Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, December 01, 2009

"Stop AIDS: Akses untuk Semua!!!” (part 2)

Tuesday, December 01, 2009 0 Comments
Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember diperingati untuk menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV.
Konsep ini digagas pada Pertemuan Menteri Kesehatan Sedunia mengenai Program-program untuk Pencegahan AIDS pada tahun 1988. Sejak saat itu, ia mulai diperingati oleh pihak pemerintah, organisasi internasional dan yayasan amal di seluruh dunia.
Hari AIDS Sedunia pertama kali dicetuskan pada Agustus 1987 oleh James W. Bunn dan Thomas Netter, dua pejabat informasi masyarakat untuk Program AIDS Global di [[Organisasi Kesehatan Sedunia di Geneva, Swiss. Bunn dan Netter menyampaikan ide mereka kepada Dr. Jonathan Mann, Direktur Pgoram AIDS Global (kini dikenal sebagai UNAIDS). Dr. Mann menyukai konsepnya, menyetujuinya, dan sepakat dengan rekomendasi bahwa peringatan pertama Hari AIDS Sedunia akan diselenggarakan pada 1 Desember 1988.
Bunn menyarankan tanggal 1 Desember untuk memastikan liputan oleh media berita barat, sesuatu yang diyakininya sangat penting untuk keberhasilan Hari AIDS Sedunia. Ia merasa bahwa karena 1988 adalah tahun pemilihan umum di AS, penerbitan media akan kelelahan dengan liputan pasca-pemilu mereka dan bersemangat untuk mencari cerita baru untuk mereka liput. Bunn dan Netter merasa bahwa 1 Desember cukup lama setelah pemilu dan cukup dekat dengan libur Natal sehingga, pada dasarnya, tanggal itu adalah tanggal mati dalam kalender berita dan dengan demikian waktu yang tepat untuk Hari AIDS Sedunia.
Bunn, yang sebelumnya bekerja sebagai reporter yang meliput epidemi ini untuk PIX-TV di San Francisco, bersama-sama dengan produsennya, Nansy Saslow, juga memikirkan dan memulai "AIDS Lifeline" ("Tali Nyawa AIDS") - sebuah kampanye penyadaran masyarakat dan pendidikan kesehatan yang disindikasikan ke berbagai stasiun TV di AS. "AIDS Lifeline" memperoleh Penghargaan Peabody, sebuah Emmy lokal, dan Emmy Nasional pertama yang pernah diberikan kepada sebuah stasiun lokal di AS.
Pada 18 Juni 1986, sebuah proyek "AIDS Lifeline" memperoleh penghargaan "Presidential Citation for Private Sector Initiatives", yang diserahkan oleh Presiden Ronald Reagan. Bunn kemudian diminta oleh Dr. Mann, atas nama pemerintah AS, untuk mengambil cuti dua tahun dari tugas-tugas pelaporannya untuk bergabung dengan Dr. Mann (seorang epidemolog untuk Pusat Pengendalian Penyakit) dan membantu untuk menciptakan Program AIDS Global. Bunn menerimanya dan diangkat sebagai Petugas Informasi Umum pertama untuk Program AIDS Global. Bersama-sama dengan Netter, ia menciptakan, merancang, dan mengimplementasikan peringatan Hari AIDS Sedunia pertama - kini inisiatif kesadaran dan pencegahan penyakit yang paling lama berlangsung dalam jenisnya dalam sejarah kesehatan masyarakat.)
Program Bersama PBB untuk HIV/AIDS (UNAIDS) mulai bekerja pada 1996, dan mengambil alih perencanaan dan promosi Hari AIDS Sedunia. Bukannya memusatkan perhatian pada satu hari saja, UNAIDS menciptakan Kampanye AIDS Sedunia pada 1997 untuk melakukan komunikasi, pencegahan dan pendidikan sepanjang tahun.
Pada dua tahun pertama, tema Hari AIDS Sedunia dipusatkan pada anak-anak dan orang muda. Tema-tema ini dikiritk tajam saat itu karena mengabaikan kenyataan bahwa orang dari usia berapapun dapat terinfeksi HIV dan menderita AIDS. Tetapi tema ini mengarahkan perhatian kepada epidemi HIV/AIDS, menolong mengangkat stigma sekitar penyakit ini, dan membantu meningkatkan pengakuan akan masalahnya sebagai sebuah penyakit keluarga.
Tema Hari AIDS Sedunia 1988 - sekarang
1988 Komunikasi
1989 Pemuda
1990 Wanita dan AIDS
1991 Berbagi Tantangan
1992 Komitmen Masyarakat
1993 Saatnya Beraksi
1994 AIDS dan Keluarga
1995 Hak Bersama, Tanggung jawab Bersama
1996 Satu Dunia. Satu Harapan
1997 Anak-anak yang Hidup dalam Dunia dengan AIDS
1998 Kekuatan Menuju Perubahan: Kampanye AIDS Sedunia Bersama Orang Muda
1999 Dengarkan, Pelajari, Hidupi: Kampanye AIDS Sedunia dengan Anak-anak dan Orang Muda
2000 AIDS: Laki-laki Menciptakan Perbedaan
2001 Aku Peduli. Bagaimana dengan Anda?
2002 Stigma dan Diskriminasi
2003 Stigma dan Diskriminasi
2004 Perempuan, Gadis, HIV dan AIDS
2005 Hentikan AIDS. Jaga Janjinya
2006 Hentikan AIDS. Jaga Janjinya - Akuntabilitas
2007 Hentikan AIDS. Jaga Janjinya - Kepemimpinan
2008 Hentikan AIDS. Jaga Janjinya - Pimpin - Berdayakan - Berikan
2009 Hentikan AIDS. Jaga Janjinya - Akses Universal dan Hak Asasi Manusia
"Stop AIDS: Akses untuk Semua!!!”

"Stop AIDS: Akses untuk Semua!!!” (part 1)

Tuesday, December 01, 2009 0 Comments
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.

Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Terkadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
Gejala Utama AIDS
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
Diagnosis
Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun demikian, kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, karena definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun spesifik. Di negara-negara berkembang, sistem World Health Organization untuk infeksi HIV digunakan dengan memakai data klinis dan laboratorium; sementara di negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat.
Pencegahan
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara umum dapat diabaikan.

Penanganan
Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirus yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART). Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak tahun 1996, yaitu setelah ditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor. Pilihan terbaik HAART saat ini, berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat (disebut "koktail) yang terdiri dari paling sedikit dua macam (atau "kelas") bahan antiretrovirus. Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) dengan protease inhibitor, atau dengan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV lebih cepat perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang dewasa, maka rekomendasi perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak daripada untuk orang dewasa. Di negara-negara berkembang yang menyediakan perawatan HAART, seorang dokter akan mempertimbangkan kuantitas beban virus, kecepatan berkurangnya CD4, serta kesiapan mental pasien, saat memilih waktu memulai perawatan awal.

Obat anti-retrovirus berharga mahal, dan mayoritas individu terinfeksi di dunia tidaklah memiliki akses terhadap pengobatan dan perawatan untuk HIV dan AIDS tersebut.
Penanganan eksperimental dan saran
Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang sesuai untuk menahan epidemik global (pandemik) karena biaya vaksin lebih murah dari biaya pengobatan lainnya, sehingga negara-negara berkembang mampu mengadakannya dan pasien tidak membutuhkan perawatan harian. Namun setelah lebih dari 20 tahun penelitian, HIV-1 tetap merupakan target yang sulit bagi vaksin.
Beragam penelitian untuk meningkatkan perawatan termasuk usaha mengurangi efek samping obat, penyederhanaan kombinasi obat-obatan untuk memudahkan pemakaian, dan penentuan urutan kombinasi pengobatan terbaik untuk menghadapi adanya resistensi obat. Beberapa penelitian menunjukan bahwa langkah-langkah pencegahan infeksi oportunistik dapat menjadi bermanfaat ketika menangani pasien dengan infeksi HIV atau AIDS. Vaksinasi atas hepatitis A dan B disarankan untuk pasien yang belum terinfeksi virus ini dan dalam berisiko terinfeksi. Pasien yang mengalami penekanan daya tahan tubuh yang besar juga disarankan mendapatkan terapi pencegahan (propilaktik) untuk pneumonia pneumosistis, demikian juga pasien toksoplasmosis dan kriptokokus meningitis yang akan banyak pula mendapatkan manfaat dari terapi propilaktik tersebut.
[Pengobatan alternatif
Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan untuk menangani gejala atau mengubah arah perkembangan penyakit. Akupuntur telah digunakan untuk mengatasi beberapa gejala, misalnya kelainan syaraf tepi (peripheral neuropathy) seperti kaki kram, kesemutan atau nyeri; namun tidak menyembuhkan infeksi HIV.[92] Tes-tes uji acak klinis terhadap efek obat-obatan jamu menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti bahwa tanaman-tanaman obat tersebut memiliki dampak pada perkembangan penyakit ini, tetapi malah kemungkinan memberi beragam efek samping negatif yang serius.
Beberapa data memperlihatkan bahwa suplemen multivitamin dan mineral kemungkinan mengurangi perkembangan penyakit HIV pada orang dewasa, meskipun tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa tingkat kematian (mortalitas) akan berkurang pada orang-orang yang memiliki status nutrisi yang baik. Suplemen vitamin A pada anak-anak kemungkinan juga memiliki beberapa manfaat. Pemakaian selenium dengan dosis rutin harian dapat menurunkan beban tekanan virus HIV melalui terjadinya peningkatan pada jumlah CD4. Selenium dapat digunakan sebagai terapi pendamping terhadap berbagai penanganan antivirus yang standar, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas.
Penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa terapi pengobatan alteratif memiliki hanya sedikit efek terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit ini, namun dapat meningkatkan kualitas hidup individu yang mengidap AIDS. Manfaat-manfaat psikologis dari beragam terapi alternatif tersebut sesungguhnya adalah manfaat paling penting dari pemakaiannya.
Hukuman sosial atau stigma oleh masyarakat di berbagai belahan dunia terhadap pengidap AIDS terdapat dalam berbagai cara, antara lain tindakan-tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan penghindaran atas orang yang diduga terinfeksi HIV; diwajibkannya uji coba HIV tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu atau perlindungan kerahasiaannya; dan penerapan karantina terhadap orang-orang yang terinfeksi HIV. Kekerasan atau ketakutan atas kekerasan, telah mencegah banyak orang untuk melakukan tes HIV, memeriksa bagaimana hasil tes mereka, atau berusaha untuk memperoleh perawatan; sehingga mungkin mengubah suatu sakit kronis yang dapat dikendalikan menjadi "hukuman mati" dan menjadikan meluasnya penyebaran HIV.
Stigma AIDS lebih jauh dapat dibagi menjadi tiga kategori:
• Stigma instrumental AIDS - yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan atas hal-hal yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan menular
• Stigma simbolis AIDS - yaitu penggunaan HIV/AIDS untuk mengekspresikan sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup tertentu yang dianggap berhubungan dengan penyakit tersebut.[110]
• Stigma kesopanan AIDS - yaitu hukuman sosial atas orang yang berhubungan dengan isu HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.
Stigma AIDS sering diekspresikan dalam satu atau lebih stigma, terutama yang berhubungan dengan homoseksualitas, biseksualitas, pelacuran, dan penggunaan narkoba melalui suntikan.
Di banyak negara maju, terdapat penghubungan antara AIDS dengan homoseksualitas atau biseksualitas, yang berkorelasi dengan tingkat prasangka seksual yang lebih tinggi, misalnya sikap-sikap anti homoseksual. Demikian pula terdapat anggapan adanya hubungan antara AIDS dengan hubungan seksual antar laki-laki, termasuk bila hubungan terjadi antara pasangan yang belum terinfeksi.
(Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2009…diambil dari berbagai sumber)

TEGARLAH SANG PEMIMPI!!! INILAH AKHIR UNTUK AWAL YANG INDAH...

