan. Dan seketika semua jadi abu. Semua jadi tiada. Seperti itulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kekuatan angkara murka yang mengawal dan melindungi kebaikan.
Inilah obrolan manusia sepanjang masa. Inilah legenda yang tak pernah selesai. Maka abadilah Rabiah Al-Adawiyah, Rumi, Iqbal, Tagore atau Gibran karena puisi atau prosa cinta mereka. Abadilah legenda Romeo dan Juliet, Laela Majunun, Siti Nurbaya, atau Cinderella. Abadilah Taj Mahal karena kisah cinta di balik kemegahannya…
Barangkali kita memang tidak perlu definisi. Toh kita juga tidak butuh penjelasan untuk dapat merasakan terik matahari. Kita hanya perlu tahu cara kerjanya. Cara kerjanya itulah definisinya: karena -kemudian- semua keajaiban terjawab di sana.
Diambil dari Buku “Serial Cinta”, karya Anis Matta

OPTIMALISASI AMALIAH RAMADHAN

Sunday, August 30, 2009 0 Comments



Sebagai sarana tazkiyah dan tarqiyah, Ramadhan sudah selayaknya diisi dengan berbagai aktifitas yang terprogram dan terarah. Agar buah Ramadhan yang sangat mahal itu dapat dipetik untuk kehidupan selama dan pasca Ramadhan. Rasulullah SAW. telah memberikan contoh dan teladan kepada umatnya dengan melakukan amaliyah Ramadhan, antara lain:

1. Shiyam
Amaliyah terpenting selama Ramadhan tentu saja shiyam, sebagaimana termaktub dalam QS. Al Baqarah: 183 - 187. Di antara amaliyah Ramadhan yang diajarkan Nabi SAW. sebagai berikut:
a. Berwawasan benar tentang puasa dengan mengetahui dan menjaga rambu-rambunya.
b. Tidak meninggalkan shiyam, walaupun sehari dengan sengaja tanpa alasan syar'i.
c. Menjauhi segala hal yang dapat mengurangi atau menggugurkan nilai puasa.
d. Bersungguh-sungguh melakukan shiyam dengan menepati aturan-aturannya.
e. Bersahur dan diutamakan mengakhirkannya. Sabda Rasulullah SAW.
“Sahur semuanya selalu mengandung barakah, maka janganlah kamu meninggalkannya walaupun hanya meminum dengan seteguk air putih. Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya memberi rahmat kepada mereka yang bersahur.” HRBukhari-Muslim
f. Ifthar (berbuka puasa).
g. Berdo'a setelah ifthar.

2. Tilawah Al Qur'an
Membaca Al Qur'an merupakan transaksi yang selalu menguntungkan, tidak akan pernah mengalami kerugian sepanjang zaman. Firman Allah SWT.
“ Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, (QS. 35:29) agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. (QS. 35:30)
Tentunya membaca Al Qur'an di bulan Ramadhan sangat besar ganjaran dan nilainya. Rasulullahpun sangat besar perhatiannya pada Al Qur'an melebihi bulan-bulan lainnya. Disebabkan beberapa hal, antara lain:
a. Al Qur'an pertama kali diturunkan pada bulan Ramadhan.
b. Di bulan Ramadhan itulah Allah SWT. turunkan Al Qur'an dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia.
c. Jibril datang kepada Rasulullah SAW. di bulan Ramadhan sehingga beliau mengaji pada Jibril (mengecek hafalan Al Qur’an).

3. Qiyam Ramadhan.
Di samping Ramadhan disebut sahrus shiyam juga disebut sahrul qiyam. Banyak ayat ataupun hadits yang menganjurkan untuk mengisi malam Ramadhan dengan qiyamullail (sholat malam). Untuk men-dekatkan diri pada Allah SWT berharap ampunan-Nya. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW.:
" Barang siapa yang melakukan qiyamullail di bulan Ramadhan karena iman dan ikhlas dalam pelaksanaannya maka ia akan diampuni dosa-dosa sebelumnya (dan yang akan datang)" HR. Bukhari dan Muslim.

