*** INGATLAH!!! ***
[INTRO : Selasa, 19 Januari 2010… Alhamdulillah, pagi ini masih diberi kesempatan untuk menghirup udaraNya. GRATIS!!! Terima kasih Ya Allah…Seperti biasanya, sekitar pukul 07.00, Aisya keluar dari “RED ZONE”, berangkat ke kantor dengan Kopaja 502. Alhamdulillah, dapat tempat duduk. Aisya langsung mengeluarkan buku. Setiap hari Aisya tak pernah ketinggalan membawa buku di dalam tasnya karena terkadang di tengah jalan Kopaja 502 yang ia tumpangi ‘terpaksa’ berhenti cukup lama alias MACET. “Sedia payung sebelum hujan, sedia buku sebelum macet” [semboyan baru ala Aisya ^^]. Kali ini buku yang ia bawa berjudul “Misteri Menjelang Ajal”. Buku ini mengingatkan Aisya pada sahabat-sahabatnya Matematika 2005 karena ia dapatkan buku ini secara GRATIS saat ada acara bersama dengan mereka (kalau yang ingin tahu, baca kembali kisahnya di www.thickozone.blogspot.com, note bulan Agustus 2009 dengan judul 17 Agustus 2017..hihi, promo!]. Buku ini sangat menginspirasi Aisya bahkan membuatnya merinding dan diam merenung saat selesai membaca kisahnya satu demi satu]. Inilah INSPIRASI yang Aisya dapatkan setelah membaca buku itu.
***
Saat membaca tulisan ini, kita tentu masih menghirup segarnya udara kehidupan. Seribu satu (bahkan pastinya lebih) kenikmatan dunia, gemerlapnya kehidupan dunia, masih demikian akrab menggelayuti pikiran dan angan-angan kita. Akan tetapi, siapa bisa memastikan bahwa kehidupan itu masih dapat bertahan lebih dari satu tahun, lebih dari satu bulan, satu minggu, satu jam, atau sekedar satu kali desahan nafas??? Ya, karena kematian itu bisa datang kapan saja dan dimana saja. Sang kematian tidak memiliki hati yang berbelas kasih terhadap seseorang sehingga menunda kedatangannya. Sang kematian tidak pernah datang terlalu cepat atau terlalu lambat. Bila ia sudah datang, tak seorang pun mampu menolaknya. Meski orang itu berada dalam benteng yang kokoh, dalam penjagaan ketat para pengawal yang bagaimanapun banyak dan kuatnya.
“Datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya itulah yang kamu selalu lari darinya.” (Q.S. Qaf :19)
Tak seorang muslimpun yang menampik akan datangnya kematian. Meskipun demikian, dalam praktik kehidupan banyak kaum muslim yang tingkah lakunya menunjukkan bahwa mereka tidak meyakini datangnya kematian. Lihatlah bagaimana para konglomerat muslim saling berlomba menumpuk harta, namun membiarkan sekian ribu kaum muslim di sekelilingnya hidup kembang kempis, sekedar mencari sesuap nasipun kesulitan. Berbagai kewajiban, dari mulai menunaikan zakat, menolong fakir miskin, menyelamatkan yatim piatu, hingga mengembangkan agama Allah, semuanya mereka abaikan, kecuali yang menguntungkan kedudukan mereka.
Mengapa mereka melakukan hal itu? Apakah mereka tidak meyakini datangnya kematian? Apakah mereka tidak menyadari bahwa umur mereka jauh lebih terbatas daripada tingginya cita-cita mereka! Tentu, tentu saja mereka menyadarinya. Namun, gerlapnya dunia ini telah membutakan mata mereka, membuat mereka seolah-olah lupa bahwa mereka hanya hidup sementara.
Kitapun tak jauh berbeda dengan mereka. Berapa banyakkah peringatan-peringatan Allah dalam Al Qur’an dapat membentuk kita menjadi orang-orang yang cinta akhirat??? Seberapa jauh peringatan-peringatan Nabi mempengaruhi jiwa kita untuk menyadari betapa hinanya kehidupan dunia ini??? Mungkin kita sudah terlalu lama bersenda-gurau dengan sandiwara kehidupan ini. Sementara kehidupan sejati di akhirat nanti, justru malah kita anggap sebagai sandiwara itu sendiri.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk mengambil pelajaran dari kematian seseorang, untuk mengingat akhirat. Wafatnya seseorang, terutama yang memiliki hubungan dekat dengan kita seperti orang tua, saudara, dll amatlah mempertebal keyakinan kita akan kehidupan akhirat, setidaknya menyadarkan kita akan kelalaian kita dalam mempersiapkan BEKAL MENUJU KEMATIAN.
***
Pada kesempatan kali ini Aisya hanya akan menuliskan dua kisah inspiratif yang Aisya baca dari buku ini. SEMOGA MENGINSPIRASI!!!