Tuesday, December 01, 2009 0 Comments
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur hanya tertuju pada Allah SWT atas limpahan nikmat dan hidayah-Nya sehingga kita masih berada dalam naungan indahnya iman dan islam. Sholawat dan salam senantiasa tercurahlimpahkan kepada Murabbi agung kita, tauladan sepanjang masa, Rasulullah SAW yang senantiasa kita nanti syafa’atnya di yaumul akhir kelak.




00:49, hari pertama di bulan Desember => Setelah sejenak merenung!!! Suasana Sepi (mungkin tinggal saya yang masih terjaga).. Mendukung banget buat menulis :D
“TEGARLAH SANG PEMIMPI : INILAH AKHIR UNTUK AWAL YANG INDAH” menjadi tema saya di bulan Desember ini. Yap… secara kebetulan film “Sang Pemimpi” akan diputar tanggal 17 Desember juga! Film inspiratif dari novel yang sangat inspiratif karya Andrea Hirata! I LIKE THIS VERY MUCH!!!!
Emm..biar mendukung nulisnya, backsongnya “SANG PEMIMPI”-nya Gigi. MANTABBBB!!!! (4 thumbs up!!!!)

Sambut hari baru di depanmu
Sang pemimpi siap tuk melangkah
Raih tanganku jika kau ragu
Bila terjatuh ku 'kan menjaga
Kita telah berjanji bersama
Taklukkan dunia ini
Menghadapi segala tantangan
Bersama.. (mengejar mimpi-mimpi)
Berteriaklah hai sang pemimpi
Kita tak 'kan berhenti disini
Bersyukurlah pada Yang Maha Kuasa
Hargailah orang-orang yang menyayangimu
Yang selalu ada setia di sisimu
Siapapun jangan kau pernah sakiti
Dalam pencarian jati dirimu
Dan semua yang kau impikan
Tegarlah sang pemimpi

INILAH AKHIR UNTUK AWAL YANG INDAH!!!
Akhir??? Awal???
1. Desember 2009 : bulan terakhir dalam kalender Masehi tahun 2009, tak lama lagi tahun 2010 akan menghampiri. Sebuah awal yang indah!
2. 17 Desember 2009 : akhir bulan Dzulhijjah 1430 H, tanggal 18 Desember 2009 adalah tahun baru 1 Muharram 1431 H… emm, sebuah awal yang indah!
3. 3 Desember 2009 : hari terakhir di Solo, 7 Desember 2009 : hari terakhir di Wonogiri sebelum akhirnya berangkat ke Jakarta untuk pembekalan di kantor Departemen Perdagangan RI tanggal 10 Desember 2009… Yes, inilah sebuah awal yang indah!!!
Kisah saya yang satu ini juga merupakan perwujudan impian yang saya tulis awal tahun 2008 di DREAM BOOK [gabungan 3 impian sekaligus : kerja di perusahaan keren (impian ke-15), ke Jakarta (impian ke-70), dan jadi statistisi handal (impian ke-78). MY DREAMS COME TRUE!!! So amazing!!! Alhamdulillah…]
4. Emm… saat kita tidur, itulah akhir dari kisah kita hari ini… Saat mata kita kembali terbuka (bangun), itulah sebuah awal yang indah buat kita! Karena Allah masih memberi kita kesempatan untuk berbuat yang TERBAIK!!! Semua tergantung pada kita, MAMPU memanfaatkan kesempatan itu dengan BAIK atau tidak!
It depends on YOURSELF!!!
THIS IS MY DESEMBER!!!

D=Dare to DREAM!!!
E=Enlighting Your Mind
S=Spirit will never end!
E=Encourage your self to do the best!
M=Make your family proud of you!!
B=Be INSPIRING others!
E=End to begin more exciting!
R=Remember Allah always give THE BEST!

Sedikit berkisah (boleh ya?? Boleh lah…lha wong yang mau nulis saya! ^^)… Ini bukan kisah nyata tapi bisa jadi kisah nyata kalau memang ada yang mengalaminya… (bukan bermaksud menyinggung lho! Ni lagi berimajinasi…)
Ada seorang mahasiswa tingkat akhir yang mendapat WARNING dari pihak jurusan bahwa ia hanya memiliki kesempatan satu semester lagi untuk menyelesaikan studinya. Sebenarnya mahasiswa tersebut telah merampungkan seluruh mata kuliah yang harus diambilnya. Hanya tinggal satu kewajiban, yang seringkali dianggap momok oleh sebagian besar mahasiswa, yang belum dia selesaikan : SKRIPSI!!! Umumnya, skripsi membutuhkan waktu paling cepat satu semester untuk selesai. Namun, mahasiswa tadi memasang target dua bulan untuk menuntaskannya. Dan singkat cerita (gak harus nunggu ceritanya dua bulan ya… ^^), skripsinya selesai juga akhirnya! Bahkan melebihi target yang telah dipatoknya. Hanya sekitar satu bulan ia merampungkannya. MANTAP kan???
HOW COULD IT BE??? Bagaimana bisa??? Setelah mewawancarainya (tentunya self interview, lha wong yang buat cerita yang nulis ini :D), ternyata mahasiswa tersebut mempunyai sebuah rahasia. What’s THE SECRET??? Ia tidak terpojokkan dengan batas waktu masa studinya. Ia kemudian membuat gambaran besar di kepalanya. Betapa bahagianya ia saat telah menyelesaikan studinya nanti. Orang tua akan bangga dan bahagia dan tentunya dirinya akan sangat lega karena gelar sarjana telah disandangnya. Visualisasi gambar tersebut terus ia perbesar dalam alam pikirannya. Sehingga apapun yang merintanginya, entah cibiran atau cemoohan, tak lagi digubrisnya. CUEK IS THE BEST! Pikirannya hanya tertuju pada gambar besar di kepalanya. Pada impian yang hendak ia capai (Barangkali inilah yang disebut oleh om Stephen R.Covey sebagai MEMULAI DARI AKHIR!!! Makasih om atas inspirasinya!!! :D)
Emm..ibarat seorang yang naik gunung (langsung ingat saat “muda” dulu… suka naik gunung… ^^). Bila pikirannya hanya terfokus pada jalan yang ia lalui, yang penuh semak belukar, maka ia pun akan cepat letih dan bosan. Bahkan bisa jadi niatannya utuk menggapai puncak yang awalnya meletup malah meredup! Beda halnya bila pikirannya tertuju pada udara segar, sapaan sang mentari, pemandangan yang indah, dan kepuasan tiada tara saat ia mencapai puncak. Letih dan bosan tak akan mempengaruhinya. Lantaran tujuan telah mampu mengesampingkan berbagai tantangan di sepanjang jalan.
Jangan membayangkan bahwa kita AKAN MERAIH tujuan dan impian itu. Bayangkan bahwa kita TELAH MERAIH tujuan dan impian tersebut. Bayangkan segala kebahagiaan dan kesenangan yang akan kita dapat. Dan kita pun AKAN MENDAPATKANNYA!!!!!!!
Sesungguhnya, jalan mencapai puncak itu berat, tetapi tetap bertahan di puncak jauuuuhh lebih berat, So.. tetep SEMANGADH 37x!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Simbol mendasar dari perubahan adalah bergerak, berilmu tanpa bergerak adalah sia-sia, namun bergerak tanpa rencana adalah ironis. Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi pribadi yang cerdas dalam menempatkan diri. AAMIIIN 37x!!!!
perubahan dimulai oleh orang-orang yang cerdas...
dilaksanakan oleh orang-orang yang ikhlas...
dan dimenangkan oleh orang-orang yang pemberani...