4. Ith'am At Tho'am (memberi makan orang yang puasa) dan infaq.
Salah satu amaliyah Ramadhan yang dilakukan Rasulullah SAW. ialah memberi ifthar (santapan berbuka puasa pada orang yang berpuasa). Sebagaimana Sabdanya:
" Barang siapa yang memberi ifthar kepada yang berpuasa maka ia akan mendapatkan pahala senilai pahala yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa." HR. …..
Dalam hal memberi ifthar dan shadaqah di bulan Ramadhan tidak saja terbatas hanya untuk keperluan ifthar, melainkan untuk segala kebajikan. Rasulullah yang dikenal dermawan dan kepedulian sosialnya lebih menonjol bahkan digambarkan dalam hadits pada masalah ini beliau lebih cepat dari angin.
Untuk lebih konkrit, infaq ini dapat disalurkan kepada:
a. Orang yang berjihad di jalan Allah SWT.
b. Fakir miskin dan orang yang memerlukan (diutamakan keluarga dekat).
c. Lembaga-lembaga sosial Islam yang dapat dipercaya untuk dapat menyalurkannya.

5. Memperhatikan kesehatan.
Meskipun shiyam ini termasuk ibadah mahdhah (murni), agar tetap optimal, Rasulullah mencontohkan umatnya tetap memperhatikan kesehatannya selama berpuasa dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyikat gigi dengan siwak.
b. Berbekam.
c. Memperhatikan penampilan. Rasulullah SAW. pernah berwasiat pada Abdullah bin Mas'ud agar memulai puasa dengan penampilan yang baik, tidak dengan wajah yang kusut.
d. Mengurangi tidur. Tidur pada bulan Ramadhan telah menjadi suatu kebiasaan, maksudnya agar tidak terlalu merasakan lapar dan dahaga. Padahal berapa banyak waktu dan umur menjadi sia-sia karena tidur. Kita jangan mengunakan hadits "Tidurnya orang puasa adalah ibadah", sebagai hujjah atau argumen untuk membolehkan banyak tidur. Rasulullah saw, umahatul mukminin dan para sahabat begitu aktif melakukan kegiatan beribadah, bukan kegiatan tidur.


6. Memperhatikan harmonisasi keluarga
Meskipun ibadah puasa adalah ibadah yang khusus diperuntukkan kepada Allah SWT. dan mempunyai nilai khusus pula di hadapan Allah SWT, namun Rasulullah SAW. sebagai suri tauladan juga tetap menjaga harmoni dan hak-hak keluarga selama Ramadhan. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah dan 'Aisyah. Bahkan di saat beliau berada dalam puncak ibadah shiyam yaitu 'itikaf, beliau tetap menjaga harmoni keluarga.

7. Memperhatikan aktifitas sosial, perluasan dakwah dan jihad
Berbeda dengan kesan banyak orang tentang Ramadhan, Rasulullah SAW. justru menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan penuh aktifitas yang positif. Selain aktifitas di atas, beliaupun mengisinya dengan aktifitas da'wah dan sosial, perjalanan jauh dan jihad. Seperti: perjalanan ke Badar (th 2 H), ke Makkah (th 8 H), ke Tabuk (th 9 H) dan lainnya.

8. Berdo'a dan taubat
Orang mukmin yang sadar, bahwa dirinya merasa berhajat pada Allah SWT. akan terus memohon ampunan pada Allah SWT. atas segala kekhilafan dan kedhaifan diri. Apalagi Ramadhan sebagai bulan ampunan dan rahmat. Rasulullah SAW. selama Ramadhan selalu membaca do'a berikut ini sebagai wujud pemintaan maghfirah dan rahmat Allah SWT.
" Ya Allah Engkau pemberi maaf, maka maafkanlah diriku "

9. 'Itikaf
Amaliyah Ramadhan yang juga dilakukan beliau adalah ber'itikaf yakni berdiam diri di mesjid dengan niat beribadah pada Allah SWT. terutama sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Sebagaimana firman-Nya:
" Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan isteri- isteri kamu, mereka itu adalah pakaian, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa." (QS. 2:187)

10. Lailatul qadar
Selama Ramadhan terdapat satu malam yang sangat populer, yaitu lailatulqadar, malam yang lebih berharga dari seribu bulan. Rasulullah SAW. tidak pernah melewatkan kesempatan untuk meraih lailatul qadar ini terutama malam-malam ganjil. Dalam hal ini Rasulullah SAW. bersabda
" Barang siapa yang shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan ikhlas pada Allah maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." HR Ahmad

11. Umrah
Umrah di bulan Ramadhan nilainya sama dengan ibadah haji atau haji bersama Rasulullah SAW. sebagaimana jawaban Rasul pada Ummu Salamah yang bertanya masalah tersebut. Sabda Rasulullah SAW.:
" Apabila datang bulan Ramadhan maka berumrahlah, sebab umrah di bulan Ramadhan sama nilainya dengan haji atau sama dengan ibadah haji bersamaku " HR Bukhari Muslim