MOT and I (Part 1)
Sebelum menjabarkan arti judul di atas, biarkan pagi ini saya mengawali tulisan ini dengan iringan nasyid yang menggugah…
Muhammad sebagai pedagang
Janji slalu ia pegang
Melayani dengan tenang
Pantaslah pembeli senang
Muhammad sebagai pedagang
Beringkar adalah pantang
Ungkap dengan terus terang
Mudahlah rezeki datang
Muhammad sebagai pedagang
Menipu adalah terlarang
Sempurna ketika menimbang
Menakar tak pernah kurang
Muhammad sebagai pedagang
Tiada yang ia samarkan
Al-Amin gelar terpandang
Buah dari kejujuran
He sells with a true honesty
He serves with a sincerity
People call him Mr. Trusty
No one questions his dignity
MANTAP!!!
Lantas, apa hubungannya dengan tulisan saya ini??
MOT and I… itulah jawabannya…
the Minister of Trade (MOT) = Kementrian Perdagangan (sebutan baru Departemen Perdagangan) and I (Aisya Avicenna).
Ada hubungannya kan?? Tentang “PERDAGANGAN”
Dunia perdagangan sudah saya geluti sejak duduk di bangku SD hingga sekarang. Sekedar berbagi cerita saja ya. Boleh kan?? Boleh dong! Lha wong yang cerita saya. ^^. Seseorang yang bergelut di dunia perdagangan belum tentu di sebut PEDAGANG. Tapi, seorang PEDAGANG pastinya bergelut di dunia perdagangan. Benar kan?? Jangan bingung ya! Seorang pedagang disebut juga ENTREPRENEUR (istilah kerennya nih!). Dan menjadi seorang ENTREPRENEUR SUKSES adalah salah satu impian saya. Karena salah satu prinsip seorang ENTREPRENEUR sejati menurut BOB SADINO => “Urip iku nguripi” [“hidup itu menghidupi”]. Seorang ENTREPRENEUR mempunyai peluang besar untuk bisa “berbuat lebih” pada orang-orang (masyarakat) di sekitarnya. Ada tanggapan??? Mari kita diskusikan.
Saya baru menyadari beberapa bulan yang lalu saat melakukan perenungan tentang perjalanan hidup saya. Salah satunya saya menemukan bahwa saya sudah bergelut dengan dunia PERDAGANGAN ini sejak saya kecil. Sedikit bongkar rahasia. Lucu juga sih kalau mengingatnya. Tapi semoga menginspirasi.
Waktu SD dulu, saya adalah seorang kolektor aksesoris anak-anak. Mulai dari jepit rambut, karet, pita, bros, dll. Gaya anak-anak pokoknya. Lama-kelamaan bosan juga dengan barang-barang itu. Alhasil, saya dan saudara kembar saya (Keisya Avicenna) sepakat untuk menjual koleksi aksesoris itu. Respon teman-teman SD cukup bagus. Jualan kami laku keras! Meski hanya berkisar 100 rupiah hingga 3000 rupiah harga yang kami tawarkan, tapi hal itu membuat kami puas! Karena saya bisa membuat mereka senang! Kami pun senang dan sangat puas! (kepuasan versi anak SD lho!)
Memasuki dunia ABG (SMP), saya kembali mencoba menjalani profesi sebagai seorang ENTREPRENEUR. Waktu itu, saya kembali bekerja sama dengan saudara kembar saya. Kali ini kami menjual coklat merk “ichiban”. Coklat yang berwujud menarik, berbentuk unik dan berisi selai aneka rasa. Tidak dijual di koperasi atau kantin sekolah. Kami jual seharga 100 rupiah/kotak karena memang bentuknya kecil. Laris manis!!! Teman-teman suka!!! Dan kami berdua pun semangat menjualnya :D. Bukan karena tuntutan ekonomi kami melakukannya, mungkin hanya karena hobby dan kesenangan saja. Senang melihat orang lain senang. Senang karena uang jajan juga tak berkurang, bahkan mengembang :D
Kala berselancar di dunia putih abu-abu, takdir masih mempertemukan saya dengan dunia PERDAGANGAN. Kali ini dunia berdagang yang lebih “terstruktur” dan “terorganisir”. Maksudnya, waktu SMA ini saya terlibat dalam kepengurusan OSIS SMA N 1 Wonogiri dengan menjabat sebagai staff redaksi majalah BASSIC. Meski sejak SD saya sudah sangat menyukai dunia kepenulisan, tapi di SMA inilah saya lebih mengasah kemampuan menulis saya. Saat kepengurusan OSIS periode saya itulah awal lahirnya majalah BASSIC yang menjadi majalah kebanggaan sekolah saya. BASSIC dijual dengan harga yang cukup terjangkau di kalangan teman-teman SMA. Nah, di sinilah peran kami dalam MENJUAL majalah ini. PENJUALAN yang sukses bukan saja dari banyaknya majalah yang terjual habis, tapi ‘feedback’ atau respon pembaca dengan pemberian masukan, saran dan kritik yang membangun bagi majalah BASSIC ini. Bisa dibilang saat itu saya merangkap tugas sebagai “PENGUSAHA KATA” (staf redaksi maksudnya) sekaligus “MARKETING” (karena menjual majalah ini pada teman-teman).