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S.Ar Ra’du : 11)

” .... dan jangan kamu berputus asa dari rahmat ALLAH. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat ALLAH, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf : 87)

”Sesungguhnya aku bergantung pada persangkaan hamba-Ku dan Aku akan selalu bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka aku akan mengingatnya dalam diriKu. Kalau Hamba-Ku mendekat sejengkal, Ku sambut ia sehasta. Kalau ia mendekat sehasta, Ku sambut ia sedepa. Kalau Hamba-Ku datang pada-Ku berjalan, maka Ku sambut ia dengan berlari...” (H.R. Imam Bukhari, At-Tirmidzi)
Impian dan cita-cita itu begitu penting. Jangan sekali-kali merasa malu dengan apa yang kita impikan! Sehingga terburu-buru menganggap impian itu tidak mungkin terjangkau dan kemudian menilainya sebagai sesuatu yang tidak mungkin lagi bahkan mengada-ada. Sikap seperti itu sungguh SALAH!!! Sebaliknya, kita harus bisa mengolah impian-impian itu secara cerdas sampai menjadi sebuah wujud yang berkualitas. Menggapai bintang di langit menjadi tugas hidup. Dengan bintang di tangan, kita akan bisa memberikan TERANG bagi lingkungan sekitar kita dan sekaligus sebagai wujud ibadah kita kepada Allah SWT.
Layang-layang dimainkan dengan kepala tegak dan bukan dengan menunduk. Layang-layang diterbangkan, bukan dengan wajah ke arah bawah, tapi dengan menatap ke angkasa. Begitupun kita di dalam hidup. Layang-layang adalah tanda agar kita selalu percaya bahwa OPTIMISME dimulai dengan membangun HARAPAN, bukan dengan BERSEDIH.
Jangan pernah sekalipun menyerah guna mewujudkan impian itu! Jangan sampai muncul pertanyaan di benak kita yang bisa melunturkan semangat kita ”Apakah aku bisa menjadi apa yang aku inginkan?” Tetapi sebaliknya, bersikaplah tegas dan bertekad.........
”AKU HARUS BISA MENJADI APA YANG AKU INGINKAN”

TUJUH KUNCI SUPER AGAR IMPIAN tak hanya SEKEDAR MIMPI!!!
1. Selalu berpikir : “AKU BISA!!!”
2. Tidak pernah berpikir : “AKU GAGAL”
3. Punya prinsip : “AKU BERANI”
4. Ubah diri jadi : “AKU KREATIF”
5. Apa yang ada dalam pikiranku : “INILAH AKU”
6. Ubah kekalahan jadi : “INI KEMENANGANKU”
7. Tak sekedar dibayangkan tapi : “AKU LAKUKAN”

KUNCI SUKSES ALA “SUPERTWIN” = IMPIAN BESAR + PUNYA STRATEGI + BERANI MELANGKAH!!!!!
Zona Supertwin (IN THE MIRACLE OF DREAMS), 011209_02:00
Backsong di akhir tulisan ini : LASKAR PELANGI (nidji)

Mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya
Laskar pelangi..takkan terikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
Warnai bintang di jiwa
Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
Cinta kita di dunia…selamanya!

Cinta kepada hidup
Memberikan senyuman abadi
Walau hidup kadang tak adil
Tapi cinta lengkapi kita!!!


E = Encourage urself to do d bez!
T = Time always go on…
I = Is urself usefull 4 another???
K = Keep istiqomah n bliv that..
A = Allah always give d bez 4 us!!


(ETIKA : SMART & VISIONER!!!)

Solutif… Magnetis… Aktif… Ruhiyah oke… Tangguh!!!
Visi mantap. Inspiratif. Semangat. Ikhlas berjuang. Optimis. Nothing to lose. Excellent..Responsible

Sunday, November 29, 2009

UJUNG PENANTIAN (PART. 1)

Sunday, November 29, 2009 2 Comments


Ketika kumohon kepada Allah kekuatan, Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat.
Ketika kumohon kepada Allah kebijaksanaan, Allah memberiku masalah untuk dipecahkan.
Ketika kumohon kepada Allah kesejahteraan, Allah memberiku akal untuk berfikir.
Ketika kumohon kepada Allah keberanian, Allah memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi.
Ketika kumohon kepada Allah sebuah cinta, Allah memberiku orang-orang bermasalah untuk ku tolong.
Ketika kumohon kepada Allah bantuan, Allah memberiku kesempatan.






Terkadang, aku tak selalu menerima apa yang kupinta, tetapi aku selalu menerima segala yang kubutuhkan.

TERIMA KASIH YA ALLAH…

Ya Allah..
Dengan keridhaanMu aku berlindung kepadaMu dari kemurkaanMu
Dan dengan ampunanMu aku berlindung dari hukumanMu
Aku berlindung kepadaMu Ya Allah..
Aku tidak mampu menyampaikan pujian yang layak bagiMu
Sebagaimana Engkau selayaknya dipuji
Ya Allah…
Jadikan di dalam hatiku cahaya
Di penglihatanku cahaya
Di pendengaranku cahaya
Di sisi kiriku cahaya
Di sisi kananku cahaya
Di atasku cahaya
Di bawahku cahaya
Di depanku cahaya
Di belakangku cahaya
Dan jadikan untukku di hari perjumpaan denganMu, cahaya
Wahai Dzat Yang Maha Hidup
Wahai Dzat yang menjadi tempat bergantung segenap makhluk
Dengan rahmatMu aku memohon pertolongan
Berikanlah kemaslahatan untukku
Pada semua urusanku
Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau
Engkaulah tempatku bernaung
Engkaulah sebaik-baik segala pujian tertuju


Subhanallah walhamdulillah walaailahailallahu allahuakbar!!!

SalwaNet Solo (backsong : "PERFECT", 291109_11:17)

Habis buka email yang menggembirakan…
Alhamdulillah, satu penantianku sampai pada ujungnya... tanggal 10 Desember harus sudah berada di Jakarta untuk pembekalan... SIP, kalau sudah pasti gini jadi lebih mantap untuk merencanakan langkah selanjutnya!!! MUDAHKANLAH YA ALLAH... MUDAHKANLAH... AAMIIN...
Saudaraku, mohon doanya ya!!!

A.P.A

Sunday, November 29, 2009 0 Comments


Hanya karena APA???
Membawa keterpurukan
Cahaya malaikat, cahaya setan
Cermin derap langkah…
Senyum yang berbaur
Tawa yang ikhlas…
Kemudian berharap!!
Bagaikan angin dan pasir…
Berhambur beterbangan
Hanya ketika sungai berhenti mengalir
Dan gunung tak bertepi barulah berpisah.
Biar dia meretak…
Atau sama sekali tak hijau
Hanya jika sungai harapan berhenti mengalir..
Dan gunung tak berdiri, barulah berpisah..
Tapi apa hari ini tak kudapati..esok untukku tak tersisa…
Hari ini kudapat semua
Tanpa sisa, esok sisapun tak kudapat
Hembusan tarian pun melemah membawa angan
Ke tempat separuh hati
Tapi kemana Ia menuju..
Berpejamkah matanya bersamaku??


(Lokasi Inspirasi : Di ruang kelas 1.3 SMA 1 Wonogiri, di bangku paling depan dari kiri no.2 buah pena : ‘TIWUNG’…hehe…kertas yang Nungma temukan saat mencari “HARTA KARUN ZAMAN PUTIH-ABU ABU”, tertanggal : 3 Mei 2003. JOIN THE “GANK BERR” X-TRA KIII…KUUUKK!!!)

TEGARLAH SANG PEMIMPI !!!

Sunday, November 29, 2009 0 Comments


Sesuatu yang tidak mungkin, sesungguhnya bukan fakta. Tapi hanya ada dalam pikiran. Pikiran kita sendiri yang memenjara diri kita, yang membatasi kemampuan diri.
Ketika berpikir kita tidak bisa, maka dengan sendirinya kita akan mencari pembenaran dari pola pikir yang kita tanam tadi. Tindakan yang kemudian diambil akan merupakan hasil dari ketidakmungkinan yang kita ciptakan sendiri.

Bila saja kita mampu mengikis rasa ketidakmungkinan dalam pikiran, maka potensi kita dengan sendirinya akan mengalir bagai air bah.
Ketidakmungkinan hanyalah masalah waktu, yang tidak mungkin di masa lalu, menjadi harapan dan cita-cita dimasa kini, dan seharusnya menjadi kenyataan di masa depan.
Tidak ada ketidakmungkinan, kecuali kita ijinkan pikiran kita sendiri yang membatasi.

Sewaktu kita mengatakan, "ah tidak mungkin bagi saya untuk mencapai hal itu", ketika itupula kita mematikan api impian dan harapan.
Ada empat kekuatan yang bisa dicoba untuk menekan ketidak-mungkinan yang menggerogoti impian kita (disadur dari artikel tulisan Mario Teguh)

1. Imajinasi
Imajinasi adalah kekuatan kreatif untuk menggambarkan keadaan ideal yang kita inginkan. Bayangkan seandainya hal yang menurut pikiran tadi tidak mungkin, menjadi hal yang sangat mungkin dan sudah terjadi. Rasakan perasaan bahagia yang ditimbulkan. Hasrat kita akan timbul dan mendorong bagi pencapaian impian kita menjadi hal yang mungkin terjadi.

2. Kecintaan
Dengan kecintaan akan memunculkan kualitas terbaik dari kita. Cintai apapun pekerjaan kita saat ini. Cintai kondisi keluarga kita saat ini. Cintai semua anugerah yang telah Tuhan berikan bagi kita. Tidak ada yang tidak mungkin bila kekuatan cinta bicara.

3. Tindakan
Lakukan satu upaya yang akan menentukan langkah kita selanjutnya. Kita tidak akan berubah bila tidak ada tindakan yang dilakukan.
Mulai dari yang paling mungkin dapat kita lakukan, sekecil apapun. Setiap tindakan kecil yang kita ambil akan menghapus jejak ketidakmungkinan menjadi sesuatu yang mungkin.
4. Kesabaran
Kesabaran akan menghantarkan kita kearah lebih baik. Sebesar apapun hasil yang didapat, hormati diri kita sendiri.
Beri penghargaan pada kekuatan sabar yang kta kelola. Sayangi diri kita, sesungguhnya Tuhan beserta orang-orang yang sabar. Sabar setelah melakukan suatu ikhtiar.

Jangan pernah hapus impian. Karena orang yang tidak punya mimpi, tidak mungkin mempunyai rencana. Sedang rencana yang masuk akal adalah proses untuk membangun kekuatan.

Hmmm…Artikel yang luar biasa bukan?? Seperti sebuah kata bijak yang pernah saya dapatkan waktu mengikuti beberapa seminar dan training motivasi berprestasi… “The future belongs to them whose believe of the beauty of their dream”

Not IMPOSSIBLE but I’M POSSIBLE…
Malam ini ku hanya membiarkan tangan ini bergerak seiring dentingan waktu…
Hembusan bayu menyayat kabut menyiratkan dingin yang membuat beku…
Huruf demi huruf tetap terangkai satu per satu…
Setiap darinya pasti mampu menyusun kata penuh makna meski sang bayu semakin kokoh dan kuat saja hembusannya…
Tapi ia tetap tegar mensejajarkan diri
Membentuk barisan yang terangkai indah dan tersusun rapi
Menyusun strategi dengan untaian kalimat yang berarti
Bahkan mampu mengubah dunia dengan segala fakta yang terbukti nyata lewat rangkaian kata yang ada
Dan pena ini tetap bergerak mencetak kata, merangkumnya menjadi tulisan yang ntah…mungkin tak jelas artinya???
Kenapa begitu sulit MEMULAI, padahal kesempatan itu begitu terbentang luas??‼
Kenapa begitu sulit BERTINDAK, padahal perencanaan sudah terangkum matang dan jelas??‼
Jangan bertanya kenapa, karena JAWABAN dari KENAPA itu akan berbalik arah pada PRIBADIMU…‼!
Karena KAMU adalah KUNCINYA dan REALISASI MIMPIMU adalah tindakan nyata wujud jawabannya…………

(Penggalan puisi yang berhasil nyasar di catatan harian saya tahun 2008, ketika diri ini ingin berbagi tentang dahsyatnya sebuah MIMPI!!!)