Sebelumnya, mendengarkan nasyidnya Opick dulu…Bila Waktu Tlah Berakhir…
Bagaimana kau merasa bangga
Akan dunia yang sementara
Bagaimanakah bila semua hilang dan pergi
Meninggalkan dirimu
Bagaimanakah bila saatnya
Waktu terhenti tak kau sadari
Masikah ada jalan bagimu untuk kembali
Mengulangkan masa lalu
Dunia dipenuhi dengan hiasan
Semua dan segala yang ada akan
Kembali padaNya
Bila waktu tlah memanggil
Teman sejati hanyalah amal
Bila waktu telah terhenti
Teman sejati tinggallah sepi
***
Shalat, Shalat, dan Hijab
Seorang perawi menyebutkan : aku pernah berada di Mesir di tengah krisis yang melanda Kuwait sudah terbiasa menguburkan jenazah, bahkan aku sudah amat dikenal dengan profesi tersebut.
Suaru malam, seorang gadis meneleponku meminta pertolongan untuk menguburkan ibunya yang sudah meninggal. Aku menyanggupi permintaannya. Aku pun pergi ke pemakaman dan menunggu di luar tempat memandikan jenazah.
Tiba-tiba, empat orang wanita berjilbab besar keluar dengan tergesa-gesa. Aku tidak sempat bertanya mengapa mereka keluar demikian tergesa-gesa karena hal itu tidak penting bagiku.
Beberapa saat kemudian, wanita yang memandikan mayit itu keluar dan meminta pertolonganku untuk memandikan jenazah tersebut. Aku segera berkata, “Itu tidak boleh. Tidak halal seorang lelaki melihat aurat wanita yang bukan muhrimnya.”
Wanita itu memberikan alasan bahwa tubuh wanita itu besar sekali dan amat sulit untuk dimandikan. Namun akhirnya wanita itu kembali meneruskan pekerjaannya memandikan jenazah, kemudian baru mengkafaninya. Ia lalu mempersilahkan kamu masuk untuk menggotongnya. Kami pun masuk. Jumlah kami saat itu sebelas orang, tapi jenazah yang kami gotong itu berat sekali.
Saat kami tiba di depan liang kubur –berdasarkan kebiasaan masyarakat Mesir, kuburan mereka menyerupai kamar-kamar. Mereka turun dari lubang di bagian tas ke ruang pemakaman melalui anak tangga, lalu meletakkan saja jenazah tersebut tanpa menguburkannya- kami pun membuka lubang bagian atas dan mulai menurunkan jenazah dengan menggotongnya di atas pundak kami untuk dimasukkan. Akan tetapi, saking beratnya, jenazah itu menggelincir dari pundak kami dan terus jatuh ke dalam kamar bawah sampai kami mendengar sendiri suara tulangnya berpatahan karena begitu kerasnya terjatuh.
Aku melihatnya, ternyata kafannya terbuka sedikit dan terlihatlah sebagian tubuhnya. Aku segera mendekati jenazah itu dan menutupi bagian tubuhnya yang terbuka. Dengan susah payah aku menyeretnya dan menghadapkan wajahnya ke kiblat, dan kubuka sebagian wajahnya. Aku melihat pemandangan yang amat menakutkan! Kedua matanya melotot tajam menyeramkan. Wajahnya menghitam. Aku diselimuti rasa takut yang luar biasa. Bahkan, hampir saja aku pingsan melihat pemandangan yang mengerikan itu. Aku keluar dengan tergesa-gesa, lalu kututup pintu kubur.
Saat sampai di rumah, salah seorang anak mendiang meneleponku. Ia bersumpah atas nama Allah agar aku mau menceritakan kondisi ibunya tersebut. Aku berusaha menyembunyikan kenyataan yang terjadi, tetapi ia tetap mendesak. Akhirnya terpaksa aku menceritakan kepadanya apa yang aku lihat.
Ia segera berkata, “hal itu pulalah yang mendorong kami keluar dari tempat pemandian dengan tergesa-gesa.”
Gadis itu kontan menangis. Aku berusaha menyabarkannya. Aku lalu bertanya tentang keadaan ibunya tersebut, apakah sebelum meninggalnya ia gemar melakukan perbuatan maksiat tertentu???
Wanita itu menjawab lirih penuh kesedihan, kepedihan yang seakan-akan membunuhnya, ‘Wahai Syaikh, sesungguhnya ibu kami itu tidak pernah shalat satu rekaatpun. Ia meninggal dalam keadaan berdandan dan membuka aurat!”