Beranjak ke dunianya para SISWA yang MAHA (MAHASISWA maksudnya). Dunia kampus yang menawarkan warna-warna yang tak hanya indah, tapi juga menawan bagi yang memang menikmati dunia kampus sebagai tempat untuk “mengeksplotasi” diri. Eksploitasi yang positif lho!!! Bagi mahasiswa yang tahu akan esensi menjadi mahasiswa, kampus tidak hanya digunakan sebagai sarana untuk duduk manis di dalam kelas, ngobrol narsis di kantin, atau nongkrong ‘romantis’ dengan lawan jenis… [untuk masalah ini bisa dibaca resensi buku “Agar Ngampus Tak Sekadar Status” di archive blog saya bulan Desember 2009 atau bisa jug abaca buku karangan Ustadz Hatta Syamsuddin dan istrinya ini, dijamin akan membuka wacana Anda -yang masih mahasiswa- tentang esensi dan peran Anda sebagai SISWA yang MAHA]. Saya “terdampar” di Universitas Nomor Satu di kota Solo (UNS maksudnya). Menjadi MAHASISWA dengan prestasi OK, organisasi OK, dan kerja OK…3 hal inilah yang menjadi obsesi saya selama di kampus. Kuliah sambil kerja tapi tetap aktif di organisasi. KERJA??? Dan saya pun kembali terlibat dalam dunia PERDAGANGAN!!! Saat di kampus saya pernah magang di koperasi mahasiswa (KOPMA) di Fakultas MIPA. Menjaga KOPMA MIPA saat jam kosong (tak ada kuliah) dan kebetulan sekali saat itu juga momennya habis ujian. Penghasilan yang saya bisa dibilang ‘sedikit’, dihitung per jam. Tapi, terlalu picik rasanya kalau bekerja hanya untuk setumpuk rupiah. Yang saya rasakan kala itu adalah motivasi untuk mencari pengalaman, karena memang dari peran inilah saya mendapatkan banyak pengalaman. Pengalaman dalam berkomunikasi dengan pembeli, ketepatan dalam menghitung, dll. Selain itu, saya juga sempat membuka ‘usaha pribadi’, PERDAGANGAN di bidang JASA. Setiap kali ada buku diktat kuliah yang hendak dicopy, teman-teman mempercayakan itu pada saya. Inilah BISNIS. Butuh tanggung jawab besar ketika harus mengurus copy-an dalam jumlah banyak, buku diktat yang tebal, dan pesanan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, saya mencoba mengkalkulasikan dengan “keuntungan” yang bisa saya dapatkan dari BISNIS di bidang jasa ini. Setiap kali saya mengcopy, saya menetapkan bonus untuk saya sendiri. Saya hanya membayar minimal 50% dari copyan itu. Misal, harga copyan sebuah buku untuk teman-teman Rp 20.000,- maka saya hanya membayar Rp 10.000,- . Kalau copyannya tipis, sempat juga dapat GRATIS!! DEAL!!! Teman-teman juga tidak ada yang protes. Selain itu, setiap hendak ujian, selembar kertas akan berkeliling dari satu teman ke teman lain, pemesanan catatan kuliah!!! Hihhi, pasti catatan saya “laris” dicopy teman-teman saat menjelang ujian! (hayo..ngaku yang hobby ngopi!!!). Catatan kuliahpun bisa menjadi modal bisnis bagi saya :D. Sampai sekarang mungkin copyan catatan kuliah saya sudah bertebaran di mana-mana. Sudah 4 turunan mungkin. Karena saya angkatan 2005 dan mahasiswa baru tuh angkatan 2009. SEMOGA BERMANFAAT dan menjadi AMAL JARIYAH buat saya. AAMIIN… Saya juga “berbisnis” menjadi TENTOR PRIVAT, tercatat sudah 12 murid yang saya privat semasa saya kuliah, mulai dari murid TK sampai SMA. BISNIS inilah yang paling banyak diminati para mahasiswa.