Hmm…berikut ada lirik sebuah lagu baru yang kelak bakal jadi soundtrack film kedua dari Tetralogi Novel Best Seller “LASKAR PELANGI” nya Andrea Hirata yang berjudul “SANG PEMIMPI”. Sebuah lagu yang dinyanyikan oleh GIGI, yang akhir-akhir ini juga selalu berhasil menghipnotis saya untuk lebih bersemangat lagi, lebih optimis lagi…karena kandungan ‘makna terdalam’ dari barisan kata-kata yang terkandung pada bait-bait lagu tersebut. LUAR BIASA DAHSYAT!!! (jadi pengin segera nonton filmnya…Insya Allah akhir Desember…)

SANG PEMIMPI
Sambut hari baru di depanmu
Sang pemimpi siap tuk melangkah
Raih tanganku jika kau ragu
Bila terjatuh ku 'kan menjaga

Kita telah berjanji bersama
Taklukan dunia ini
Menghadapi segala tantangan
Bersama.. (mengejar mimpi-mimpi)

Berteriaklah hai sang pemimpi
Kita tak 'kan berhenti disini

Bersyukurlah pada Yang Maha Kuasa
Hargailah orang-orang yang menyayangimu
Yang selalu ada setia di sisimu
Siapapun jangan kau pernah sakiti
Dalam pencarian jati dirimu
Dan semua yang kau impikan
Tegarlah sang pemimpi


(Istana KYDEN, 28 November 2009… MUMAN = MUka MerindukAn seNja)

Thursday, November 26, 2009

Absolutely, I’m Not Perfect!

Thursday, November 26, 2009 0 Comments
Pukul 00:00 tepat!!! Waktu yang ditampilkan pada layar Nokia 5300 saya saat membuka mata tadi.
Alhamdulillahilladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihinnusyuur (Segala puji bagi Allah, yang membangunkan kami setelah ditidurkanNya dan kepadaNya kami dibangkitkan)
BANGKIT!!! Lalu men-ZERO-kan diri…
Kupercayakan hidupku ini
Atas izinMu kumampu tetap berdiri
Dan kuikhlaskan segenap diri
Dalam lirihku mohonkan petunjukMu menerangi
Garis takdirku sebagai hambaMu
Slalu bersujud mengharap cintaMu
Hidup matiku di genggamanMu
Kupasrahkan hanya padaMu
Badai merintang menghalangi
Asal Engkau tetap di hati
Tiada ragu tuk jalani takdir ini
Kuteguhkan keimanan hadapi cobaan
Karena takdir digariskan adanya ujian
Kuatkanlah hamba….


Sebuah refleksi.
Seringkali keraguan datang menggelayuti hati menyebabkan seseorang tak berani bertindak atau mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu. Dan hal itu pula yang menyebabkannya terhambat dan mungkin pula terlambat dalam mendapatkan hal yang dituju. Ini bukan hanya masalah ketakutan dan keraguan untuk memilih atau menentukan sikap. Ini juga mengenai ketidaksiapan mengalami kegagalan atau kekalahan.
Tak asing lagi bahwa setiap diri kita pasti menginginkan hal yang terbaik yang akan diperoleh. Oleh sebab itu, memiliki segala macam kriteria dalam memilih sesuatu menjadi suatu kewajaran. Kalaupun tidak akan sempurna, setidaknya kriteria-kriteria tersebut mewakili upaya untuk mencapai kesempurnaan. Maka, setiap ketidaksempurnaan yang ditemui, seharusnya pun diterima dengan wajar.
Pernahkah kita menjadi seorang yang perfeksionis? (SERING=>itu jawaban jujur dari saya pribadi lho. Banyak yang bilang (hasil polling tanggal 020209 dan beberapa isian kuesioner tentang saya) saya tuh orangnya idealis bin perfeksionis… ^^v, bisa jadi inilah kelemahan saya… tapi bisa juga inilah sifat yang menjadi kelebihan saya… Absolutely, I’m not a perfect person..). Perfeksionis, merencanakan segala sesuatu dengan rapi, teliti, penuh aturan seakan takut sesuatu yang akan dilakukan tersebut tidak berhasil atau memperoleh hasil yang jelek. Perencanaan sebenarnya adalah sebuah upaya untuk membantu hal-hal yang akan dilakukan supaya mencapai hasil yang baik, sesuai dengan tujuan semula, sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Perencanaan sebenarnya adalah salah satu alat ukur terhadap sebuah aktivitas. Keberhasilan maupun kegagalan adalah sebuah hasil yang penting untuk diketahui, namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana PROSES aktivitas tersebut dilalui.
Bagaimanakah niat yang ada di hati ketika aktivitas tersebut dijalankan?
Hikmah apa yan telah didapat dalam menjalankan aktivitas tersebut?
Seringkali, keberhasilan yang diperoleh meninggalkan bekas yang membahagiakan. Disebut-sebut. Dibangga-banggakan, dan lama sekali baru terlupakan. Namun, bila yang ditemui adalah sebuah kegagalan.. entah apa reaksi yang terjadi. Dan bekasnya? Bisa jadi ingin dihapus dari ingatan segera. Padahal di baliknya, terdapat suatu hal yang demikian berharga. Kadang kita lupa, betapa kegagalan dapat menjadi sebuah pelajaran yang tak ternilai.
---DIAM---
---MERENUNG---
---SELESAI---
__^_^__
Kumemohon dalam sujudku padaMu
Ampunkanlah segala dosa dalam diri
Kupercaya Engkau bisa meneguhkan
Pendirianku… keimananku…
Engkau SATU CINTA yang slamanya aku cari
Tiada waktu kutinggalkan
Demi cintaku kepadaMu
Walau seribu rintangan kan menghadang dalam diri
Kuteguhkan hat
i ini hanya padaMu… kupasrahkan…
Ya Rabb, slamatkanlah hamba ini
Dari fatamorgana dunia
Ya Rabb, jauhkanlah hamba ini
Dari hidup yang sia-sia…


Ya Rabb, Semua hamba serahkan padaMu
Aamiin Ya Rabbal ‘alamiiin…
Zona Supertwin, 261109_01:57

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1430 H
Taqaballalahu minna wa minkum…
Semoga rahmat dan keberkahanNya senantiasa tercurah pada kita…Aamiin…

KONTEMPORERISASI ILMU PENGETAHUAN ISLAM SEBAGAI SARANA REKONSTRUKSI PERADABAN ISLAM DEMI TERWUJUDNYA KEBANGKITAN UMAT DI ERA MODERNISASI

Thursday, November 26, 2009 0 Comments
A. Ilmu sebagai Jalan Keimanan dalam Islam
Kebangkitan kembali peradaban Islam dapat dicapai jika mentalitas berpikir umat Islam bertolak dari akidah dan amaliah Islam yang benar. Dari situ kemudian bergerak dalam kerangka variabel-variabel yang berhubungan dengan segala yang bersifat konstan, cocok dengan sifat zaman, dan mempertimbangkan prediksi masa depan.
Jika kalangan penganut penafsiran materialistik berpendapat bahwa peradaban dan negara akan jatuh dan mati tanpa dapat kembali lagi, hal itu hanya berlaku bagi peradaban-peradaban materialistik, seperti Marxisme dan Ateisme. Adapun penafsiran keagamaan terhadap kebangkitan kembali peradaban Islam didasarkan pada sebuah fakta sejarah bahwa kita adalah umat yang tidak mungkin membaik, kecuali dengan landasan agama yang benar seperti pada awal turunnya, yaitu agama Islam yang hanif. Akan tetapi, perang ideologi berupaya menghapus fakta sejarah dengan maksud menjauhkan kita dari perkembangan peradaban kontemporer dan menghalangi kita dari kemajuan yang dicapai oleh bangsa-bangsa lain. Kecenderungan ini ditampakkan oleh penganut tendensi sekularistik yang datang dan merasuk di tengah-tengah kita yang tidak puas dengan keterkaitan (atau pengaitan) antara Islam dan sains (ilmu pengetahuan). Mereka memisahkan antara kriteria-kriteria materialistik dan energi-energi rohani yang mendukungnya.

Orang-orang sekuler menjauhkan agama dari kehidupan dunia, sebaliknya mereka hanya menganggap sains yang menentukan arah kehidupan di dunia. Mereka menemukan contoh tersebut pada peradaban Barat yang materialistik dimana mengusung jargon bahwa pemisahan antara agama dan sains merupakan salah satu syarat bagi berdirinya sebuah peradaban.

Menurut orang-orang sekuler, sains dengan berbagai cabangnya harus bersifat sekuler, duniawi, dan tidak bersifat keagamaan. Jika ideologi yang mereka serukan itu telah melewati masa lalunya dalam sejarah Barat, sebenarnya ia tidak cocok dengan kebiasaan dunia Islam. Ideologi itu membatasi filsafatnya dalam menafsirkan fenomena alam, fenomena manusia, dan fenomena sosial hanya pada hal-hal di dalam alam, tanpa ada peran kehendak Tuhan di dalamnya.

Kepercayaan salah yang dianut oleh beberapa negara Islam telah mengakibatkan berhentinya sains sehingga kreativitas dan penemuan menjadi lumpuh. Orang yang mengamati sejarah dan pemikiran umat manusia akan menemukan bahwa aliran pemikiran dan filsafat yang dibuat oleh manusia itu jauh dari petunjuk Allah. Aliran pemikiran dan filsafat itu terus memerlukan penyesuaian diri agar dapat memenuhi kebutuhan manusia yang selalu berkembang dan berubah, seiring dengan berjalannya waktu.
Islam telah meletakkan dasar-dasar utama bagi gerak alam raya dan kehidupan. Islam memberikan landasan yang tetap kepada umat manusia di segala zaman untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan batasan-batasannya, tanpa adanya pengekangan atas kebebasan berpikir dan melakukan penelitian ilmiah.