Rasulullah SAW bersabda : “Ujung keislaman seseorang dan awal kekafiran serta kemusyrikan adalah meninggalkan shalat.” (Dikeluarkan oleh Muslim)
Orang-orang seakan bergegas memandikan jasadmu
Dan merekapun bersegera menyiapkan keranda jenazahmu
Rumah singgahmu jadi sacral
Karena isak tangis atas kematianmu
Namun…
Dengan ceoat tangan-tangan memindahkan jasadmu
Sepupumu sendiru
Kini menyerahkan jasadmu untuk dikuburkan
Saudaramu sendiri
Kini memutuskan semua hubungan denganmu
Hati mereka mungkin berusaha mengingat selainmu
Hubungan dengannya mereka sambungkan
Dan hubungan denganmu mereka putuskan
Para pewaris kini berdatangan
Sementara engkau tinggal hampa
Tanpa dunia, tanpa harta, tanpa angan-angan
Jika sejak kini kau tak berbekal menuju kematian
Tak juga menyibukkan diri mengingat sang maut
Berarti kau telah menyia-nyiakan nasibmu tuk hari kemudian
Menyia-nyiakan penciptaan dirimu
Dan menyia-nyiakan kehidupan.
***
Wanita Penghafal Al Qur’an
Ia sudah menyelesaikan studinya di pondok Tahfizhul Qur’an. Di satu tangannya, ia membawa Kitabullah. Sementara di tangannya yang lain, ia membawa kotak amal.
Sejak lama ia memang sudah memendam cita-cita Islam, cita-cita saudaranya kaum muslim. Ia tidak membeli kotak amal itu untuk dimakannya sendiri. Ia membelinya agar ia sendiri bisa menginfakkan sebagian hartanya fi sabililah. Agar ketika makan, ia bisa mengingat saudara-saudaranya kaum muslim di berbagai belahan dunia dan memikirkan cara menolong mereka dari kesengsaraan akibat rasa lapar dan sakit. Agar Allah berkenan menjadikan benda itu sebagai saksi baginya di hari kiamat nanti.
Namun, keluarnya ia kali ini dari pondok yang penuh berkah ini untuk memasrahkan dirinya disambut oleh Yang Memberi Segala Karunia. Ia dipilih oleh Allah untuk berpulang ke hadiratNya. Kamipun mengira demikian, dan kami tidak berniat menganggap suci seseorang di hadapan Allah.
Tiba-tiba sebuah mobil yang dikendarai oleh sopir ceroboh menghantam tubuh yang suci itu sehingga tubuhnya terpental di atas tanah. Mushaf Al-Qur’an di tangan kanannya terjatuh sementara kotak amal di tangan kirinya berhamburan isinya. Akan tetapi, jantungnya masih berdetak, tanda ia masih hidup.
Ia segera dibawa ke Rumah Sakit dalam kondisi kritis. Saatt itu hari Ahad. Pada hari Jum’at, nyawanya berpulang ke rahmatullah.
Semoga Allah memberikan rahmatNya kepada sang penghafal Al Qur’an. Ia tidak sedang membawa majalah porno. Ia juga tidak sedang keluar dari diskotik atau tempat yang penuh dengan wanita yang membuka auratnya. Ia baru saja keluar dari taman Al Qur’an.
Wahai wanita penghafal Al Qur’an. Selamat, terimalah kabar gembira dari Rasulullah SAW :
Dari Abdullah bin Amru, diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Rasulullah SAW bersabda :
“Setiap muslim yang meninggal di hari Jum’at atau malam Jum’at, pasti akan dipelihara oleh Allah dari siksa kubur”
Tidurlah dengan tenang dan tenteram wahai saudariku..
***
“Sering-seringlah untuk mengingat sang penghancur kenikmatan, yakni KEMATIAN” (HR. At-Tirmidzi)
Allah jualah yang menentukan akhir kehidupan kita. Kita hanya dapat berdoa dan berharap semoga Allah berbelas kasih kepada kita, sudi mengampuni dosa-dosa kita, dan menutup kehidupan kita dengan husnul khotimah untuk kemudian di akhirat nanti menikmati kehidupan surga yang abadi… Amiin…
***
BACKSONG RENUNGAN PAGI INI…
Astaghfirullah (Opick)
Laa ilahaa’illa anta
Ya hayyu ya qoyyum
Subhanallah wabihamdihi
Subhanallah hiladzim
Kubuka jendela pagi di udara yang letih
Deru geram nyanyian jaman
Bersama berjuta wajah kuarungi mimpi hari
Halalkan segala cara untuk hidup ini
Nafsu jiwa yang membuncah
Menutupi mata hati
Seperti terlupa bahwa nafaskan terhenti
Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullahal’adzim
Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullahal’adzim
Kubuka jendela pagi dan dosapun menghampiri
Suara jerit hati kuingkari
La ilaha illa anta ya
Subhanaka inni kuntu
Minadholimin
RedZone, 200110_05:13
Aisya Avicenna