SENI MENGKRITIK
Keisya Avicenna
Tuesday, September 28, 2010
0 Comments
Suatu ketika, Khalifah Harun ar-Rasyid didatangi seorang ulama yang ingin menasihatinya. Khalifah sesungguhnya orang yang suka dengan ahli ilmu, akan tetapi ulama itu mengoreksi kesalahannya dengan cara yang sangat kasar.
Khalifah Harun berkata, "Cobalah engkau berbicara dengan baik kepadaku."
"Itu adalah yang paling minimal bagimu," cetus sang ulama.
"Cobalah beritahu kepadaku, siapa yang lebih jahat : aku atau Fir'aun?" tanya ar-Rasyid.
"Fir'aun!"
"Siapakah yang lebih baik, engkau atau Musa bin Harun?"
"Musa!"
"Apakah engkau tidak tahu ketika Allah mengutus Musa dan saudaranya Harun kepada Fir'aun, Allah berpesan kepada keduanya, 'Maka bicaralah kamu berdua kepadanya dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut."
'Ya, aku tahu!"
"Itu adalah Fir'aun yang penuh kesombongan dan kezaliman, sementara engkau datang kepadaku dengan keadaan begitu. Aku melaksanakan kewajiban-kewajibanku terhadap Allah, aku hanya menyembah kepada Allah. Aku menaati hukum-hukum, perintah dan larangan-Nya, sedangkan engkau menasihatiku dengan nada yang keras dan kata-kata yang kasar tanpa tata krama dan akhlak."
Ulama itu menyadari kekhilafannya. Dia langsung minta maaf saat itu juga pada Khalifah. Syukurlah, ar-Rasyid juga tidak mau memperpanjang masalah.
Sebuah cerita yang mengispirasi sekaligus sebagai evaluasi diri (kritik buat saya pribadi).. ^_*
Saya kemudian setuju orang-orang yang antikritik harus diingatkan betapa pentingnya kritik. Namun, para pengkritik pun harus diingatkan: betapa sensitifnya sebuah kritik sehingga penyampaiannya tidak perlu ditambah lagi dengan intrik. Kritik lebih dekat pada menyalahkan memang. Kritik lebih cenderung dianggap penghakiman terhadap kekurangan. Bicara atmosfernya, kritik lebih dekat dengan risiko pertengkaran, dan perselisihan. Karena itulah para pelantunnya perlu belajar cara menyampaikannya..
dan saya pun sepakat, dalam kritik, para pengkritik perlu belajar tidak menggunakan kata-kata yang sarkastik. Tidak perlu ada peremehan sekecil apa pun. Berikan kritik seperlunya dan motivasi pada akhirnya. Semangati lawan bicara kita. Jangan biarkan ia terpuruk dalam kesalahannya. Tunjukkan nita tulus kita mengkritiknya hanya untuk kebaikannya. Masa depannya. Kemajuan bersama. Azzamkan diri ini untuk mencobanya.
Terakhir, mari kita simak nasihat Allah untuk para pengkritik, di mana pun mereka berada.
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS. an-Nahl : 125)
dan inspirasi dari Umar bin Khaththab
"Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku"
===========================================
++ Semoga menjadi inspirasi kita dan untuk para pemimpin negeri ini ++
===========================================
special from : jendalsoedilman [ADA]
Khalifah Harun berkata, "Cobalah engkau berbicara dengan baik kepadaku."
"Itu adalah yang paling minimal bagimu," cetus sang ulama.
"Cobalah beritahu kepadaku, siapa yang lebih jahat : aku atau Fir'aun?" tanya ar-Rasyid.
"Fir'aun!"
"Siapakah yang lebih baik, engkau atau Musa bin Harun?"
"Musa!"
"Apakah engkau tidak tahu ketika Allah mengutus Musa dan saudaranya Harun kepada Fir'aun, Allah berpesan kepada keduanya, 'Maka bicaralah kamu berdua kepadanya dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut."
'Ya, aku tahu!"
"Itu adalah Fir'aun yang penuh kesombongan dan kezaliman, sementara engkau datang kepadaku dengan keadaan begitu. Aku melaksanakan kewajiban-kewajibanku terhadap Allah, aku hanya menyembah kepada Allah. Aku menaati hukum-hukum, perintah dan larangan-Nya, sedangkan engkau menasihatiku dengan nada yang keras dan kata-kata yang kasar tanpa tata krama dan akhlak."
Ulama itu menyadari kekhilafannya. Dia langsung minta maaf saat itu juga pada Khalifah. Syukurlah, ar-Rasyid juga tidak mau memperpanjang masalah.
Sebuah cerita yang mengispirasi sekaligus sebagai evaluasi diri (kritik buat saya pribadi).. ^_*
Saya kemudian setuju orang-orang yang antikritik harus diingatkan betapa pentingnya kritik. Namun, para pengkritik pun harus diingatkan: betapa sensitifnya sebuah kritik sehingga penyampaiannya tidak perlu ditambah lagi dengan intrik. Kritik lebih dekat pada menyalahkan memang. Kritik lebih cenderung dianggap penghakiman terhadap kekurangan. Bicara atmosfernya, kritik lebih dekat dengan risiko pertengkaran, dan perselisihan. Karena itulah para pelantunnya perlu belajar cara menyampaikannya..
dan saya pun sepakat, dalam kritik, para pengkritik perlu belajar tidak menggunakan kata-kata yang sarkastik. Tidak perlu ada peremehan sekecil apa pun. Berikan kritik seperlunya dan motivasi pada akhirnya. Semangati lawan bicara kita. Jangan biarkan ia terpuruk dalam kesalahannya. Tunjukkan nita tulus kita mengkritiknya hanya untuk kebaikannya. Masa depannya. Kemajuan bersama. Azzamkan diri ini untuk mencobanya.
Terakhir, mari kita simak nasihat Allah untuk para pengkritik, di mana pun mereka berada.
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS. an-Nahl : 125)
dan inspirasi dari Umar bin Khaththab
"Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku"
===========================================
++ Semoga menjadi inspirasi kita dan untuk para pemimpin negeri ini ++
===========================================
special from : jendalsoedilman [ADA]