Al Qur’an merupakan landasan pertama bagi hal-hal yang bersifat konstan dalam Islam. Oleh karena itu, umat Islam, di setiap tempat dan waktu dituntut memperkuat keinginan dan mengasah akalnya ke arah pemahaman Al Qur’an yang dapat mengubah kehidupannya menjadi lebih baik, dapat memposisikan mereka pada posisi yang memungkinkan penyebaran ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia sebagai sebuah sistem yang bersifat Rabbani dan komprehensif serta membawa kebahagiaan umat manusia di dunia dan di akhirat. Dewasa ini, telah banyak dilakukan studi yang menyoroti sisi kemukjizatan Al Qur’an, antara lain dari segi sains pada era ilmu dan teknologi ini banyak mendapat perhatian dari para ilmuwan.

B. Wacana Baru: Islamisasi Ilmu pengetahuan
Setidaknya sejak dasawarsa 1970-an hingga sekitar awal 1990-an, berkembang sebuah wacana baru tentang Islam dan ilmu pengetahuan, dengan munculnya gagasan Islamic science (ilmu pengetahuan Islam) atau Islamization of knowledge (islamisasi ilmu). Terlepas dari siapa yang pertama menggunakan istilah ini, dalam kenyataannya ada cukup beragam (kelompok) pemikir Muslim yang memaknai istilah ini dengan berbeda-beda dan tidak jarang terdapat pertentangan di antara ragam pendapat itu. Karena yang lebih populer adalah istilah dalam bahasa Inggris itu, ada beberapa hal penting dan menarik untuk dicatat sehubungan dengan penggunaan kata “ilmu pengetahuan” atau “sains”, “islamisasi”, dan kata Islamic dalam Islamic science.
Pertama, perkembangan berbagai istilah ini menunjukkan betapa seriusnya tantangan yang dihadapkan ilmu pengetahuan modern kepada perkembangan intelektual Islam. Seperti telah dipaparkan di atas, sebetulnya ini telah mulai sejak akhir abad ke-19. Namun, tak efektifnya usaha mengejar ketertinggalan Muslim dari Barat di masa-masa sebelumnya telah mengkristal menjadi “gerakan” dengan orientasi baru ini. Pada beberapa kelompok, kedua istilah baru ini, Islamic science dan Islamization of knowledge nyatanya tampak hanya sekadar menjadi baju baru dari usaha yang telah dilakukan beberapa pemikir di masa-masa sebelumnya terkadang dengan lebih efektif.
Istilah “sains” (science) sendiri baru mendapatkan maknanya yang khas dalam perkembangan kegiatan ilmiah di dunia Barat sejak beberapa abad. Di sana “sains” dianggap sebagai model cabang ilmu yang paling unggul, karena perkembangannya yang paling pesat dibandingkan cabang-cabang ilmu lain. Anggapan tersebut yang melatarbelakangi kebiasaan bahasa Inggris modern – berbeda dengan kebanyakan bahasa lain – untuk membedakan science, sebagai istilah yang dipakai untuk ilmu pengetahuan alam atau “eksakta” (“pasti”), dari berbagai cabang ilmu pengetahuan lain, terutama ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Itulah sebabnya berkembang istilah seperti Islamic science dan terjemahan science dan Islamic science oleh sejumlah orang Indonesia dan Malaysia dengan “sains” dan “sains Islam”.

Perkembangan teknologi sebagai buah dari perkembangan ilmu pengetahuan ini juga amat memukau banyak orang, tak terkecuali Muslim. Sebagai akibat, sebagian ilmuwan Muslim hanya berusaha mengejar ketertinggalan umat Islam dengan mengambil alih secara menyeluruh teknologi dan ilmu pengetahuan Barat modern. Namun, sebagian lain tidak puas dengan sikap itu dan menuntut “islamisasi” ilmu pengetahuan atau pengembangan “ilmu pengetahuan Islam”. Para penggagas ilmu pengetahuan Islam atau islamisasi memulai argumennya dari premis bahwa ilmu pengetahuan tak bebas nilai. Karena itulah nilai-nilai sebuah agama dapat masuk dalam pembicaraan tentang ilmu pengetahuan. Maka wajar pula jika serangan terhadap gagasan ini biasanya berupa upaya mempertahankan premis penting itu.

Jelas bahwa “ilmu pengetahuan Islam” adalah sebuah istilah modern. Kita tak bisa menemukan padanan istilah ini dalam literatur Islam klasik, termasuk dalam masa yang disebut “Zaman Keemasan” Islam. Bahkan, bisa jadi istilah ini digunakan pertama kali oleh kaum orientalis ketika kajian-kajian orientalisme modern dimulai akhir abad yang lalu. Pada tahun 1920-an, misalnya, sejarawan ilmu pengetahuan George Sarton dalam karya monumentalnya menggunakan istilah ini untuk menyebut sebuah periode dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan ketika dengan dukungan penguasa, para ilmuwan Muslim (dan sebagian kecilnya, non-muslim) menghasilkan karya-karya besar dalam bidang ilmu pengetahuan. Orientalis George Anawati bahkan menyebutkan adanya upaya-upaya “islamisasi” cabang-cabang ilmu yang diperoleh terutama dari tradisi Yunani itu. Ia juga menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan alam adalah bidang yang paling sedikit terkena islamisasi dibandingkan dengan, misalnya, metafisika.
Jadi, di sini istilah “Islam(i)” digunakan untuk menyebut dua hal sekaligus: yang pertama adalah suatu periode sejarah, sebagaimana istilah “modern”, “abad pertengahan”, “klasik” atau “Yunani” digunakan; yang kedua, suatu aktivitas yang disusupi nilai-nilai Islam. Kedua makna ini kerap muncul dalam perbincangan kontemporer tentang ilmu pengetahuan modern dan Islam.

Para pemikir muslim kontemporer yang dapat mewakili wacana baru ini salah satunya bernama Ziauddin Sardar. Bukanlah suatu kebetulan jika tokoh ini terdidik di universitas-universitas Amerika dan Eropa dan terutama menulis dalam bahasa Inggris. Wacana baru ini memang berkembang terutama di kalangan komunitas intelektual Islam berbahasa Inggris, yang baru muncul secara jelas setelah paruh pertama abad ke-20 ini.

Ziauddin Sardar (l. 1951) adalah doktor di bidang fisika asal Pakistan , yang dibesarkan di Inggris. Sejak awal tahun 1980-an ia cukup rajin menulis di beberapa majalah ilmu pengetahuan terkemuka. Sebagai koresponden Nature, ia pernah berkeliling ke beberapa negara Muslim untuk meneliti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di sana , sedangkan tulisan- tulisan awalnya tentang ilmu pengetahuan Islam dipublikasikannya di New Scientist – salah satu di antaranya bahkan pernah menjadi laporan utama majalah bergengsi itu.

Sardar menekankan pembahasannya pada penciptaan suatu ilmu pengetahuan Islam kontemporer, yaitu sistem ilmu pengetahuan yang sepenuhnya didasarkan pada nilai-nilai Islam. Dibanding Nasr, misalnya, ia tak terlalu menaruh perhatian pada sistem ilmu pengetahuan yang secara aktual dikembangkan pada “Zaman Keemasan” Islam.
Di samping menganjurkan penciptaan suatu ilmu pengetahuan Islam kontemporer, Sardar juga amat keras mengkritik kelompok-kelompok lain yang tak sejalan dengannya. Ia mengkritik kelompok Muslim yang merasa bahwa dampak negatif ilmu pengetahuan modern dapat diatasi dengan menambahkan etika Islam. Argumen ini menurutnya tak sah, karena dampak ilmu pengetahuan modern juga menyangkut soal kognitif, sehingga perumusan epistemologi Islam juga amat diperlukan. Kelompok lain yang dikritiknya dengan amat keras adalah kelompok yang disebutnya mengembangkan “Bucaillisme” yang diambil dari nama Maurice Bucaille, yang buku-bukunya tentang kesesuaian al-Qur’an dengan temuan kedokteran modern menjadi best-seller di negara-negara Muslim. Praktik seperti ini menurutnya justru amat berbahaya, karena teori-teori ilmu pengetahuan dapat berubah setiap saat, sementara al-Qur’an tak boleh berubah. Dengan kata lain, kesesuaian itu tak dapat menjadi argumen bagi kebenaran al-Qur’an – sesuatu yang justru diupayakan Bucaille dan banyak sarjana Muslim lain.

Dalam mengemukakan argumen-argumennya mengenai ilmu pengetahuan Islam, Sardar selalu memulai dengan kritik-kritik amat keras terhadap ilmu pengetahuan modern. Berbeda dengan Nasr yang menggali kritiknya melalui perspektif kaum tradisionalis, Sardar dengan amat baik memanfaatkan kritik-kritik dari kalangan filsuf dan sejarawan ilmu pengetahuan Barat, kaum pemikir environmentalist (pecinta lingkungan), bahkan kelompok radikal kiri di Barat yang marak sejak tahun 1960-an. Kritik-kritiknya ini biasanya berujung pada pernyataan ketaknetralan ilmu pengetahuan modern, dan besarnya pengaruh budaya Barat modern dalam bentuk ilmu pengetahuan itu, serta dalam dampak-dampaknya.

Secara lugas dan sistematis, Sardar mengemukakan empat argumen tentang perlunya ilmu pengetahuan islami. Pertama, bahwa dalam sejarah setiap peradaban besar menciptakan sistem ilmu pengetahuannya yang berbeda-beda; kedua, peradaban Islam pun dalam sejarahnya mengembangkan sistem ilmu pengetahuan yang unik; ketiga, ilmu pengetahuan Barat bersifat destruktif terhadap umat manusia, hingga ke akar-akarnya; keempat, ilmu pengetahuan Barat tak dapat memenuhi kebutuhan material, kultural, dan spiritual masyarakat Muslim. Di titik inilah Sardar masuk untuk menawarkan alternatif Islam. Konsekuensi logis yang dapat ditarik dari kritik-kritiknya itu, adalah bahwa yang diperlukan kini adalah reorientasi radikal ilmu pengetahuan – hingga ke tingkat epistemologi dan pandangan dunianya – untuk diisi dengan nilai-nilai Islam, agar terbentuk suatu ilmu pengetahuan Islam, yang lebih sesuai dengan kebutuhan jasmaniah dan ruhaniah Muslim. Dalam bahasanya sendiri, ini adalah upaya “kontemporerisasi ilmu pengetahuan islam”.