Di tahun terakhir saya berada di kampus (saat masih menyelesaikan skripsi), saya memutuskan untuk mengikuti KULIAH KEWIRAUSAHAAN LANJUT (KKL) yang diselenggarakan UNS bekerja sama dengan DIRJEN DIKTI. Selama mengikuti KKL ini, para peserta ditempa dengan ilmu, inspirasi, dan motivasi menjadi seorang entrepreneur. MANTAP!!! Setelah itu, kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 3 orang. Tiap kelompok diminta merencanakan usaha apa yang akan dijalankan. Kami di minta membuat PROPOSAL RENCANA USAHA. Saat itu saya tergabung dengan tim KANOME (etiKA, NOvi, dan MEga). Kebetulan yang mencetuskan nama itu saya, KANOME… agak keJEPANG-JEPANGan gitu lah :D. Kami merencanakan membuka usaha makan ringan “kripik tempe aneka rasa” dan “brownies isi selai” dengan merk KANOME. Usaha kami pun berjalan… Brownies dibuat bertiga… kadang sampai Maghrib. Itupun masaknya nebeng di dapur temannya Mega. Penjualan lancar. Meski terkadang terkendala masalah waktu karena Mega dan Novi satu tahun di bawah saya, jadinya masih kuliah. Saat laporan hasil KKL ini, kami mendapat laba yang cukup. Kami berharap usaha ini akan berjalan terus pasca program KKL ditutup, tapi… apalah daya! Kami disibukkan dengan agenda masing-masing. Saya sibuk mengurusi pendadaran, Novi dan Mega juga mulai disibukkan dengan usulan skripsi mereka. Jadinya KANOME mati suri. Karena sudah “kecanduan” dengan dunia “BISNIS” ini, akhirnya saya bersama saudara kembar saya membuka usaha “SUPERTWIN CELLULAR” dan “SUPERTWIN KRIUK”. SC bergerak dalam penjualan pulsa elektrik, sedangkan SK bergerak dalam penjualan snack/makanan ringan yang dijual di beberapa kost muslimah. Alhamdulillah, laris manis... SAMPAI SEKARANG :D
Ehm, pasca kampus… ternyata saya kembali dipertemukan dengan aktivitas PERDAGANGAN. Tapi kali ini lebih bersifat birokrasi. Bekerja dengan para pengambil kebijakan di dunia perdagangan. Tepatnya di “Minister of Trade” (MOT), Kementrian Perdagangan RI (sebutan baru Departemen Perdagangan RI). Bergelut dengan berbagai macam peraturan yang menjadi dasar kebijakan kami mengizinkan atau menolak impor barang dari berbagai negara ke Indonesia. Itu wilayah kerja saya (untuk saat ini). Meski saya saat ini berada di kuadran kiri (menurut Robert T. Kiyosaki), karena berkedudukan sebagai “Employee”, tapi saya berusaha untuk tidak hanya berkutat di kuadran kiri itu, saya ingin “melompat” ke kuadran kanan. Dunianya “Bussinessman” dan “Investor”. Menjadi PENGUSAHA versi saya. PENGUSAHA apakah itu???
Ehm… tunggu saja di tahun 2010 ini semoga bisa terealisasi!!!!
SAYA PASTI BISA!!!
Wasiat Rasulullah SAW : “Berdaganglah engkau, karena 9 dari 10 bagian kehidupan adalah PERDAGANGAN”
Silahkan membaca kelanjutan note saya ini di “MOT and I (part 2)”. Insya Allah, saya akan membuka rahasia bagaimana saya bisa “terdampar” di Departemen Perdagangan RI. Tapi…belum saya tulis lho.. . baru mau ditulis :D
RedZone, 030110_10:42
Aisya Avicenna