Pembicaraan Sardar tentang ilmu pengetahuan Islam ditempatkan dalam konteks upaya pembangunan kembali peradaban Islam dalam segala aspeknya. Pandangan Sardar terhadap peradaban bersifat struktural. Di pusat peradaban ada pandangan dunia, yang tercermin dalam syariah dan epistemologi Islam yang merupakan sumber nilai-nilai bagi seluruh aspek peradaban. Ungkapan eksternal dari keduanya adalah subsistem-subsistem peradaban, seperti politik, ekonomi, juga ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, baginya, berbicara tentang peradaban Islam harus dimulai dari pembicaraan tentang pandangan dunia dan epistemologi itu.

Di sisi lain, hal ini berarti bahwa jika ia menginginkan perubahan mendasar dalam sistem ilmu pengetahuan yang sedang berlaku di dunia ini, itu berarti perubahan hingga ke masalah pandangan dunia, yaitu suatu tatanan konseptual yang dapat berfungsi (workable) dalam melahirkan sistem-sistem sosial, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Malangnya, Sardar melihat hingga kini pandangan dunia Islam yang diinginkannya itu belum terumuskan. Ia sendiri tak pernah beranjak cukup jauh dari sekadar menyarankan perlunya pembangunan kembali peradaban Islam dengan formula teoretis yang ditawarkannya. Dalam hal ilmu pengetahuan, ia tak pernah beranjak cukup jauh dari ideal-ideal “ilmu pengetahuan Islam kontemporer”-nya.
Dalam buku terakhirnya, Exploration in Islamic Science (Penyelidikan Dalam Ilmu Pengetahuan, 1989), Sardar menyebut dirinya dan beberapa rekannya (di antaranya, Munawar Ahmad Anees, Meryl Wynn Davies, dan S. Parvez Mansoor) yang sama-sama bercita-cita menciptakan ilmu pengetahuan Islam kontemporer sebagai kelompok Ijmali (kata yang maknanya bernuansa keindahan, sintesis, dan keseluruhan). Pada awalnya, kelompok ini bergabung dalam majalah bulanan Afkar/Inquiry (terbit di Inggris), yang dikhususkan untuk membahas isu-isu peradaban Islam, khususnya yang menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi.

Exploration bisa dianggap sebagai karya konklusif Sardar yang memuat seluruh perkembangan gagasannya – dengan beberapa argumen dan dukungan data historis baru – tentang ilmu pengetahuan Islam. Tak kurang dari separuh bukunya merupakan usaha memetakan posisi beberapa pemikir Muslim ternama tentang masalah ilmu pengetahuan dan Islam. Di antaranya ia menyebut adanya kecenderungan “Bucaillisme” yang disebut di atas, lalu mazhab Nasr yang amat kental didominasi perspektif mistisisme, kelompok mayoritas Muslim yang menganggap bahwa ilmu pengetahuan itu netral dan bebas nilai sehingga agenda utamanya adalah bagaimana mengejar ketertinggalan Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua kelompok ini dikritiknya dengan amat keras. Alternatifnya adalah gagasan Sardar dan kelompok Ijmali.

Ilmu pengetahuan Islam kontemporer diajukan Sardar sebagai alternatif terhadap ilmu pengetahuan Barat, tak cuma bagi masyarakat Muslim, tetapi juga sebagai suatu sistem ilmu pengetahuan yang dapat memperbaiki dan mengubah secara radikal sistem ilmu pengetahuan yang wujud saat ini, yang telah terbukti membawa dampak-dampak negatif luar biasa bagi alam, masyarakat, dan psikologi manusia modern secara global.
Ada delapan tingkat kerja yang diajukannya untuk membangun kembali ilmu pengetahuan Islam: perumusan kembali epistemologi Islam, penyusunan metodologi ilmu pengetahuan yang baru, kajian analitis terhadap sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi Islam, penyusunan kebijakan ilmu pengetahuan di negara-negara Muslim, penelitian empiris, pembangunan lembaga-lembaga riset, pemaduan sistem ini dalam sistem pendidikan, dan penyebaran kesadaran akan masalah-masalah ilmu pengetahuan dalam masyarakat.

C. Kecenderungan Wacana Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia
Di Indonesia, pembicaraan tentang Islam dan ilmu pengetahuan tampak sejalan dengan - dan, sebagian besarnya, mengikuti - apa yang berkembang di kalangan pemikir Muslim dunia umumnya. Hingga dasawarsa 1980-an, tulisan-tulisan tentang Islam dan ilmu pengetahuan, yang amat langka, terutama berkaitan dengan sumbangan Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan modern, sejarah tokoh-tokoh ilmuwan Muslim di masa kejayaan Islam, ataupun kesejajaran ajaran Islam dengan temuan ilmu pengetahuan mutakhir. Di sini kita bisa menyebut, misalnya, karya S.I. Poeradisastra yang paling menonjol, Sumbangan Islam untuk Ilmu Pengetahuan (1981) dan beberapa buku Soedewo P.K. yang menulis tentang teori-teori mutakhir ilmu pengetahuan dan kesesuaiannya dengan tauhid dan al-Quran. Di masanya, pada tahun 1960-an, karya-karya Soedewo dapat dikatakan maju. Mungkin karena Soedewo berasal dari lingkungan Ahmadiyah, ia menjadi tak cukup menonjol, bukunya juga tak tersebar luas.

Berkaitan dengan masalah ini tampak lebih menonjol ketika kecenderungan wacana "islamisasi ilmu" berkembang di luar. Dimulai pada sekitar pertengahan tahun 1980-an, pembicaraan tentang islamisasi ilmu cukup mendominasi dan mencapai klimaksnya pada akhir dasawarsa itu.

Salah satu seminar pertama yang cukup berarti untuk dapat dikatakan menandai munculnya wacana islamisasi ilmu adalah "Diskusi Panel Epistemologi Islam", di Masjid Istiqlal, 23 November 1985 . Seperti tampak dalam makalah-makalahnya, kata "epistemologi" dalam tema diskusi panel tersebut tampaknya dipahami lebih dalam kaitannya dengan upaya penciptaan suatu ilmu pengetahuan islami daripada sebagai suatu bagian dari pengkajian filsafat pada umumnya. Varian pandangan yang muncul dalam diskusi itu pun berada dalam kerangka wacana islamisasi ilmu yang telah berkembang di luar.

Pandangan yang kontra, misalnya, muncul dari Harun Nasution, yang menulis makalah berjudul "Etika Ilmu pengetahuan dalam Islam". Inilah sebuah tema penting dalam wacana islamisasi ilmu, yang kerap diajukan sebagai alternatif dari upaya mengislamkan ilmu pengetahuan. Kalimat pertama dalam makalah Harun Nasution adalah penjelasan posisinya secara amat tegas, bahwa tak ada yang dinamakan epistemologi Islam, karena ilmu pengetahuan adalah netral, yang penting dicatat di sini, untuk menunjukkan bahwa diskusi itu ada dalam wacana islamisasi ilmu, adalah kalimat berikutnya yang menyatakan ketakpercayaan pada gagasan al-Faruqi tentang islamisasi ilmu-ilmu.

Sementara itu, makalah-makalah A.M. Saefuddin, Armahedi Mahzar, Miska M. Amien, dan Jalaluddin Rakhmat, berusaha menggali unsur-unsur epistemologi Islam dengan visi penciptaan suatu ilmu pengetahuan islami. Unsur-unsur tersebut, antara lain, adalah prinsip-prinsip metafisis yang menjadi pra-anggapan ilmu pengetahuan, cara memperoleh ilmu, sumber-sumber ilmu, dan tujuan pencarian ilmu.
Selain dalam banyak seminar, hingga pada akhir dasawarsa 1980-an, isu islamisasi ilmu amat sering muncul dalam beberapa jurnal keislaman, yang penting dicatat di sini adalah Ulumul Qur'an, yang pada edisi-edisi awalnya sempat menurunkan isu ini sebagai tema utamanya. Pada saat yang sama, dalam ruang lingkup yang lebih kecil, buletin 24-halaman Salman, yang diterbitkan oleh sekelompok mahasiswa di masjid Salman-ITB, sempat secara amat gencar membahas isu ini. Sementara dalam Ulumul Qur'an spektrum pro-kontra mengenai gagasan ini terwakili, Salman tampak hanya mewakili gagasan-gagasan yang muncul dalam Afkar-Inquiry (yaitu, "kelompok Ijmali"). Ulumul Qur'an, diterbitkan oleh Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF), mencerminkan hangatnya perdebatan mengenai isu ini, hingga setidaknya tahun 1993. Sebagai jurnal kajian Islam dengan tiras terbesar, Ulumul Qur'an dapat dikatakan mewakili arus utama perbincangan intelektual Muslim. LSAF sendiri cukup banyak mensponsori berbagai diskusi, termasuk "Diskusi Panel Epistemologi Islam" di atas. Beberapa penulis yang muncul di UQ sempat mengemukakan pandangannya yang cukup komprehensif seperti, misalnya, Hana Djumhana Bustaman, yang mengembangkan psikologi islami.

Buku-buku yang diterbitkan mengenai isu ini di Indonesia , nyaris semuanya merupakan terjemahan dan hampir semua buku utama dari berbagai varian pandangan telah diterjemahkan. Dari penulis Indonesia sendiri, hanya sedikit nama yang dapat disebutkan. Sebagian besar dari mereka menulis di jurnal atau majalah keislaman, dan hanya amat sedikit yang menulis buku khusus mengenai masalah ini.
Di antara yang sedikit ini, Ahmad Baiquni menulis Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern (1983). Pandangan Baiquni - seorang fisikawan - mirip dengan Abdus Salam. Bagi Baiquni, berbicara tentang Islam dan ilmu pengetahuan berarti menunjukkan kesesuaian ayat-ayat Al Qur’an dengan temuan ilmu pengetahuan kontemporer. Ia, di antaranya, menunjukkan bahwa pandangan mutakhir tentang alam semesta yang memuai telah diisyaratkan dalam Al Qur’an.

Tokoh-tokoh lain yang dapat disebut di sini adalah Jalaluddin Rakhmat, Dawam Rahardjo, dan Armahedi Mahzar. Keakraban Rakhmat dengan metodologi penelitian membuahkan beberapa artikel yang konsisten (dimuat sebagai salah satu bab dalam bukunya Islam Alternatif) tentang Islam dan ilmu pengetahuan. Ia menekankan pada proses pencarian ilmu - mulai dari pilihan isu hingga penerapannya. Dalam setiap tahap proses itu, ajaran Islam - sebagai pranggapan metafisis maupun pertimbangan etis - dapat ambil bagian. Hasil dari proses pencarian ilmu yang tiap tahapnya diwarnai Islam ini adalah ilmu yang islami.

Sementara itu, Armahedi Mahzar jauh sebelumnya telah dikenal lewat bukunya Integralisme. Dengan apa yang disebutnya sebagai "pendekatan integralis", Armahedi berusaha menunjukkan lapis-lapis struktur ilmu pengetahuan dan di mana Islam dapat masuk untuk mewarnai lapis-lapis itu. Dengan latar belakang fisikanya, ia juga kerap menunjukkan kesesuaian temuan ilmu pengetahuan kontemporer dengan pandangan Islam di tingkat metafisika. Ini sejalan dengan munculnya literatur-literatur ilmu pengetahuan kontemporer yang diilhami oleh pengamatan akan adanya kesejajaran temuan ilmu pengetahuan, khususnya fisika, dengan pandangan tradisional (termasuk agama) yang holistis tentang alam semesta.

Populernya mazhab tradisionalisme (perenialisme) yang digagas Syed Hossein Nasr dan kawan-kawan di Indonesia pada sekitar 1994 dan 1995 ikut mewarnai wacana tentang Islam dan ilmu pengetahuan. Di sini yang banyak dibincangkan adalah pandangan holistis tentang alam semesta.

Setelah perbincangan tentang tema ini tampak melemah selama beberapa tahun di awal 1990-an, pada Agustus 1994 diadakan seminar internasional tentang Islam dan ilmu pengetahuan di IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung dengan sponsor Lembaga Mukjizat Al-Qur'an, yang berada di bawah Rabithah 'Alam Islami (Liga Dunia Islam), yang berpusat di Mekah. Sesuai dengan nama lembaga sponsor itu, penekanan seminar itu adalah pada pengungkapan kesesuaian temuan ilmu pengetahuan modern dengan ayat-ayat Al-Qur'an, yang dianggap sebagai mukjizat.

Lalu, pada Juni 1996, bersama dengan lembaga itu dan IIIT, B.J. Habibie (l. 1936) - sebagai ketua ICMI yang giat mengembangkan teknologi tinggi di Indonesia - melakukan penandatangan kesepakatan pembentukan forum bersama untuk ilmu pengetahuan, teknologi, dan sumberdaya manusia di depan Ka'bah, Mekah. Forum yang bernama International Islamic Forum for Science, Technology and Human Resources Development, (IFTIHAR, Forum Islam Antarbangsa untuk Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Sumber Daya Manusia) itu pada 6-8 Desember 1996 mengadakan konferensi pertamanya di Jakarta . Konferensi yang diikuti 400 peserta dari 50 negara itu menunjuk Habibie sebagai ketuanya, dan melahirkan rancangan aksi yang disebut Deklarasi Jakarta. Terselenggaranya konferensi ini sendiri tak bisa dilepaskan dari figur Habibie - sebagai ketua ICMI dan Menteri Riset dan Teknologi - yang melahirkan slogan "iptek dan imtak" (ilmu pengetahuan dan teknologi, dan iman dan takwa)".

Majalah Islam yang berbasis di London Impact International menjadikan peristiwa ini sebagai laporan utamanya, dengan judul "Science and The Muslim World, Breaking the Self-Exile" (Januari 1997). Seperti ditulis di situ, dari segi jumlah dan keragaman pesertanya, konferensi ini bisa disejajarkan dengan Konferensi Internasional Pertama tentang Pendidikan Islam di Mekah pada 1977. Masih dibutuhkan beberapa waktu sebelum arah dan efektivitas forum ini bisa dinilai. Namun melihat isi rancangan aksi tersebut dan dipilihnya Habibie sebagai ketua, telah tampak bahwa forum ini akan lebih pragmatis, dan mengikuti gagasan Abdus Salam dalam melakukan pemerataan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia Islam daripada terlibat dalam pembicaraan teoretis tentang pembentukan ilmu-ilmu Islami.

Dua minggu setelah konferensi internasional itu (23-24 Desember), di Universitas Islam '45 (Unisma), Bekasi, dalam lingkup yang lebih kecil diadakan seminar internasional lain bertema islamisasi ilmu. Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian "The South-East Asian Region Seminars on the Islamization of Knowledge" dengan fokus Indonesia , yang diadakan IIIT untuk memasyarakatkan gagasan islamisasi ilmu versi lembaga itu. Banyak buku terbitan IIIT juga telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia . Sementara dari pihak Indonesia , penyelenggara seminar itu adalah M. Dawam Rahardjo, sebagai Rektor Unisma dan Ketua LSAF. Sejak awal berdirinya, Dawam juga menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Ulumul Qur'an.

Satu hal penting yang dapat disimpulkan dari seluruh perkembangan ini adalah bahwa kecenderungan wacana tentang Islam dan ilmu pengetahuan di Indonesia dapat dikatakan merupakan miniatur dari wacana serupa yang muncul di luar. Ini berkaitan baik dengan tahap-tahap perkembangan wacana itu, maupun dengan adanya spektrum pandangan-pandangan yang semuanya mendapatkan wakilnya di sini.

D. Sains (Ilmu Pengetahuan) Berperan dalam Menjelaskan Makna Ayat-Ayat Kauniah
Islam yang bersumber pada Al Qur’an dan Hadits memberikan pandangan komprehensif dan metode terpadu yang tidak memisahkan antara alam fisika dan alam metafisika, atau antara ilmu yang bersifat parsial dan tujuan ilmu itu sendiri yang bersifat universal. Islam membangun akidah tauhid yang murni dengan cara memaparkan bukti dan fakta alam raya, jauh dari ilusi-ilusi filsafat konvensional anti-Tuhan yang justru menutup cahaya ilmu dan keimanan.

Allah berfirman, “Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa Al Qur’an adalah benar dari Tuhanmu, lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepadanya. Sesungguhnya Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman ke jalan yang lurus” (QS. Al Hajj : 54). Ungkapan yang menakjubkan ini menunjukkan hakikat hubungan antara ilmu dan iman. ilmu diikuti oleh iman secara langsung tanpa jeda, dan iman diikuti gerakan hati yang tunduk dan khusyuk kepada Allah SWT.
Al Qur’an menegaskan makna ini dalam bentuk ayat yang memuat ungkapan-ungkapan yang membangkitkan pikiran dari kelalaiannya serta memerdekakan manusia dari belenggu taklid dan jumud. Tidak diragukan lagi, bahwa Al Qur’an menjadikan aktivitas studi dan penelitian sebagai sebuah keharusan bagi umat Islam. Islam memerintah manusia untuk beribadah dan berpikir. Rasulullah saw. bersabda, “Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim”.

Islam menghendaki akidah yang dilandasi oleh dasar pengetahuan yang benar, bukan atas dasar taklid, perkiraan atau sikap menyerah yang buta. Akidah Islam, dengan berlandaskan pada ilmu yang benar, makin memperkuatnya sebagai hujah. Akidah Islam tidak takut ilmu itu akan mendatangkan hasil yang bertentangan dengan fakta dan dasar-dasar agama yang baku karena kebenaran tidak akan bertolak belakang dengan kebenaran yang lain. Jika terjadi kontradiksi secara lahir antara kebenaran ilmu dan kebenaran agama, biasanya disebabkan apa yang sebenarnya bukan ilmu dianggap sebagai ilmu dan apa yang bukan agama dianggap sebagai agama.

Atas dasar itulah, ilmu dalam perspektif Islam merupakan jalan untuk mencapai keimanan. Penelitian selalu berkaitan dengan kehendak Allah yang menjamin keberlangsungan sunah-Nya di alam raya dan kejadiannya yang berulang untuk dapat kita amati, pahami, dan manfaatkan dalam kehidupan, setelah kita mengenal perilakunya untuk membuktikan kekuasaan dan keesaan Tuhan.

SANG MUROBBI

Thursday, November 26, 2009 0 Comments



Misi keberadaan kita di dunia ini tiada lain kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam. Allah Subhanahu Wa ta’ala berfirman, artinya : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. 21 : 107). Rahmat dalam pengertian menebarkan kasih sayang dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat.

Pelaksanaan misi mulia tersebut mengharuskan kita untuk terjun dalam ranah dakwah. Ya, dakwah. Mengapa? Sebab hanya jalan dakwah –sesuai tuntunan dan contoh nabi tentunya - kasih sayang dan manfaat yang sebesar-besarnya bisa sampai dan didirasakan oleh manusia bahkan alam semesta. Sedangkan jalan selain dakwah adalah jalan yang penuh ketidakpastian dan keraguan. Jalan yang seringkali menggelincirkan seseorang kepada sikap egois . Jalan yang tidak menghantarkan pada misi mulia keberadaan manusia.

Itulah sebabnya Allah Subhanahu Wa ta’ala menjadikan jalan orang-orang yang berdakwah, menyeru kepada kebaikan (ma’ruf) dan mencegah dari kemungkaran sebagai jalan yang terbaik nan mulia sepanjang masa. Bukankah Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya : “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (QS. 41 : 33). Karena itu, amat ironis jika ada seorang muslim yang secara sadar dan sengaja meninggalkan jalan dakwah ini.

Dimensi Dakwah
Perkembangan dakwah hari ini, telah memperlihatkan dinamika yang cukup besar. Dahulu, sebagian kita mengenal dakwah dalam wujud ceramah – ceramah dari para muballigh, dari yang kondang dengan “sejuta umat” hingga kiyai pada surau –surau desa. Namun kini, dakwah menjadi begitu luas dan inklusif, selain karena ruhiyah dakwah yang memang harus demikian, walhamdulillah, keadaan umat hari ini yang semakin rusak memaksa kita untuk segera kembali memegang tali agama Allah yang suci, agar tidak terjatuh dalam “lubang”, hasil konspirasi musuh – musuh Islam, menjauhkan umatnya dari aturan – aturan ilahi yang selamat nan agung.

Dalam dimensi dakwah, kita mengenal dakwah umum (‘ammah) dan dakwah khusus (khossoh). Dakwah umum (‘ammah) adalah dakwah yang ditujukan kepada masyarakat secara umum, untuk cakupan (objek) yang luas dan tanpa adanya hubungan yang intensif antara da’i (orang yang berdakwah) dengan mad’u (orang yang didakwahi). Sebagian besar fenomena dakwah yang ada seperti di masjid – masjid, radio, televisi, media cetak dan lainnya adalah dakwah ‘ammah. Sedangkan dakwah khusus (khossoh) adalah dakwah kepada orang-orang terbatas dan cakupan (objek) tertentu. Dalam dakwah khusus ini, hubungan antara da’i dan mad’u berlangsung intensif, dengan materi – materi dan sasaran dakwah tertentu. Umumnya, mad’u pada dakwah tahapan khusus ini dikumpulkan dalam sebuah kelompok-kelompok kecil yang disebut dengan halaqah. Istilah yang biasa kita kenal sebagai usrah, tarbiyah, mentoring dan lainnya. Di dalam halaqah inilah para mad’u dibina oleh seorang murobbi (pembina)

Peran Murobbi
Dalam sebuah halaqah, murobbi bertindak sebagai qiyadah (pemimpin), ustadz (guru), walid (orang tua), dan shahabah (sahabat) bagi mad’unya. Peran yang multifungi itu mengharuskan seorang murobbi memiliki berbagai kompetensi, antara lain kompetensi untuk memimpin, mengajar, membimbing, dan bergaul. Biasanya, kompetensi dan keterampilan tersebut akan berkembang sesuai dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman seseorang sebagai murobbi.

Karena itulah peran murobbi berbeda dengan peran ustadz, muballigh atau penceramah pada tataran dakwah ‘ammah. Jika peran muballigh titik tekannya pada penyampaian materi-materi Islam secara menarik dan menyentuh hati, maka murobbi memiliki peran yang lebih kompleks dari itu. Murobbi perlu melakukan hubungan yang intensif dengan mad’unya. Ia perlu mengenal “luar dalam” mad’unya melalui hubungan yang dekat dan akrab. Ia juga memiliki tanggung jawab untuk membantu permasalahan mad’unya sekaligus bertindak sebagai pembina mental, spritual, dan (bahkan) jasmani mad’unya. Peran ini relatif tidak ada pada diri seorang muballigh. Karena itulah, mencetak murobbi sukses lebih sulit daripada mencetak muballigh sukses.
Dalam skala makro, keberadaan murobbi sangat penting bagi keberlangsungan perjuangan Islam. Dari tangan murobbilah lahir kader-kader dakwah yang tangguh dan handal memperjuangkan Islam. Jika dari tangan muballigh lahir orang-orang yang “melek’ terhadap pentingnya Islam dalam kehidupan, maka murobbi melanjutkan kondisi “melek” tersebut menjadi kondisi terlibat dan terikat dalam perjuangan Islam. Urgensi murobbi dalam perjuangan Islam bukan hanya sebatas retorika atau tataran teori belaka, tapi sudah dibuktikan dalam perjalanan sejarah panjang umat Islam. Dimulai oleh Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam sendiri ketika beliau menjadi murobbi bagi para sahabatnya di Darul Arqam. Kemudian dilanjutkan oleh para ulama terdahulu salaf (terdahulu) yang shalih, sampai akhirnya dipraktekkan oleh berbagai harakah (gerakan) Islam di seluruh belahan dunia hingga saat ini. Tongkat esatafet perjuangan Islam tersebut dilakukan oleh para murobbi yang sukses membina kader- kader dakwah yang tangguh.

Kendala Yang Kerap Dihadapi
Pada intinya, umat Islam tak mungkin mencapai cita-citanya jika dari tubuh umat Islam itu sendiri belum lahir sebanyak-banyaknya murobbi handal yang ikhlas mengajak umat untuk memperjuangkan Islam. Mengingat begitu pentingnya peran murobbi dalam keberlangsungan eksistensi umat dan dakwah, sudah seharusnya kita memiliki keseriusan untuk mencetak murobbi-murobbi sukses. Namun ternyata mencetak murobbi sukses bukanlah hal yang mudah. Ada berbagai kendala yang menghadang. Kendala tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga bagian.
1. Kemauan.
Yakni, belum adanya kesadaran dan motivasi yang tinggi dari sebagian kita untuk menjadi murobbi. Hal ini mungkin disebabkan antara lain karena kita belum tahu atau tidak mau tahu akan urgensi seorang murobbi, belum percaya diri untuk menjadi murobbi, atau karena peran dan posisi murabbi dalam masyarakat Islam dianggap tidak prestisus. Padahal, ia begitu prestisus di hadapan Allah Azza Wa Jalla.

2. Kemampuan.
Yakni, minimnya pengetahuan, keterampilan dan pengalaman menjadi murobbi. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, murobbi ideal adalah sosok paripurna. Sehingga ia menjadi multifungsi yang membutuhkan berbagai kemampuan yang perlu terus ditingkatkan. Beberapa kemampuan yang perlu dimiliki, misalnya pengetahuan agama, dakwah, pendidikan, organisasi, manajemen, psikologi, dan lain-lain. Kemampuan ini masih terbatas dimiliki oleh kebanyakan umat.

3. Kesempatan.
Yakni, ketiadaan waktu dan kesempatan untuk menjadi murobbi. Kehidupan dunia yang penuh godaan materi ini membuat orang terlena untuk mengejarnya, sehingga tak punya waktu untuk memikirkan hal-hal yang strategis. Termasuk di dalamnya tak punya waktu untuk serius menjadi murobbi. Padahal keberlangsungan dan eksistensi umat sangat tergantung pada keberadaan murobbi-murobbi handal.

Mestinya, berbagai kendala tersebut dapat diatasi dengan kekuatan iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tanpa kekuatan iman dan taqwa, obsesi menjadi murobbi sukses menjadi musykil dilakukan.

Keutamaan Murabbi
Sebenarnya, fadhilah (keutamaan) seorang murabbi sebagai da’i bagi umat, menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran, terlalu banyak untuk kita tuliskan di sini. Akan tetapi, karena peran murabbi adalah peran yang khusus dan spesifik yang tidak ada dalam peran seorang muballigh, maka perlu untuk kita sebutkan beberapa fadhilah/keutamaan murabbi dalam sebuah halaqah tarbiyah.

1. Menjalankan Sunnah Rasul.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah membina sahabat-sahabatnya dalam sebuah halaqah. Beliau membina halaqah selama hidupnya, baik ketika di Mekah (contohnya di Darul Arqam) maupun di Madinah (contohnya majelis ilmu di Masjid Nabawi). Jadi, menjadi murobbi berarti melaksanakan sunnah rasul (kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam).

2. Mendapatkan Pahala Yang Berlipat Ganda.
Barangsiapa yang mengajarkan Islam kepada orang lain maka ia akan mendapatkan pahala. Semakin efektif sarana pengajarannya, semakin berlipat ganda pahala yang akan didapatkan. Halaqah adalah sarana yang paling efektif untuk mengajar Islam. Karena itu, menjadi murobbi akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

3. Mencetak Pribadi-Pribadi Unggul
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah murobbi yang telah berhasil mencetak generasi terbaik sepanjang masa. Oleh sebab itu, menjadi murobbi berarti turut membina pribadi-pribadi unggul harapan umat dan bangsa. Sangat aneh jika seorang muslim tidak mau menjadi murobbi padahal ia sebenarnya sedang melakukan tugas yang besar dan penting bagi masa depan umat dan bangsa.

4. Belajar Berbagai Keterampilan
Dengan membina, seorang murobbi akan belajar tentang berbagai hal. Misalnya, ia akan belajar tentang bagaimana cara meningkatkan kepercayaan diri, komunikasi, bergaul, mengemukakan pendapat, mempengaruhi orang lain, merencanakan sesuatu, menilai orang lain, mengatur waktu, mengkreasikan sesuatu, mendengar pendapat orang lain, mempercayai orang lain, dan lain sebagainya. Pembelajaran tersebut belum tentu didapatkan di sekolah formal. Padahal manfaatnya begitu besar, bukan hanya akan meningkatkan kualitas pembinaan selanjutnya, tapi juga bermanfaat untuk kesuksesan hidup seseorang.

5. Meningkatkan Iman Dan Taqwa.
Dengan menjadi murobbi, seseorang akan dapat meningkatkan iman dan taqwanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Secara psikologis, orang yang mengajarkan orang lain akan merasa seperti menasehati dirinya sendiri. Ia akan berupaya meningkatkan iman dan taqwanya kepada Allah seperti yang ia ajarkan kepada orang lain. Dampaknya, hidupnya akan menjadi tenang karena dekat dengan Allah dan terhindar dari kemaksiatan.


6. Melatih Diri Dalam Jama’i.
Seorang murabbi yang membina mad’u dalam sebuah kebersamaan halaqah, mampu menjadi pengatur dan manajer dalam sebuah amal jama’i yakni amal yang dibangun dalam sebuah tanzhim/manajemn dakwah. Dan pada giliran yang lain, iapun mampu menjadi salah satu pasukan dalam tataran atau barisan pelaksana. Hal ini sangat penting dalam dalam pencapaian tujuan sebuah amal jama’i.

7. Merasakan Manisnya Ukhuwah

Untuk mencapai sasaran-sasaran halaqah, murobbi dituntut mampu bekerjasama dengan peserta halaqah. Kerjasama tersebut akan berbuah pada manisnya ukhuwah Islamiyah di antara murobbi dan mad’u. Betapa banyak orang Islam yang tidak dapat merasakan manisnya ukhuwah. Namun dengan menjadi murobbi, seorang muslim akan berpeluang untuk merasakan manisnya ukhuwah.

Akhirnya
Dengan memahami peran dan urgensi seorang murobbi bagi agama dan umat, tak ada alasan lagi bagi kita untuk mengelak menjadi murobbi. Kita harus berupaya sekuat tenaga untuk menjadikan diri kita sebagai murobbi yang sukses membina mad’u. Inilah pekerjaan besar yang masih banyak “lowongannya”. Inilah tugas besar yang menanti kita untuk meresponnya. Mari menjadi murobbi!. Wallahu A’lam.

Bahan Bacaan : Menjadi Murabbi Sukses, Satria Hadi Lubis

Wednesday, November 25, 2009

AKU TAK MAU

Wednesday, November 25, 2009 0 Comments

Aku tak mau takut
Dengan ketakutan yang kusketsa sendiri
Aku tak mau resah
Dengan keresahan yang kubuat sendiri
Aku tak mau bimbang
Dengan kebimbangan yang kurangkai sendiri
Aku tak mau lemah
Dengan kelemahan yang kuciptakan sendiri
Aku tak mau bingung
Dengan kebingungan yang kuhadirkan sendiri

251109_13:56 @ Zona Supertwin
Kunci itu sudah ada di tanganku…
Saatnya memilih : MENUTUP pintu itu atau MASUK melewati pintu yang sudah terbuka lebar…
Aku harus berkata TIDAK pada rasa TAKUT, RESAH, BIMBANG, LEMAH, dan BINGUNG!
Please, don’t disturb me again!!!